Damar Wulan
September 2015 Bahasa Indonesia
Diceritakan Kembali Oleh Satoto
Kusasi
Prolog
Kami
menghampiri Nenek, menyapanya, “ Hai Nek, apa khabar hari ini? “
Nenek
kami menjawab, “ Aku baik-baik saja. Aku
tau, engkau akan meminta aku untuk bercerita, begitu bukan? “
“
Sungguh benar Nek! Maukah Nenek
bercerita kembali untuk kami? “
“
Tentu saja aku mau, untuk cucu-cucu Ku yang kukasihi.
Memang
benar sudah lama Nenek mu tidak lagi bercerita, apakah engkau rindu untuk
mendengarkan cerita Nenek mu?
Tetapi,
aku menduga bahwa sesungguhnya anak muda seperti engkau tidak menyukai cerita
cerita mengenai Negeri mu sendiri.
Dikarenakan, kalian semua tidak memperdulikan nasib Negeri mu sendiri,
begitu bukan? “
“
Tidak, tidak Nek! Engkau salah mengerti
tentang kami. Kami semua sangat
mencintai Negeri kami. Oleh sebab itu
kami senang mendengarkan kisah mu Nek!
Kami
ingin tau, apa yang sudah pernah terjadi di Negeri kami, pada masa lampau?
Walaupun,
kami menyesalkan adanya tokoh sejarah di zaman dahulu, yang ternyata telah
melukai perasaan hati rakyat nya sendiri.”
Nenek
ku terdiam sesaat, kemudian melanjutkan, “Aku bangga mendengar ungkapan mu
ini. Memang sudah sepatutnya engkau mau
membela rakyat mu, jangan lah kamu melukai perasaan hati rakyat mu !
Yang
kumaksud melukai perasaan hati rakyat mu adalah, perbuatan yang tidak benar,
seperti melakukan tindak korupsi, menipu rakyat, dan berchianat terhadap
Negara. Semua itu adalah tindakan yang
tidak terpuji dan sangat melukai hati rakyat.”
Adikku
yang kecil berkata, “ Nek! Dengarkan
aku, bahkan aku ingin menjadi seorang pahlawan pembela rakyat! “
“
Wow... terimakasih cucu ku! Baiklah aku
akan memulai cerita ini; Harap semuanya tenang! Aku akan menceritakan cerita
dengan judul “DAMAR WULAN”.
Aku
yakin engkau pernah mendengar nama ini.
Seorang anak muda yang pada akhir cerita menjadi Raja Majapahit.”
Nenek
bernyanyi sebelum memulai ceritanya, seperti biasa.
Majapahit ! Hiduplah tanah airku Majapahit!
Aku mencintai Negeri ku!
Aku juga menghormati Ratu ku, Ratu Majapahit.
Bukan hanya sekedar hormat, tetapi juga cinta; Cinta murni
Karena dialah seorang Ratu dan juga sekaligus seorang wanita
cantik.
Yang patut menjadi pujaan hati dan dicintai.
Dia lah Ratu Putri Kencana Wungu
Semua orang sependapat, bahwa dia sangat menawan hati
Bagi setiap pemuda di Kerajaan Majapahit
Pemuda manakah yang akan engkau pilih?
Untuk engkau jadikan pasangan hidup mu?
Tentu lah dia akan beruntung.
Dia adalah seoarang Ratu yang bijak
Dia juga pemegang kekuasaan yang ada ditangannya.
Pemuda yang akan engkau pilih sebagai pasangan mu
Akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus
Kecantikan mu dan juga kekuasaan mu
Bahkan, pemuda itu mungkin akan menjadi seorang Raja.
Raja Majapahit
Siapa tau?
Akan tetapi, adalah hak Ratu untuk memilih
Bukan engkau!
Engkau tidak mempunyai hak untuk memaksa Ratu!
Dengan kekuatan mu!
Ratu adalah milik seluruh
rakyat Majapahit
Oleh sebab itu, hormatilah dia, Ratu
Kencana Wungu!
Bab 1
Dia berumur dua puluh tahun;
Dia cantik, menawan dan juga berwibawa
Dia
lah Ratu Kencana Wungu. Seorang Ratu
yang namanya terkenal.
Putri
Kencana Wungu dilantik menjadi Ratu Kerajaan Majapahit; Yang memerintah pada
tahun 1427 – 1447. Dia adalah Ratu yang
kedua di Kerajaan; Sementara Ratu
pertama adalah Ratu Tribuana Tungga Dewi, adalah nenek nya Wungu.
Pada
permulaan pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mendapat serangan militer dari
Kerajaan Blambangan, dibawah komando Rajanya, Raja Prabu Kebo Mancruet. Kerajaan Blambangan terletak disebelah timur
Majapahit.
Prabu
datang dengan kekuatan militer penuh, guna menaklukan Kerajaan Majapahit. Diperkirakan dalam waktu tiga hari, mereka
sudah akan sampai di muka gerbang Istana Trowulan. Sekarang ini, mereka sedang beristirahat dan
menempati sebuah Desa di perbatasan Majapahit. Mereka mendirikan tenda-tenda
yang memenuhi seluruh Desa.
Apa
maksud Raja Kebo Mancruet? Apakah dia
tidak pernah mendengar, bahwa tidak seorang Raja pun yang pernah menaklukan
Majapahit? Kerajaan Majapahit adalah
Kerajaan besar dan Perkasa.
Prabu
Kebo Mancruet berpikir didalam hati, “ Ratu Majapahit adalah seorang Pemimpin
wanita yang lemah; Maka aku akan mudah
menaklukannya, dan aku akan membawanya pulang untuk aku jadikan gundik di
Istana ku.
Disamping
itu, ayah ku akan puas dan berterimakasih kepada ku yang telah membalaskan penghinaan Raja Majapahit
kepada beliau.”
Prabu
Kebo Mancruet mengenakan topi tutup kepala dengan tanduk kerbau, demikian juga
seluruh tentaranya. Maka tentaranya
dikenal sebagai tentara kerbau.
Ratu
baru saja mendengar akan ada nya serangan, sehingga Ratu belum sempat
mempersiapkan Angkatan Perangnya. Akan
tetapi Ratu tetap tenang didalam situasi genting seperti ini. Ratu pernah berpengalaman akan serangan
pemberontak dari daerah Saden; Yang ternyata dapat dipadamkan dengan mudah oleh
Patih Gajah Mada.
Patihnya
yang sekarang bernama Patih Lohgender, tidak lah sepandai Patih Gajah Mada yang
sudah terkenal; Patih Kerajaan sebelumnya.
Ratu
Kencana Wungu memberi komando,” Hi Patih serang musuh, tangkap pemimpinnya!”
Patih
Lohgender membawa tentaranya, disertai dua anaknya, Layang Seta dan Layang
Kumitir. Mereka menuju medan tempur
dengan gagah berani.
Terjadilah
pertempuran yang seru antara kedua belah pihak.
Suara denting pedang, teriakan komando dan juga teriakan maut dari
prajurit yang akan menemui ajalnya; Datang silih berganti. Prabu Kebo Mancruet memberi komando untuk
mempertahankan spirit dan kebranian prajuritnya.
Dua
jam sudah berlalu, Patih Lohgender memerintahkan para prajuritnya mundur secara
teratur. Kelihatannya, Majapahit
mengalami kekalahan. Tentara Majapahit
mundur menuju Istana Trowulan, mengikuti Patih Lohgender beserta anak-anaknya.
“
Tentara kerbau ini sangat buas dan menakutkan” Demikian komentar prajurit
Majapahit.
Mayat
manusia berserakan di medan tempur; Mayat itu adalah prajurit dari kedua belah
pihak sebagai korban-korban perang.
Untunglah,
tentara Blambangan tidak mengejar tentara Majapahit, karena mereka juga
menderita karena perang yang sadis dan brutal ini. Mereka sibuk mengobati kawan-kawannya yang
terluka.
Setelah
semua tentara Majapahit masuk kedalam Istana,maka pintu gerbang Istana ditutup
rapat-rapat. Patih Lohgender melaporkan
kepada Ratu Kencana Wungu akan kekalahannya.
“ Wahai Ratu,kami terpaksa
mengakui bahwa kami mengalami kekalahan.!
Jumlah tentara mereka dua
kali lipat jumlahnya dari pada tentara kami.
Banyak sekali yang jatuh sebagai korban dari pihak kami, yang mayatnya
terpaksa kami tinggalkan.”
Ratu bertanya, “ Jadi ....
Bagaimana selanjutnya? “
“ Semoga Dewa
melindungi! Hingga mereka tidak memasuki
Istana Kami! “
“ Apa? Engkau pengecut! Engkau pengecut! Apakah aku, yang harus maju bertempur melawan
musuh, sementara engkau diam di Istana ini? “
Ratu Kencana Wungu sangat
marah dan kecewa kepada Patih Lohgender dan juga seluruh prajurit Angkatan
Perangnya. Mukanya merah, karena marah
besar.
Patih tertunduk lesu. Keringat dingin menetes dari dahinya.
Tiba-tiba keluar seorang
pemuda dengan otot-otot lengan besar, dari barisan prajurit yang kalah
perang. Dia bukanlah anggota tentara,
tetapi seorang rakyat biasa.
“ Wahai Yang Mulia
Ratu!, Izinkanlah aku memimpin Angkatan
Perang Majapahit untuk sekali lagi berperang.
Aku akan bertempur mati-matian, untuk mengusir tentara Blambangan hingga
mereka pulang ke Negeri nya.”
Ratu sangat senang, tiba-tiba
ada seorang pemberani yang mau membantunya dari kesulitan.
Ratu bersabda, “
Kedengarannya sangat menyenangkan!
Siapakah engkau? “
“ Nama ku Bambang Menak; Aku adalah salah seorang dari rakyatmu. Aku ingin menjadi seorang pahlawan untuk
Kerajaan Majapahit.”
“ Baik! Jadi apa rencana mu? “
“ Aku bersama tentara
Majapahit dan juga Patih Lohgender akan terjun kembali didalam pertempuran,
tiga hari di muka ini. Ku akan pukul mundur
musuh-musuh ku! “
“ Tidak bersama Patih
Lohgender! Engkau harus berjuang dengan
kesaktian mu, tanpa dibantu oleh Patih.
Aku takut Patih justru akan mengacaukan rencana mu.”
“ Wow, .... terimakasih atas
kepercayaan mu kepadaku.! “
“ Didalam keadaan yang
mendesak ini, aku, Ratu Kencana Wungu mengangkat engkau sebagai Pimpinan
Angkatan Perang Majapahit.
Hanya engkau sebagai Pimpinan tertinggi,
didalam Angkatan Perang Majapahit.
Jika
engkau berhasil memenangkan pertempuran ini, maka engkau akan ku bayar
langsung. Disamping itu engkau juga akan
mendapat hadiah dari ku.”
“
Betulkah itu wahai Yang Mulia? Aku akan
mendapat hadiah? “
“
Tentu! Aku membenci, jika ada seorang
rakyat ku yang tidak mau mempercayai janji ku.”
“ Aku mempercayai janji mu
itu Yang Mulia! Hadiah! Hadiah apakah itu wahai Yang Mulia?
Tetapi jangan engkau jawab
pertanyaan ku sekarang.
Nanti, apabila aku sudah
menyelesaikan tugas ku. Setelah aku
dapat mempersembahkan kepala Prabu Mancruet dihadapan mu.”
“ Ya benar! Aku setuju dengan mu! “
Bambang Menak berpikir
didalam hati, “ Ratu sungguh cantik! Aku sungguh jatuh hati kepadanya. Ya dewa! Bantulah aku untuk mendapatkan dia
sebagai jodohku; Jadikanlah ‘hadiah’ itu
berupa perkawinan ku dengan dia.”
Siapakah Bambang Menak? Apakah benar dia mempunyai kesaktian, seperti
yang dikatakan oleh Ratu? Kiranya Ratu
hanya menduga-duga saja. Tidak ada orang yang tau tentang kesaktian Bambang
Menak.
Pada kenyataannya, Bambang
Menak memang sakti mandraguna. Dia
mempunyai senjata berupa ‘Gada Wesi Kuning’.
Bila dia memegang senjatanya,
maka terdengar suara halilintar; Muka nya berubah menjadi muka raksasa. Bila gada itu diayunkan kekanan dan kekiri,
maka musuh-musuh dihadapannya akan mati seketika. Sekali pukul, akan mati serdadu musuh
sebanyak lebih dari sepuluh orang.
Senjata Gada Wesi Kuning,
memang senjata yang sangat menakutkan.
Ratu Kencana Wungu berpidato
dimuka para prajuritnya, “ Hai para prajurit ku; Sekarang engkau mempunyai
Pimpinan baru, Bambang Menak. Bukan aku
akan menggantikan Patih Lohgender kepada dia, tetapi aku memberi kesempatan
kepada Bambang untuk dapat memperlihatkan kehebatan dan kesaktiannya.
Biarlah Patih dan dua anaknya
beristirahat dulu.
Hai Para prajurit! Ibu Pertiwi menantikan pengorbanan mu. Bukan saja pengorbanan dari mu, akan tetapi
juga dari aku. Aku dan Patih Lohgender
akan tetap didalam Istana ini, guna mempertahankan tempat terachir pertahanan
militer Majapahit.
Aku akan memegang pedang
untuk membunuh musuh-musuh ku, musuh kita.”
Terdengar tepuk tangan dari
para prajurit.
Para prajurit memberi salut
dan yel-yel, “ Hidup Ratu Wungu! Hidup
Ratu Wungu!
Hidup Bambang Menak ! Hidup Bamban Menak!“
Seorang pasukan mata-mata
melaporkan kepada Ratu, “ Yang Mulia, musuh sudah mendekati pintu gerbang
Istana. Mereka berbaris secara teratur,
dalam jumlah banyak tidak dapat dihitung; Bagaikan semut.”
Bambang Menak mendengarkan
laporan pasukan mata-mata itu. Kemudian
dia aktif bertanya kepada prajurit itu.
“ Berapa banyak menurut perkiraanmu, pasukan musuh itu?”
“ Lebih dari lima ribu
orang.”
Bambang Menak mengalihkan
mukanya kepada Ratu, “ Wahai Yang Mulia, saatnya aku memegang kendali Angkatan
Perang Majapahit sekarang. Bolehkah? “
“ Ya! Engkau boleh! “
Langsung Bambang Menak
meneriakan komando nya,
“ Hai Pasukan Majapahit! Sekarang aku memegang kendali pasukan ini!
Berbaris dan langsung keluar!
Buka pintu gerbang!
Perang! Perang! Perang !”
Suara Bambang Menak
mengelegar, membuat pasukannya kembali bersemangat.
Dia kembali berteriak, “
Hidup Majapahit! “
Kemudian disambut oleh
pasukannya, “ Hidup Majapahit ! “
“ Hidup Ratu Kencana Wungu !”
“ Hidup ratu ! “
Bambang Menak berdiri dimuka
barisan, tampaknya tidak takut mati. Dia
memegang senjata andalannya, Gada Wesi Kuning.
Terdengar suara halilintar yang menderu-deru dari senjatanya, seakan
akan turun hujan; Mukanya berubah menjadi
muka yang menakutkan, seperti raksasa.
Sesampainya dimuka barisan
musuh, Gadanya diayunkan, maka dua puluh pasukan musuh mati seketika. Kembali Gada diayunkian, lebih dari dua puluh
pasukan musuh yang mati.
Melihat keadaan yang tidak
menguntungkan, komandan pasukan musuh, memberi komando untuk mundur, “ Pasukan
mundur! Mundur ! “
Pasukan Blambangan mundur
sambil membersiapkan panahnya, maka banyak anak panah beterbangan, menuju
sasarannya; Banyak pasukan Majapahit yang mati terpanah.
Tiba-tiba seorang pasukan
mata-mata melaporkan langsung kepada Bambang Menak, “ Tuan! Pasukan musuh menerobos dari arah
belakang tembok Istana. Tembok berhasil dirobohkan, sehingga mereka
dapat masuk kedalam halaman Istana.”
“ Cilaka! Bagaimana keadaan Ratu kita? “
“ Dia sedang bertempur
langsung melawan Prabu Mancruet.”
“ Cilaka! Cilaka! “
Sungguh cerdik Raja
Blambangan dengan memecah pasukannya menjadi dua. Patihnya menyerang Istana Trowulan dari arah
depan, dan dia sendiri memimpin pasukannya dari dari arah belakang.
Jika dia dapat membunuh Ratu,
atau menawan Ratu, maka pertempuran bisa dinyatakan selesai dan kemenangan ada
ditangan Blambangan.
Bambang semakin membabi buta
dengan gadanya, maka pasukan musuh lari meninggalkannya. Tidak ada keinginan Bambang untuk mengejar
mereka, karena ada tugas yang lebih penting, yaitu keselamatan Ratu.
Untung saja ada pasukan
mata-mata yang melaporkan serbuan Prabu Kebo Mancruet kedalan halaman Istana;
Jika tidak, maka Bambang akan mengejar musuh dan kemudian akan meninggalkan
Ratu yang sedang bertempur melawan Kebo Mancruet.
Sudah lah pasti Ratu akan
mati atau tertawan oleh musuh. Dan
mungkin Majapahit dapat dinyatakan dipihak yang kalah perang.
Maka Bambang kembali masuk
kedalam Istana guna membantu Ratu dan Patih Lohgender.
Ratu sudah terluka pada
tangan kirinya. Darahnya menetes jatuh ke tanah.
Kebo Mancruet semakin gencar
memberi serangan-serangan mematikan, guna mempercepat kematian Ratu.
Bambang Menak datang di saat
genting dari Ratu, “ Yang Mulia mundur! Aku yang akan menyelesaikan dia! “
Ratu berhasil keluar dari
pertempuran. Bambang Menak mengayunkan
Gada Wesi Kuning kearah Raja Kebo Mancruet beserta prajurit-prajuritnya.
Sungguh hebat akibatnhya,
Prabu Kebo Mancruet terpental sejauh sepuluh meter, sudah dapat dipastikan dia
mati. Bersama dengan Raja, ada dua puluh
prajurit musuh yang terkapar mati.
Dahsyat! Sungguh tidak dapat
dipercaya, kehebatan Gada Wesi Kuning.!
Senjata apa sebenarnya Gada
Wesi Kuning itu?
Sementara itu prajurit kerbau
yang lain lari melalui tembok yang roboh;
Mereka lari karena benar-benar takut.
Hanya mendengar suaranya saja yang seperti suara halilintar, mereka
sudah takut. Terlebih lagi, Bambang
Menak mengancam dengan Gada Wesi Kuning yang masih ditangannya.
Ratu melihat sendiri aksi
Bambang Menak, “ Sungguh hebat, tidak dapat dipercaya! “ Komentar Ratu didalam hati.
Ratu berpikir didalam
hatinya, “ Apakah dia akan merebut kekuasaan ku? Dengan menggunakan senjata
pamungkasnya? .... Boleh jadi seperti
itu nantinya! Jadi, aku harus berhati-hati menghadapi dia!
Dia bagaikan harimau jinak
peliharaan yang ada di kandangnya. jika
dia terlepas, maka aku akan di gigit dan di cabik-cabik.”
Bambang mendekati Ratu, “
Apakah engkau baik-baik saja Yang Mulia? “
“ Aku baik-baik saja,
terimakasih atas bantuan mu.” Jawab Ratu pendek.
Ratu bahkan menyembunyikan
luka ditangan kirinya, karena takut Bambang akan ikut mengobatinya.
Bambang bertanya kepada Ratu,
“ Apakah akan kupersembahkan sekarang ini, wahai Yang Mulia? “
“ Apa maksudmu? “
“ Kepala Kebo Mancruet “
“ Engkau tidak perlu.”
Tidak lama kemudian seribu
prajurit musuh masuk kedalam halaman Istana, secara serentak. Sekarang mereka benar-benar tidak takut
mati. Mereka hanya akan mengambil mayat
junjungannya Prabu Kebo Mancruet.
Bambang Menak mengusirnya
dengan senjatanya, tetapi yang datang lebih banyak lagi.
Ratu berteriak kepada pasukan
musuh, “ Hai prajurit kerbau! Ambil lah
mayat junjungan mu, aku tidak akan mengganggu mu. Karena aku tidak memerlukan mayat itu.
Pergilah bersama mayat
junjungan mu dan jangan kembali lagi, atau engkau akan mati seperti Rajamu itu,
disabet dengan Gada Wesi Kuning.?”
Salah seorang prajurit musuh
mendatangi mayat Raja dan kemudian digendong untuk dibawa pergi. Teman-teman
nya ikut membantu.
Kemudian pasukan musuh mundur
secara teratur dan perlahan-lahan.
Tidak terdengar komando
pasukan musuh; Mereka seperti bisu dan penuh ketakutan. Yang jelas mereka menarik diri dari medan
tempur, dan akan kembali ke Negerinya.
Apakah mereka dapat melarikan
diri begitu saja, sebelum menyatakan diri mereka sudah menyerah? Seharusnya Pimpinan mereka mau menyatakan
diri menyerah, karena Raja mereka sudah tewas;
Dan sudah pasti keberanian mereka menyusut, tidak ada gairah lagi untuk
menaklukan Kerajaan Majapahit.
Patih Kerajaan Blambangan
seharusnya menyatakan menyerah kepada Majapahit, tetapi dia tidak pernah
kelihatan.
Jika tidak ada pernyataan
menyerah, maka kewajiban Angkatan Perang Majapahit untuk membalas penyerangan
mereka ke Blambangan, merebut dan menaklukan Kerajaan Blambangan.
Bambang Menak mendekati Ratu
Kencana Wungu, untuk menagih janji hadiah dari Ratu.
“ Wahai Yang Mulia, aku
melaporkan bahwa musuh sudah pergi, kembalike Negerinya. Aku mohon maaf, karena kepala Kebo Mancruet
tidak dapat dipersembahkan kehadapan mu.
Akan tetapi itu bukan salahku.
Dan, kiranya aku boleh
mendapatkan hadiah dari mu, wahai Yang Mulia? “
Ratu terdiam sejenak, karena
dia berpikir, hadiah apa yang pantas untuk si Bambang ini?
Karena Ratu terdiam,kembali
Bambang berkata atau mendesak,
“ Wahai Yang Mulia, aku
teringat akan kata-katamu, yang mana engkau tidak menyukai seorang rakyat
Majapahit, yang tidak mau percaya akan janji Ratunya.
Bukankah begitu kata-katamu
Yang Mulia? “
“ Benar memang seperti itu
yang aku katakan, lalu apa? Apa maumu?
Hadiah itu datang dari ku
atas kemauanku, bukan engkau yang menentukan!
Aku akan menentukan hadiah
yang pantas untuk mu, tetapi bukan sekarang.
Apakah engkau mengerti? “
Sekarang Bambang Menak yang
terdiam. Dia berpikir, “ Sepertinya dia
sudah tau, bahwa yang kuinginkan adalah dirinya, yang akan kujadiakn istriku. Nampaknya perjuangan ku masih jauh dari
tujuannya. Nanti akan kupikirkan
strategi lain.”
Yang diminta oleh Bambang
Menak memang tidak wajar, yaitu diri Ratu!
Itu adalah buah pikir seorang gila.
Ratu Majapahit adalah milik rakyat Majapahit. Jika Ratu sebagai hadiah, lalu siapa yang
akan memberikan? Jika bukan Dewa
Wisnu.! Sudah pasti Dewa Wisnu tidak
akan setuju untuk memberikan hadiah seperti itu!
Pada akhirnya Bambang Menak
menjawab, “ Aku mengerti Yang Mulia! “
“ Baik lah!
Tugas mu selanjutnya adalah
menyerang Kerajaan Blambangan, dan taklukan Kerajaan Blambangan! Jadikan daerah jajahan baru dari Majapahit.
Dan engkau, kuangkat menjadi
Raja ditempat itu.
Selamat wahai pejuangku! “
“ Terimakasih wahai Ratu ku!
Aku akan mempersiapkan
Angkatan Perang Majapahit, dalam waktu satu minggu.
Pasukan kavaleri berkuda ku
akan datang ke Blambangan.”
Dengan tidak membuang waktu,
Bambang Menak menyerang balik Kerajaan Blambangan dengan senjata andalannya,
Gada Wesi Kuning.
Singkat cerita, Bambang Menak
berhasil menduduki Blambangan; Kerajaan
Blambangan menyerah kalah.
Dan tak lama kemudian dia
mengangkat dirinya sebagai Raja disitu, dengan gelar Raja Menak Jinggo. ‘Menak’ adalah nama ayahnya dan ‘Jinggo’
adalah nama ibunya.
Raja baru Kerajaan Blambangan
adalah Komandan militer Majapahit.
Rakyat Blambangan kelihatannya terpaksa untuk mengakui Bambang sebagai
Raja mereka.
Semua itu dikarenakan Gada
Wesi Kuning yang ditakuti. Semua orang
takut! Baik itu rakyat Blambangan,
maupun rakyat Majapahit.
Sesungguhnya ada satu rahasia
akan kelemahan dari Raja Menak Jinggo; Tanpa senjatanya, Menak Jinggo bukan lah apa-apa; Dia tidak lagi menjadi kuat dan perkasa,
melainkan hanya machluk yang lemah.
Bambang Menak jika mau, dapat
menjadi Raja di Majapahit, karena dia mempunyai Gada Wesi Kuning yang ditakuti
Akan tetapi, rakyat Majapahit
tidak terpikir kearah sana. Bahkan
rakyat Majapahit memuji Bambang Menak sebagai ‘Pahlawan’
Rakyat Majapahit bergembira
karena kemenangan perang, dan menyambut gembira akan Raja Menak Jinggo, sebagai
Raja Blambangan.
Seharusnya Raja Menak Jinggo
adalah Raja dibawah pengaruh Ratu Majapahit.
Seharusnya Kerajaan Blambangan adalah daerah jajahan Majaphit.
Akan tetapi tidak seperti itu
keadaan sebenarnya; Justru dia ingin berchianat kepada Kerajaan induk nya
sendiri. Semua itu dikarenakan keinginan
Bambang Menak untuk memperistri Ratu Kencana Wungu.
Sungguh benar, Raja Menak
Jinggo sedang mempersiapkan Angkatan Perang nya untuk menyerang Majapahit.
Tetapi dia tidak akan mau
meruntuhkan Kerajaan Majaphit; Akan tetapi, hanya ingin merebut Ratu dan
Tachtanya. Inilah cita-cita Raja Menak
Jinggo, yang tidak dapat ditunda apalagi dihentikan.
Bab 2
Ratu Kencana Wungu sedang
santai di Istana Trowulan, pasca perang brutal.
Akan tetapi dia berpikir akan halnya sang pahlawan, Bambang Menak.
Dia memikirkan kembali
sewaktu Bambang meminta hadiah darinya yang seolah memaksa.
Apa mau nya dia?
Ratu berpikir, “ Dia
memandang aku, menusuk kedalam hati ku.
Dan aku langsung mengetahui akan mau nya!
Dari caranya, aku sudah tau
apa mau nya dia sebenarnya.
Dia menginginkan diriku,
untuk dijadikan gundik nya.
Beraninya engkau, hai Bambang?
Apakah engkau tidak berpikir
bahwa engkau hanyalah salah seorang dari rakyat ku!
Dia tidak mau menghargai aku
sebagai Ratu nya, tetapi menganggap aku hanyalah sebagai wanita cantik yang
mudah di ‘terkam’ dan dijamah oleh nya.
Dia memang kurang ajar! “
Ratu Kencana Wungu merasa
lega, karena ‘harimau peliharaannya’ sudah pergi ke Kerajaan Blambangan. Dia berharap agar Bambang Menak mau
menikmati kedudukan baru nya sebagai seorang Raja disitu; Dengan demikian, dia
tidak mau mengganggu aku.
Hendaknya Bambang Menak
segera mendapatkan jodohnya, seorang wanita cantik yang sangat dicintainya.
Akan tetapi, Ratu berpikir
kembali didalam hati, “ Hai! Mengapa
kulepaskan ‘harimau’ itu kedalam hutan.
Bukankah aku telah mengizinkan dia untuk menjadi Raja di Blambangan? Itu sama saja dengan melepaskan harimau
peliharaan ku, kembali ke hutan.
Oh, sungguh keputusanku adalah suatu kesalahan
didalam pemerintahan ku!
Jadi ... apa yang akan dia
lakukan selanjutnya?
Pastilah dia akan membawa
tentaranya untuk menyerang Majapahit! “
Ratu menjadi resah! Ternyata, tidaklah mudah menjadi seorang
Ratu!
Akhirnya Ratu mendapatkan
strateginya yang baru yaitu seorang wanita cantik’
Ratu berpikir, “ Aku akan
mengirim seorang wanita cantik untuk kuhadapkan kepada Raja Menak Jinggo, agar
dia mau mengawini nya,maka dia akan mau melupakan aku.
Semua itu harus dilaksanakan
secara rahasia!
Seolah-olah wanita itu datang
tanpa sengaja kehadapannya.”
Setelah dicari diseluruh
Negeri, maka pada akhirnya, seorang wanita cantik dapat terpilih. Dia mau
dikawinkan kepada Raja Menak Jinggo.
Dia bernama Dewi Wahita;
Seorang loyalis Ratu Majapahit.
Dewi dihadapkan ke pada Ratu
Kencana Wungu,
“ Hai siapa nama mu? “
“ Namaku Dewi Wahita! Tugas apakah Yang Mulia akan berikan kepada
ku? “
“ Engkau harus berjanji dulu
kepada ku, bahwa engkau mau merahasiakan tugas mu ini! “
“ Baik Yang Mulia! “
“ Apakah engkau setia kepada
Kerajaan Majapahit? “
“ Tentu saja Yang Mulia! Bahkan nyawaku akan kuserahkan didalam
menjalankan tugasku ini wahai Yang
Mulia! ”
“ Oh bagus sekali! Engkau akan kukirim ke Negeri Blambangan,
dengan tugas untuk dapat mendampingi Raja Menak Jinggo sebagai istrinya.!
Aku yakin engkau bisa dan
mau! “
“ Tugas akan kulaksanakan
Yang Mulia!
Jika kuboleh tau, atas dasar
apa tugas ini harus dilaksanakan? “
“ Engkau adalah prajurit
wanita, tentara Majapahit.
Tugas mu adalah mengalihkan
cinta Raja, dari ku kepadamu.
Sehingga, hanya engkau yang
akan dicintai oleh Raja.
Semoga dengan perkawinan mu
dengan Raja, maka Raja Menak Jinggo tidak akan lagi mengejar-ngejar aku!
Mengertikah engkau? “
“ Megerti Yang Mulia.”
“ Dengan kecantikanmu dan
daya pikatmu, aku yakin engkau bisa! “
“ Mohon doa restu dari mu Yang Mulia!
Akan tetapi aku mohon,
sekiranya aku ditemani oleh seorang wanita cantik yang lain. Serasa aku tidak sanggup dengan tugas berat
ini, kecuali bila aku mendapat teman untuk kami dapat bertukar pikiran.”
“ Ya aku setuju dengan mu;
Aku akan perintahkan kepada Skretariat Kerajaan untuk mencarinya untuk menjadi
temanmu.
Aku yakin Raja Menak Jinggo
akan senang mendapat dua istri sekali gus.
Jika perlu dia juga mau mengawini sepuluh wanita cantik seperti kamu.
Tetapi, teman mu itu harus
lah memenuhi syarat; Seperti kamu ini
lah!
Cantik, loyal dan mau menjadi
istri Raja Menak Jinggo.”
“ Aku senang dan bahkan
sekarang bersemangat,karena akan mendapat teman seperjuangan.”
“ Semoga kalian berdua
menjadi senang karena diperistri oleh seorang Raja! “
Pada hari-hari selanjutnya,
datang lah wanita cantik yang diperlukan sebagai teman seperjuangan Dewi
Wahita. Dia bernama Dewi Puyengan.
Segera dia dihadapkan kepada
Ratu Kencana Wungu. Dia betul cantik
menurut pendapat Ratu, juga loyal kepada Kerajaan dan mau diperistri oleh Raja
Menak Jinggo.
Ratu bersabda, “ Aku bangga
mempunyai dua prajurit wanita seperti kalian berdua.
Sekretariat Kerajaan akan
mengatur keberadaan mu di Blambangan, seperti rumah untuk tempat tinggal
kalian, Perkumpulan sandiwara keliling yang akan menghibur Raja di Istana. Dan semua dapat diatur dari sini.
Tugas kalian yang terpenting
selain kawin dengan Raja, adalah mencari tau, apakah sebenarnya senjata ‘Gada
Wesi Kuning’ itu?
Dimana Raja menyimpan senjata
pamungkasnya itu?
Engkau dapat menanyakan
kepada Raja. Karena aku yakin kedekatan
kalian sebagai istri Raja. Tanyakan
secara bergurau, agar Raja tidak menjadi curiga kepada kalian.”
“ Baik Yang Mulia! Kami berdua akan mejalankan tugas rahasia
ini! “
“ Selamat jalan dan sukses
selalu; Dewa bersama mu.”
Bab 3
Patih Lohgender juga dapat
bernafas lega, karena pertempuran sengit sudah berlalu dengan sukses. Dia berterimakasih kepada Bambang Menak yang
secara tiba-tiba tampil dihadapannya dan dihadapan Ratu. Jika tidak ada dia, apa lah jadinya nasib
Kerajaan Majapahit, dan nasib sang Ratu?
Ada seorang warga Majapahit
yang lain, yang juga ingin menjadi pahlawan seperti Bambang Menak. Dia bernama Damarsasongko.
Maka Damarsasongko menghadap
Patih Lohgender, kiranya dia akan mendapat tugas dari Ratu Kencana Wungu.
“ Wahai Patih Lohgender,
kiranya aku dapat engkau hadapkan kepada Ratu! “
“ Untuk apa? “
“ Kiranya Ratu mempunyai
suatu keinginan atau tugas Negara yang akan diserahkan kepada ku untuk aku
dapat membantu Ratu, untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Aku adalah seorang pencari
kerja. Dan aku belum berkeluarga.”
“ Dari mana engkau tau bahwa
Ratu memerlukan engkau? Darimana engkau
tau bahwa Ratu mempunyai tugas atau permasalahan Negara, yang harus
diselesaikan? “
“ Dewa Wisnu telah memberi
tahu aku! “
“ Dewa Wisnu?
Jika benar seperti itu, maka
engkau adalah manusia yang beruntung; Karena engkau dapat bercakap-cakap dengan
Dewa.
Selamat! “
Patih Lohgender pernah
mendengar berita bahwa memang ada manusia yang dapat bercakap-cakap dengan Dewa
Wisnu. Dia adalah Raja Airlangga dari
Kerajaan Kahuripan; Tetapi itu sudah ratusan tahun yang lalu.
“ Bolehkah? “ Damarsasongko mendesak.
“ Tidak sembarang orang dapat
dihadapkan kemuka Ratu ku
Jika engkau mau mencari
kerja, sesungguhnya aku memerlukan seorang pekerja.”
“ Kerja apa wahai Patih? “
“ Mengurus kuda ku dan
membersihkan kandang kuda ku, dirumahku.”
“ Patih! Engkau nampaknya mau menghina diriku?
Bagaimana engkau ini? Apakah menurutmu pekerjaan membantu Ratu dapat
disamakan dengan mengurus kuda? “
“ Aku hanya menawarkan kerja
untuk mu, bukan mau menghina diri mu.
Bukankah engkau seorang
pencari kerja?
Ingtlah, sebelum membantu
Ratu, maka engkau harus mengurus kuda; Jadi bersabar lah.
Tanyakanlah kepada Dewa
Wisnu, apakah pekerjaan yang sesuai dengan mu? ”
Damarsasongko terdiam; Nampaknya dia sedang berdiskusi didalam
hatinya dengan Dewa Wisnu. Nampak kerut
kerut dikeningnya menipis dan menghilang, artinya dia sekarang tidak marah,
bahkan menjadi gembira.
Akhirnya Damarsasongko mau
menerima tawaran itu.
Sejak saat itu Damarsasongko
bekerja dirumah Patih Lohgender, sebagai kuli, pekerja kasar.
Dia harus membawa rumput
segar untuk makanan kuda, harus membersihkan kandang kuda dari tahi kuda,
memandikan kuda, dan juga merawat kulit kuda.
Dewa Wisnu telah menasehati dirinya
untuk bersabar seperti kata-kata Lohgender, sebelum membantu Ratu, harus
mengurus kuda!
Jadi Damarsasongko bekerja
rajin, dari hari demi hari. Tidurnya pun
dekat kandang kuda.
Datanglah Layang Seta dan
Layang Kumitir yang akan mengganggu Damar.
“ Hai pekerja! Pekerjaan mu bukan saja mengurus kuda, tetapi
juga mengurus taman dan semua tanaman di halaman rumah ini! Engkau mengerti? “
“ Siapakah engkau? “
“ Aku adalah putra-putra
Patih Lohgender. Jadi aku berhak memberi
perintah kepada mu.”
“ Baik! Maka gajih ku harus ditambah sebanyak dua
kali lipat; Maka aku akan menerima gajih sebanyak tiga kali lipat dari gajih semula. Engkau mengerti? “
“ Kurang ajar kau! Berani nya kau melawan kami? “
Maka terjadilah perkelahian
dua melawan satu. Damarsasongko tidak
takut kepada dua lawannya. Tinju Damar
tepat mengenai mata kanan Layang Kumitir.
Layang Kumitir membalas
meninju mulut Damar; Mulut damar berdarah.
Tiba-tiba seorang tua bersama
seorang gadis cantik berlari-lari menghampiri perkelahian itu.
“ Stop! Stop! Stop! Jangan diteruskan! “ Demikian perintah Patih Lohgender kepada
anak-anak nya. Dia datang bersama anak
gadisnya, Anjasmara.
“ Hai Layang Kumitir mengapa
engkau berkelahi dengan pekerja ku? .... Jawab! “
Layang kumitir tidak mau
menjawab, dia hanya memegang mata kanannya yang sembab membiru, karena pukulan
Damar. Seolah-olah dia meminta
perlindungan dan pembelaan dari ayahnya, “ Ayah, balaskan lah penghinaan ini,
pukul kembali kuli ini! “
Karena tidak mau menjawab,
maka Damarsasongko berkata, “ Wahai Patih!
Karena anak mu tidak mau menjawab pertanyaan mu, maka aku yang akan
mewakilinya.
Dia telah memukul mata kanan
ku, sehingga mata ku menjadi bengkak dan biru, karena aku telah menghina si
kuli ini.
Demikian wahai Patih Lohgender.”
Mendengar perkataan Damar,
kembali kedua anak-anak Patih itu menyerbu. Maka terjadi perkelahian ronde ke
dua.
Patih Lohgender datang dan
memukul kepala Layang Seta dan Layang Kumitir.
“ Kamu ini kurang ajar
terhadap tamu ku! “
“ Ampun ayah! Ampun ayah!
Ampun ayah! “
Kedua anak-anak nya itu lari
ke arah rumah.
“ Terimakasih wahai Patih
Lohgender! “ Kata Damarsasongko.
Anjasmara datang menghampiri,
“ Bolehkah aku mengobati luka di bibir mu itu? Aku malu akan perbuatan kedua saudara ku.
Untuk itu, aku meminta maaf kepada mu.”
“ Wow, ... terimakasih atas
budi baik mu, aku kira ini hanya luka kecil saja, nanti akan sembuh dengan
sendirinya.”
“ Siapakah nama mu? “
“ Damarsasongko.”
“ Aku Anjasmara, putri dari
Patih Lohgender.”
Kemudian keduanya berjabat tangan.
“ Aku bekerja dirumahmu,
untuk mengurus kuda dan kandang nya.
Untuk menyelesaikan pekerjaan
ku, maka aku harus berada dirumahmu selama dua puluh empat jam.”
“ Oh begitu? Dimana engkau tidur selama ini? “
“ Didekat kandang kuda, aku
melewatkan waktu malam ku bersama kuda.”
“ Oh kasihan!
Banyak kamar yang dapat
engkau tempati dirumahku. Nanti akan
kuantarkan engkau ketempat mu melewatkan malam mu.”
Anjasmara memandang Damar
tanpa berkedip; Pandangan matanya menembus kedalam hati Damar. Dia berpikir didalam hati, “ Sungguh pemuda
ini ganteng; Baru kali ini aku menemui
pemuda seperti dia. Sesungguhnya aku
jatuh cinta! “
“ Wow,... sekali lagi aku
berterima kasih atas budi baik mu, wahai Anjasmara!
Engkau lah pemilik rumah ini;
Hampir aku lupa.
Betulkah engkau akan memberikan
aku suatu tempat untuk aku beristirahat? “
“ Ya sudah pasti! “
Sekarang kedua nya terdiam, hanya hati mereka
yang berbicara. Masing-masing saling
menilai lawan bicaranya.
Damarsasongko berpikir dan
berkata kepada Dewa Wisnu, “ Wahai Dewa Wisnu Yang berkuasa atas alam semesta
ini. Ada permohonan ku kepada mu,
jadikanlah Anjasmara sebagai istri ku, pendampingku didalam hidupku
selanjutnya.”
Kembali Anjasmara berkata, “
Ada permohonanku kepadamu wahai Damar;
Sebelum engkau menyebut nama ku, katakan lah ‘kekasih’ dimuka namaku,
jadi ‘kekasih Anjasmara’”
Damar berpikir, “ Wahai Dewa
Wisnu, sungguh cepat permohonan ku, engkau kabulkan.
Se-akan aku belum sempat
berkedip.”
Langsung Damar menjawab, “
Alangkah senangnya aku ini, wahai kekasihku, sesungguhnya aku mencintai mu.”
“ Aku juga mencintai mu,
sayang! “
Maka keduanya berpelukan
dengan suka cita. Jadilah keduanya
sepasang kekasih, atas persetujuan Dewa Wisnu.
Sungguh Damar percaya, akan halnya Dewa Wisnu yang telah mengabulkan
permohonannya secara cepat, bahkan supercepat.
Anjasmara masih meneruskan
kata-katanya, “ Aku mencintaimu, setelah memandang engkau untuk pertama
kalinya. Aku akan mengikuti engkau wahai
Damar; Kemanapun engkau pergi.”
Kembali sepasang kekasih itu
berpelukan.
Damar hanya menjawab pendek,
“ Terimakasih atas cinta mu yang tulus kepadaku; Walaupun aku ini hanyalah seorang buruh
kasar, yang sedang bekerja dirumah mu.”
“ Tidak mengapa! Nasib seseorang sudah tercatat didalam agenda
nya Dewa; Dan kemudian akan berubah,
karena catatan agenda Dewa itu selalu berubah dari hari demi hari.”
“ Benar kata mu wahai
Anjasmara. Aku hanyalah anak wayang yang
sedang dimainkan oleh Dewa Wisnu didalam skenario nya. Dewa Wisnu adalah sang Sutradara. Dan aku sedang memainkan peran ku sebagai
kuli, buruh kasar.”
Anjasmara memandang muka
Damarsasongko, lama sekali.
Kemudian dia berkata, “ Ada
yang menghalangi nasib baik mu wahai Damar, berkenaan dengan nama mu. Aku mudah menyebut nama mu sebagai
‘Damar’. Akan tetapi aku mendapat
kesulitan bila aku harus menyebut nama ‘Sasongko’
Jika engkau setuju dengan
saran ku! “
“ Apa saran mu? “
“ Hendaknya, nama mu dirubah
menjadi Damar Wulan. Kedengarannya lebih
baik dan mudah bagiku untuk memanggilmu.”
Damarsasongko terdiam. Dia berpikir didalam hati, “ Ibu ku akan
marah kalau nama ku dirubah-rubah. Akan
tetapi, mengapa secara tiba-tiba ada orang yang mau mengganti nama ku? Dan juga dia mengkaitkan dengan nasib ku?
Jika ku kaitkan dengan Dewa
Wisnu, maka mungkin Dewa Wisnu yang menganjurkan nama baru ini, melalui
Anjasmara.
Dan memang Damar Wulan lebih
enak didengar daripada Damarsasongko.”
Damarsasongko pada akhirnya
berkata, “ Baik lah, aku setuju dengan mu!
Maka mulai saat ini nama ku adalah Damar Wulan.”
Kembali Anjasmara memeluk
kekasihnya dengan mesra. “ Dengan nama Damar Wulan engkau akan mendapat kan
kebahagiaan yang kedua, yaitu kedudukan mulia di masyarakat.
Bukan kah kebahagiaan mu yang
pertama sudah engkau dapatkan? “
Damar Wulan bertanya, “
Kebahagiaan apa yang pertama itu? “
“ Aku! Aku sebagai kekasihmu!
Bukankah itu suatu
kebahagiaan? Apakah engkau akan melupakan aku? “
“ Tidak! Tidak!
Maafkan aku wahai kekasihku!
Engkau lah kebahagiaan ku
yang pertama dan utama.
Aku tidak akan melupakan
engkau, wahai kekasihku! “
Kedua nya terdiam, tetapi
penuh kebahagiaan.
Damar Wulan berdoa kepada
Dewa Wisnu, “ Wahai Dewa Wisnu yang berada didalam hatiku, aku berterimakasih
atas pemberianmu, yaitu kekasihku yang akan menjadi istriku, Anjasmara.”
Damar Wulan mengalihkan
pembicaraan, “ Wahai Anjasmara, jangan lah aku ditempatkan dikamar yang
berdekatan dengan kedua saudaramu!
Mereka membenci aku! Tetapi
percayalah kepada ku, aku tidak pernah akan membenci mereka.
Tanyakanlah alasan mereka yang
sebenarnya, mengapa mereka membenci aku? “
“ Baiklah, akan aku atur!
Mereka membencimu, karena
mereka sombong. Pada prinsipnya, mereka
mempunyai pendapat, tidak ada orang yang lebih baik diDunia ini, selain mereka.
Jadi kalau engkau
bercakap-cakap dengan mereka, lebih baik diam dan selalu membenarkan apa yang
mereka katakan.”
“ Tetapi harus melawan apa
yang mereka inginkan dari lawan bicaranya.
Bagaimana dia ingin aku
melaksanakan tugasku lebih dari semestinya.
Mereka ingin aku mengurus
semua tanaman di halaman rumahmu,apa itu tugas ku? ”
Bab 4
Apa yang terjadi di Kerajaan
Blambangan? Rakyat Blambangan mempunyai
Raja buru, bernama Raja Menak Jinggo.
Raja itu adalah bekas Komandan Angkatan Perang Majapahit; Setelah
menaklukan Kerajaan Blambangan, dia menjadi Raja di Blambangan.
Akan tetapi Raja Menak Jinggo
ingin berchianat kepada Induknya, Kerajaan Majapahit.
Raja ingin menyerang Kerajaan
Majapahit,merebut Tachta dan mengawini Ratu Majapahit.
Apakah sejauh itu niatnya
yang tidak masuk diakal? Bagaimana dia
ingin berchianat, menjadikan cerita Nenek ku menjadi ‘ngawur’ ( kacau).
Seharusnya Raja Menak Jinggo
mempunyai Hati Nurani; Seperti hal nya
seorang manusia biasa. Sudah seharusnya
dia mempunyai ‘Tata Krama’ dan ‘Sopan Santun’ terhadap atasannya, Yang Mulia
Ratu Kencana Wungu.
Raja Menak Jinggo tidak lah
boleh sembrono ( gegabah).
Akan tetapi dia mempunyai
tekad yang bulat, akan menyerang Majapahit dan merebut Tachta dan kemuadian
memaksa kawin dengan Ratu!
Cerita Nenek dapat
dimengerti, karena kita tau bahwa senjatanya itu bukanlah senjata yang
sembarangan, tetapi senjata yang hebat.
Bila dia memegang Gada Wesi
Kuning, maka mukanya berubah menyeramkan, dan sifatnya pun berubah menjadi
sifat setan, jahat dan sadis.
Jadi cerita Nenek, dapat
dimengerti, tidak ngawur. Kalu dia
mempunyai tekad menyerang Majapahit; Ya
memang itu sifat setan yang sadis dan jahat, yang membuat dia berkeinginan
untuk menyerang balik Kerajaan Majapahit.
Akan tetapi, bila Gada Wesi
Kuning disimpan, maka Raja Menak Jinggo kembali sebagai manusia biasa yang
mempunyai Hati Nurani; Tetapi masih
tersimpan niat jahat nya.
Beberapa bulan setelah
Blambangan di taklukan, maka Bambang Menak menyatakan diri sebagai Raja
Blambangan, dengan gelar Raja Menak Jinggo.
Pelantikan dirinya diiringi dengan pesta yang meriah. Nampak nya Raja baru itu ingin mengambil hati
Rakyat Blambangan, maka semua orang boleh makan makanan yang lezat dari dapur
Istana.
Berbagai pertunjukan yang
menghibur diadakan di Istana maupun di desa.
Semua orang harus bergembira.
Memang, tidak ada orang yang
menentang Raja; Bahkan tidak ada orang yang berani menjelek-jelekan Raja secara
diam-diam, apa lagi terang-terangan.
Dalam upacara pelantikan itu
Raja Menak Jinggo berpidato dimuka Rakyat,
“ Saudara-saudara yang aku
cintai, Aku Raja Menak Jinggo, akan memimpin Kerajaan Blambangan menuju
Kerajaan yang berbahagia, adil dan makmur.
Percayalah kepadaku! Aku berjanji untuk membuat kalian berbahagia.”
“ Hidup Raja Menak! Hidup Raja Menak! Hidup Raja Menak! “
Salah satu pimpinan
masyarakat yang berada disitu, bertanya, “ Wahai Raja! Apakah engkau akan melakukan peperangan
kembali? Apakah engkau akan menyerang
Kerajaan Majapahit? Aku telah mendengar
khabar akan hal nya perang yang akan engkau lancarkan!”
Raja Menak Jinggo terdiam
diatas podium nya. Dia menjadi bingung
sendiri. Perang adalah se-suatu yang
dibenci oleh rakyat, karena akan mengakibatkan kemiskinan dan bahkan akan mengakibatkan
bencana kelaparan diantara masyarakat.
Roh jahat telah mendatangi
benak nya dan berbisik kepada Raja, “ Berbohonglah engkau! Tidak mengapa engkau berbohong! Itulah sifat seorang politikus seperti engkau.
Katakan tidak, .... pada hal itu memang benar! “
Pada akhirnya Raja bersabda
dihadapan rakyatnya, “ Tidak! Sekali
lagi Tidak! Berita-berita itu tidak
dapat dipercaya!
Bagaimana aku akan membuat
kalian menjadi miskin?
Itu sudah menyalahi janji ku
sendiri, bukan? “
“ Hidup Raja Menak! Hidup Raja Menak! Hidup Raja Menak! “
Yel yel yang gegap gempita,
menambah kecintaan rakyat kepada Raja mereka.
Hiburan diadakan tiga hari
tiga malam.
Sandiwara keliling dapat
menghibur Raja secara langsung; Panitia
memilih mereka karena ada penari penari nya yang cantik-cantik. Tentu nya akan membuat Raja Menak Jinggo menjadi
senang; Apalagi Raja belum mempunyai
istri.
Sungguh benar! Raja terpikat dengan penari yang menghibur
Raja di Istana.
Raja mendekati Panitia dan
membisikan sesuatu ditelinga nya. Tentu
saja hal itu menyangkut para penari cantik yang diminati oleh Raja.
Maka pada akhirnya dua wanita
cantik dihadapkan kepada Raja disuatu ruang rahasia.
Raja bersabda, “ Selamat
datang di Istanaku, wahai dara cantik-cantik yang aku cintai! “
“ Apakah ada maksud tertentu
akan kehadiran kami, wahai Yang Mulia? “
“ Ya tentu saja! Siapakah nama mu? “
“ Aku Dewi Wahita dan temanku
adalah Dewi Puyengan.”
“ Sesungguhnya hati ku
terpikat kepada kalian, karena kalian cantik-cantik dan menawan setiap
laki-laki, termasuk diriku.” Kata Raja,
tanpa malu-malu.
“ Terimakasih! “ Jawab Dewi Wahita, pendek.
“ Aku menawarkan kepada
kalian untuk dapat tinggal di Istana ku.”
“ Tetapi aku mempunyai
pekerjaan tetap; Aku tidak bisa
meninggalkan kontrak ku kepada Panitia.
Kami berdua adalah artis-artis yang dibayar mahal oleh Panitia, untuk
menghibur rakyat diseluruh Blambangan ini.”
“ Aku Raja Menak Jinggo
memaksa mu!
Apa pun alasan mu, tidak berlaku dihadapan seorang
Raja, yaitu aku !”
Terlihat kerut-kerut didahi
Raja; Tanda sifat jahat Raja.
“ Jadi apa? Apa yang akan engkau paksakan terhadap kami
berdua? “
“ Jadilah kalian berdua
istriku! “
“ Wow .... istri seorang
Raja? Bukan main! “
“ Ya benar! Mengapa tidak? “
“ Istri seorang Raja adalah
Permaisuri; Apakah aku akan mendapat
gelar Permaisuri dimuka nama ku?. Jika tidak,
maka aku tidak mau menjadi istrimu! “
“ Pasti aku akan memberi
gelar Permaisuri dihadapan nama mu; Hal itu mudah bagiku! “
“ Tidak mudah Baginda!
Gelar itu harus dibicarakan
dulu dan harus mendapatkan persetujuan oleh seluruh rakyat Blambangan. Aku tidak yakin, akan mereka mau setuju, jika
aku sebagai Permaisuri Kerajaan Blambangan.”
“ Hal itu mudah bagiku! Semuanya dapat diatur! Jangan engkau ambil
pusing! “
“ Baiklah ! Karena engkau memang seorang Raja!
Siapa yang engkau pilih untuk
menjadi istrimu yang pertama dan istri kedua, diantara kami berdua? “
“ Istri ku yang pertama dan
bergelar Permaisuri adalah engkau.”
“ Aku? Aku, Dewi Wahita ? Jadi namaku adalah Permaisuri Dewi Wahita.”
“ Dan engkau adalah istriku
yang kedua.”
Dewi Puyengan kali ini mau
membuka suara, “ Aku Dewi Puyengan, adalah gundik mu wahai Baginda. Baiklah aku terima.”
Maka jadilah rencana strategi
Ratu Kencana Wungu, akan halnya menempatkan serdadu wanitanya di Istana,
sebagai istri Raja.
Raja bersabda kembali, “
Apakah engkau mau mencintai aku, sebagai suamimu? “
Dewi Wahita menjawab, “ Yang
Mulia, tidaklah mudah mengucapkan kata cinta yang harus dipaksakan. Seperti yang sedang engkau lakukan sekarang
ini.
Jadi sesungguhnya, kami
berdua tidak mencintai mu.”
“ Aku dapat mengerti! Ini bukanlah bisnis cinta, tetapi bisnis
nafsu syahwat.”
“ Aku setuju dengan mu wahai
Yang Mulia. Mudah-mudahan diwaktu akan
datang, dapat berubah menjadi,....”
“ Menjadi apa ...? “
“ Masih belum tau, apakah aku
dan kawanku tetap tidak mau mencintai mu, atau tetap netral seperti sekarang
ini.”
“ Sudah lah jangan diteruskan
diskusi cinta ini.” Raja kelihatan
kecewa. Sementara Dewi Wahita
‘jual-mahal’
Maka sejak saat itu, Dewi
Wahita dan Dewi Puyengan menjadi istri Raja.
Nampaknya memang Raja tidak mau mengadakan kenduri apalagi perayaan
besar-besaran seperti hal nya perayaan perkawinan. Jadi dengan demikian, kedua wanita itu dapat
disebut sebagai’ istri peliharaan’
Dikarenakan kedua belah pihak,
sudah sefaham, tidak mau saling mencintai.
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan
tidur sekamar dengan Raja, pada malam pertama dan malam-malam selanjutnya. Semua berjalan lancar, tidak ada masalah.
Dewi Wahita waspada akan
senjata Gada Wesi Kuning. Matanya dibuka
lebar-lebar untuk memeriksa setiap sudut kamar dan lemari, untuk mencari keberadaan
senjata pamungkas itu; Dimana senjata itu telah diletakan oleh Raja?
Dewi mengira, senjata itu
sudah dipindahkan,tidak lagi ada didalamkamar; Entah kemana.?
Saat sekarang ini tidak tepat
untuk bertanya tentang senjata itu kepada Raja; Sangat berbahaya, bagi
keselamatan kedua Dewi, karena Raja akan curiga.
Pada suatu hari, dimana Raja
Menak Jinggo tidak berada di Istana, Dewi Wahita bersama Dewi Puyengan sedang
beristirahat didalam kamar Raja.
Mereka mendengar suara
sayup-sayup, seperti orang sedang berdoa;
Dia memanjatkan doa kepada Dewa.
“ Kau dengar Puyengan? Ada orang sedang ber doa.”
“ Ya benar, aku mendengar
suara itu ada dihalaman Istana. Mari
kita lihat siapa yang sedang ber doa? “
Mereka keluar kamar, kemudian
membuka pintu Istana yang akan membawa mereka ke halaman Istana. Dengan mengangkat tumit, supaya tidak
terdengar bunyi langkah mereka, mereka mendekati bunyi doa.
Ternyata dibawah pohon
beringin, ada orang yang sedang memuja Jin.
Tidak mungkin berdoa kepada Dewa dilakukan dibawah pohon beringin besar
yang angker; Sudah pasti dia sedang memuja setan.
Dewi Wahita berbisik, “ Hai
lihat, orang yang berdoa itu adalah Raja Menak Jinggo.”
“ Dengarkan apa yang
diucapkan! “
‘ Hai Rojo Langit.
Rojo yang menguasai Dunia Kegelapan dan Dunia Kecurangan
Engkau sangat kuat dan sangat perkasa.
Aku datang kepadamu, untuk memujamu
Aku akan persembahkan apa yang engkau sukai
Maksud ku yang lain adalah untuk meminjam sekali lagi
Gada Wesi Kuning mu
Ku akan gunakan untuk menaklukan Kerajaan Majapahit.
Ku akan selesaikan mereka-mereka yang mengaku suci
Dan aku akan mengawini Ratu Kencana Wungu.
Bantu lah aku! Bantu
lah aku! Bantu lah aku!
Tanpa engkau mau membantu, maka aku tidak mempunyai daya
Sudah pasti aku juga akan membantu mu
Kita dalam satu ikatan kerja sama, bersama mu.
Gada Wesi Kuning mu kusimpan di pokok pohon ini
Karena kamar ku sudah dihuni oleh istri-istri ku
Yang kemungkinannya mereka akan dapat mencuri Gada itu.
Sekali lagi, bantu lah aku!
Sebelum selesai upacara
pemujaan setan Rojo Langit itu selesai, kedua istri Raja beranjak kembali ke
kamarnya; Dan berpura-pura tidur.
Alangkah takutnya Dewi Wahita, ternyata suaminya adalah pemuja setan. Tidak pernah terpikir oleh nya, akan Raja
adalah orang yang jauh tersesat menurut ajaran agama.
Jika Dewi Wahita dan Dewi
Puyengan masih disana, tentu mereka akan mendengar jawaban dari si Rojo Langit;
Apakah permohonan Raja untuk meminjam senjata pamungkas itu dapat dikabulkan
oleh Rojo Langit?
Mereka sekarang mendapat
keterangan yang sangat rahasia, Gada Wesi Kuning adalah kepunyaan setan, setan
Rojo Langit.
Pantas saja Raja ber muka
menyeramkan, apa bila Raja menggenggam Gada itu. Juga bunyi halilintar yang menderu-deru, itu
lah bunyi setan.
Keterangan yang cukup penting
adalah Raja telah bersekutu dengan Rojo Langit si Setan didalam persekutuan
politik. Yang mana Rojo Langit si setan,
bersedia membantu Raja Menak Jinggo untuk dapat memenuhi ambisi politiknya.
Pintu kamar berderik perlahan. Nampak Raja memasuki kamarnya secara
perlahan-lahan, agar langkahnya tidak mengganggu istri-istrinya yang sedang
tidur.
Kemudian dia membaringkan
badannya ditempat tidur, disebelah Dewi Wahita dan Dewi Puyengan.
Kedua istrinya tetap
berpura-pura tidur.
Bab 5
Ratu Kencana Wungu giat
mempersiapkan Angkatan Perangnya, guna menahan serangan musuh dari Timur, yaitu
tentara kerbau Blambangan. Ratu yakin
bahwa Raja Menak Jinggo akan datang bersama tentaranya, guna menaklukan
Majapahit.
Ratu berpikir didalam hati, “
Bagaimana bisa dimengerti, akan pejuangku sendiri telah menjadi
pengchianat. Dia lah Bambang Menak.”
Ratu bersama Patih Lohgender
dan banyak perwira militer nya mengdakan rapat guna menahan serangan militer
Kerajaan Blambangan.
“ Saudara-saudara, aku
berterimakasih kepada kalian semua yang telah melakukan latihan militer, untuk
menangkal serbuan. Walaupun masih ada
kekurangan-kekurangan, tetapi aku yakin kekuatan militer kita masih dapat
diandalkan. Ibu Pertiwi menantikan pengorbanan
mu dan juga pengorbanan ku. Marilah kita
satukan tekad kita untuk menang.! “
Patih Lohgender memberi
komentar, “ Sesungguhnya masih banyak
kekurangan kita, wahai Ratu. Dan kita
sudah sama-sama mengerti akan hal nya kekurangan kita.”
“ Kekurangan apa?
Menurut pendapatku, kita
tidak mempunyai seorang pejuang yang sakti mandraguna, seperti hal nya Bambang
Menak, yang tenaganya pernah kita pakai. Itulah orang yang kita perlukan untuk
menutupi kekurangan kita.
Aku berdoa kepada Dewa,
memohon kiranya Dia mau mengirim ‘Bambang Menak’ yang lain; Tetapi dia hendaknya orang yang loyal kepada
Kerajaan, bukan pengchianat.”
Patih Lohgender lupa kepada
Damarsasongko; Atau dia memang pura-pura lupa, akan halnya kehadiran
Damarsasongko dirumahnya; Sesungguhnya,
adalah harapan Damarsasongko, agar dia dapat dihadapkan kepada Ratu, untuk
dapat membantu Ratu.
Tetapi sayang, Patih Lohgender tetap melupakan
Damar,
Patih berpikir, “ Dia
hanyalah seorang kuli, pekerja kasar, bukan seorang pejuang; Apalagi sakti mandraguna. Dia tidak pantas untuk dihadapkan kepada
Ratu.”
Hingga pada suatu malam; Ratu
bermimpi akan Dewa yang memberi tahukan, bahwa akan hadir seorang yang bernama
‘Wulan’ Yang akan membantu memecahkan
masalah Kerajaan. Ratu terus mengingat
nama ‘Wulan’ hingga terbit fajar.
Ratu berteriak memanggil
sekretaris Negara, “ Panggil Patih Lohgender sekarang!
Seakan-akan ada hal yang
gawat, maka Patih datang berlari dari rumahnya.
Patih menghadap Ratu Kencana
Wungu,” Aku hadir dihadapan mu Yang Mulia! Apakah ada serangan dari Timur? Apakah ada sesuatu yang gawat? “
Patih memang takut,
benar-benar takut akan ada nya serangan dari Blambangan.
“ Semua dalam keadaan normal
wahai Patih. Seharusnya aku yang takut
akan adanya serangan, bukan engkau!
Aku bermimpi bahwa ada orang
yang bernama Wulan, dirumahmu, yang tenaganya dapat dipakai untuk membantu aku
didalam menghadapi masalah Negara.
Panggilah dia untuk menghadap aku!
Segera ! Hal ini sangat penting!
“
“ Di rumahku ? “
“ Ya demikian; Dirumahmu! “
“ Dirumahku ada seorang kuli
yang kupekerjakan untuk mengurus kuda.
Dia bernama Damarsasongko.”
“ Apa pun namanya, panggilah
dia segera! “
“ Dia hanyalah pekerja kasar,
tidak sakti dan tidak berbakat didalam bidang militer! “
“ Aku bilang panggil!
Hadapkan kepada ku!
Segera! “
“ Baik Yang Mulia.”
Patih Lohgender pulang
cepat-cepat dan segera menemui Damarsasongko di kandang kuda. Dia sedang bekerja membersihkan kandang dari
kotoran kuda.
Damarsasongko sudah tau bahwa
Ratu memanggil dia untuk suatu tugas.
Dia sudah diberi tau oleh Dewa Wisnu.
Kita sama mengetahui, dia lah orang yang bisa bercakap-cakap dengan Dewa
Wisnu.
“ Engkau Damar! ... Bersiap lah untuk engkau kuhadapkan
kepada Ratu, sesuai dengan permintaanmu.”
“ Baik! “ Damarsasongko tidak terkejut, seolah-olah
menghadap seorang Ratu adalah hal biasa.
Patih Lohgender menjadi heran melihat sikap si Damar.
“ Hai Damar! Apakah engkau pernah mengenal orang yang
bernama ‘Wulan’ ? “
“ Itu nama ku! “
“ Nama mu adalah
Damarsasongko, bukan Wulan.”
“ Sudah diganti menjadi Damar
Wulan; Itu atas anjuran kekasihku, Anjasmara.”
“ Apa? Anjasmara adalah
kekasihmu? Berani nya engkau!
Kelas mu adalah ‘Paria’,
bukan kelas Bangsawan seperti kita disini.
Engkau adalah seorang kuli.
Beraninya engkau bergaul
dengan anak gadis ku! “
“ Dewa Wisnu sudah mengetahui
dan bahkan merestui hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Jika engkau menentang aku, .... Boleh saja,
tetapi engkau harus berhadapan dengan Dewa Wisnu yang telah merestui aku.”
Patih Lohgender terdiam.
Damar Wulan kembali berkata,
“ Jika engkau tidak mau mengakui aku sebagai menantu, maka engkau akan
menanggung akibatnya sendiri.”
Tiba-tiba datang Anjasmara,
berlari kearah ayahnya, “ Ayah, ayah,dia adalah kekasihku! Akui lah dia sebagai
menantu ayah. Aku memohon kepada mu
ayah! “
“ Sejak kapan engkau memadu
kasih dengan orang ini?
Mengapa engkau tidak pernah
mengatakannya kepada ku? “
“ Nah sekarang ini, aku
mengatakan nya.”
“ Apakah benar engkau
mencintai dia? “
“ Aku mencintai dia dengan
tulus. Aku akan mengikuti dia, kemanapun
dia pergi.”
“ Jadi apa? “
“ Restui dia dan aku
ayah! Didalam perkawinan, kemudian kami
akan membangun keluarga yang bahagia.”
Lohgender berpikir didalam
hati, “ Ada Dewa Wisnu dibelakang dia; Jadi aku harus menyerah kalah. Harus ku akui bahwa dia adalah menantu ku.”
“ Baiklah Damarsasongko,
engkau adalah menantu ku! “
Damarsasongko bersuka cita, “
Jadi kita akan rayakan didalam perayaan perkawinan. Aku akan beritahukan ayah dan ibu ku, untuk
membuat pesta pernikahan.
Nama ku adalah Damar Wulan,
bukan Damarsasongko.”
Patih teringat pesan Ratu,
untuk segera menghadapkan Damar Wulan;
Segera!.
“ Tidak! Tidak Damar!
Tidak sekarang!
Karena engkau sedang ditunggu
oleh Yang Mulia Ratu di Istana Trowulan.
Bersiaplah engkau, hai Wulan!
“
Singkat cerita Damar Wulan
beserta Patih Lohgender datang kehadapan Ratu Majapahit.
Damar Wulan berdatang sembah
dihadapan Singgasana Kerajaan, dimuka Ratu Kencana Wungu, dengan penuh hormat
dan hikmat.
“ Aku datang memenuhi panggilan
mu, Yang Mulia Ratu.
Aku menunggu perintahmu.! “
“ Siapa nama mu? “
“ Namaku Damar Wulan.”
“ Siapa yang mengatakan bahwa
engkau mendapat perintah dari aku? “
“ Patih Lohgender!
Aku pun heran, apa
kemampuanku? Sehingga Patih Lohgender mengatakan aku diperlukan oleh Ratu? Apakah betul Ratu membutuhkan bantuan ku,
orang yang bodoh dan hina ini.”
Ratu terkejut dan heran,
kata-katanya tidak lah menjadi harapan Ratu; Orang yang mempunyai sifat rendah
hati.
“ Jangan lah engkau
merendahkan diri mu, wahai Wulan.
Dewa yang mengatakan didalam
mimpiku! Bukan Patih Lohgender!
Bahwa orang yang bernama
Wulan akan dapat membantu kesulitan ku dan juga kesulitan Kerajaan.”
“ Wahai Ratu yang bijak, aku
tidak mempunyai kesaktian, sehingga aku dapat menyelesaikan masalah
Negara.
Akan tetapi, mengenai
kesulitan mu, mungkin akan dapat aku selesaikan.”
“Masalahku terkait dengan
masalah Negara.
Ketahuilah oleh mu, bahwa
Raja Menak Jinggo akan datang bersama pasukannya untuk menyerang
Majapahit. Karena Raja itu ingin memaksa
kan kehendaknya untuk mengawini aku.
Aku tidak mau kawin dengan
Raja itu.
Bukan kah masalah ku
akan juga menyangkut masalah perang;
Jadi menyangkut masalah Negara juga.”
“ Jadi apa tugas ku wahai
Ratu yang bijak? “
“ Apa saran mu untuk aku
dapat menghindar dari kejaran Raja Menak Jinggo? “
“ Aku akan menghadapi Raja Menak
Jinggo, sebagai utusan diplomatic Kerajaan; Aku akan bercakap-cakap dengan Raja
itu, akan hal nya penolakanmu.
Harapan ku agar Raja akan dapat
mengerti, kemudian menarik diri.”
“ Hai mudah sekali ya?
Akan tetapi, Jika dia tidak
mau mengerti? “
“ Terpaksa kita harus
mempersiapkan Angkatan Perang Kita dan berperang!
Aku memberi saran khusus
untuk mu, untuk engkau dapat melarikan diri ke Pulau Madura.
Bukan kah hanya engkau saja
yang dicari oleh Raja Menak Jinggo? “
“ Hai Damar, aku memberi
tahukan, bahwa Raja Menak Jinggo mempunyai senjata pamungkas yang dinamai Gada
Wesi Kuning. Bila senjata itu diayunkan
kearah lawan, maka lawannya akan mati seketika;
Sekali ayun, sepuluh prajurit musuh akan mati bergelimpangan, tanpa
ampun.”
“ Alangkah hebat nya senjata
itu?
Maaf kan aku Yang Mulia, aku
tidak mempunyai senjatan seperti itu.
Tetapi aku percaya bahwa aku di iringi oleh Dewa Wisnu, yang akan siap
menolong aku.”
“ Terimakasih wahai Dewa
Wisnu. Harapan ku Dewa Wisnu membawa
aksi akan lebih dahsyat dari-pada senjatanya
si Bambang Menak.
Tadi, engkau mengatakan bahwa hanya aku yang dicari
oleh Raja, bukan orang lain.”
“ Ya hanya engkau saja yang
dicari oleh Raja Blambangan.
Jadi, harapan ku, Raja Menak
Jinggo akan gagal menemui mu di Istana Trowulan.
Tidak seorangpun yang tau kemana
Ratu Majapahit pergi, karena Ratu akan merahasiakan kepergiannya. Tidak seorangpun di Istana yang tau, kemana
Ratu pergi.
Dan pada akhirnya, Raja pun akan
pulang kembali bersama tentara nya, ke Blambangan.
Itulah rencana ku untuk
menjaga keselamatan Yang Mulia.”
“ Mudah sekali ya?
Hatiku menjadi sejuk
mendengarkan penyelesaian masalah ku yang begitu sederhana.”
“ Maaf wahai Ratu Kencana.
Tidaklah sesederhana seperti
itu.
Ibarat daging sapi yang
dimasak secara sederhana, akan terasa hambar; Oleh sebab itu, masakan tersebut harus
diberi garam dan lombok, sehingga terasa sedap.”
“ Jadi apa maksud mu? “
“ Cerita akan diri mu,
hendaknya penuh dengan tantangan, sehingga kita menjadi tertegun.
Itulah sekenario akan dirimu
didalam sandiwara di teater Dunia ini, yang sedang dimainkan oleh Dewa Wisnu,
Sang Sutradara.”
Tiba-tiba datang prajurit
mata-mata yang ingin melapor.
Dia bernama si Jalak Biru;
Dia baru datang dari Blambangan, ingin memberi tahukan berita yang sangat penting
dan rahasia, mengenai diri Raja Menak Jinggo dan Gada Wesi Kuning.
Sijalak Biru diantar oleh
prajurit Kawal Istana,
“ Wahai Yang Mulia Ratu,
bersama ku adalah si jalak Biru,
prajurit mata-mata kita di Kerajaan Blambangan.
Nah Jalak Biru, laporkan lah
berita penting itu.”
“ Kami melapor wahai Yang
Mulia, bahwa Dewi Wahita dan Dewi Puyengan telah menempati pos nya sebagai
istri-istri Raja Menak Jinggo. Hingga
saat ini, mereka tidak mendapatkan
permasalahan; Semua berjalan lancar sesuai dengan rencana.
Dewi melaporkan bahwa, Gada
Wesi Kuning adalah kepunyaan Jin Rojo Langit.
Jadi benda itu adalah kepunyaan setan. Sedangkan Raja Menak Jinggo
hanyalah peminjam benda itu.
Raja Menak Jinggo adalah
pemuja setan, yang bernama Rojo Langit.
Gada Wesi Kuning disimpan
oleh Raja, di pokok sebatang pohon beringin di halaman Istana; Dikarenakan Raja
takut benda itu akan dapat dicuri oleh istri nya.
Sesungguhnya Raja Menak Jinggo
akan meminjam senjata itu sekali lagi, untuk kembali menyerang Kerajaan
Majapahit.”
“ Hai Jalak Biru!
Bagaimana Dewi Wahita dapat
mengetahui berita yang rahasia ini, sedetail-detainya ?
“ Pada suatu malam, Kedua
istri Raja mendengar orang yang sedang membaca kan mentera-mentera. Maka keduanya keluar dari Istana, mendekati sumber
suara mentera itu. Ternyata si pembaca
mentera itu adalah Raja Menak Jinggo.
Dia sedang berdoa dibawah
pohon beringin.
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan
bersembunyi, mendengarkan permohonan Raja kepada Rojo Langit, setan; Itulah
nama si Setan yang dipuja nya dan dibacakan menteranya.
Dari permohonan Raja, maka
Dewi dapat mengambil kesimpulan bahwa Raja bermaksud meminjam sekali lagi Gada
Wesi Kuning. Yang akan digunakan didalam
peperangan melawan Kerajaan Majapahit.
Kesimpulan yang lain, Gada itu kepunyaan Rojo Langit, si Setan. Gada itu akan disimpan dipokok pohon
beringin, karena Raja takut benda itu dapat hilang dicuri oleh istri nya.
Kedua istri Raja cepat-cepat
kembali ke dalam Istana dan berpura-pura tidur.
Kedua nya tidak sempat mendengar jawaban Rojo Langit atas permohonan
Raja; Karena Dewi Wahita mengundurkan diri secara diam-diam, sebelum upacara
pemujaan itu selesai.”
Bab 5
Ratu Kencana Wungu menjadi
sangat gelisah setelah mendapat laporan akan halnya serangan militer yang
sedang dilancarkan Raja Menak Jinggo.
Seorang prajurit mata-mata
melaporkan, “ Dalam beberapa jam lagi, Raja Menak Jinggo akan sampai di depan
pintu gerbang Istana Trowulan, bersama ribuan prajuritnya.”
“ Sampai dimana dia? “
“ Dia sudah sampai di Desa
Watu Songo. Tapi nampaknya Raja ingin
beristirahat ditempat itu. Jadi kita masih mempunyai waktu dan kesempatan.”
“ Panggil Damar Wulan! “
Damar Wulan berdatang sembah
dihadapan Singgasana, “ Kami siap Wahai Yang Mulia Ratu! “
“ Hai Damar! Dia sudah dalam perjalanan menuju Istana
ku. Laksanakan rencana mu! Sekarang
juga! “
“ Kelihatannya kita akan
gagal! Dikarenakan dia dalam perjalanan,
jadi tidak lah mungkin aku melakukan percakapan diplomatik; Terlebih lagi dia
berniat untuk perang.
Akan tetapi aku akan mencoba
melaksanakan nya. Mohon doa dari mu
Wahai Yang Mulia.
Aku juga akan bersembahyang
di kuil, maka kami mohon izin.”
“ Ku izinkan! Tapi cepat! Waktu sangat berharga! “
Dewa Wisnu mengatakan kepada
Damar Wulan, bahwa dia selalu ada pada dirinya,
mengawal dirinya dan juga membantu dirinya.
Damar Wulan menjadi percaya
diri.
Beberapa saat kemudian,
seorang prajurit kawal Istana datang bersama seorang prajurit Blambangan. Dia melapor kepada Ratu,
“ Yang Mulia, Raja Menak
Jinggo mengirim surat dan juga mengirim permata. Seorang prajurit nya ikut mengawal permata
yang mahal harganya, agar benar sampai ditangan Yang Mulia.”
Prajurit pengawal Raja
Blambangan membuka bingkisan Raja di muka Ratu; Isinya permata yang beragam,
bermacam-macam; Semua nya sangat indah.
Ratu pun berdecak kagum.
“ Baik lah, Terima kasih!
“ Sabda Ratu.
Raja Menak Jinggo berkirim
surat yang berbunyi,
Ratu Ayu Kencana Wungu yang aku cintai.
Izinkan lah aku datang kepada mu
Untuk menjemputmu dengan ke tulusan hatiku
Agar kiranya engkau dan aku dapt bersanding dipelaminan
Sebagai sepasang kekasih.
Kita akan membina Rumah Tangga yang berbahagia
Bersama surat ini, kukirimkan juga sedikit barang yang berharga
Agar engkau menjadi lebih berbahagia.
Aku datang bersama prajurit ku, bukan untuk menghancurkan
Kerajaan mu
Tetapi hanya untuk menjemputmu.
Percayalah pada ku, aku tidak ingin melihat Kerajaan
Majapahit hancur, bahkan aku
Akan membela Majapahit, seperti aku yang dulu; Yang bernama Bambang Menak.
Raja Menak Jinggo
Raja Kerajaan Blambangan.
Ratu pucat mukanya, setelah
membaca surat itu.
“ Damar Wulan!
Cepat engkau jemput si
Bambang Menak itu, dan suruh dia pulang ke Blambangan! “
Bersama sepuluh prajurit
Majapahit yang berani mati, Damar Wulan berangkat ke Desa Watu Songo,
diperbatasan Timur Kerajaan Majapahit.
Sesampai ditempat itu, hari
mulai senja. Tampak hamparan tenda-tenda
prajurit musuh yang berwarna putih, menutupi persawahan penduduk. Jadi Raja Menak Jinggo tidak lah main-main;
Tetapi sungguh akan meluluh lantakan Kerajaan Majapahit.
Adalah bohong, kalau dia akan
membela Majapahit!
Damar berputus asa; Serasa
tidak mungkin menghadap Raja Menak Jinggo.
Maka dia bersama pengawal nya
bersembinyi di hutan. Hal ini adalah keputusan
yang bijak, daripada memperlihatkan diri dimuka Raja yang jahat, dia bisa
dibunuh bersama pengawalnya.
Malam semakin sunyi, gelap
dan pekat. Tiba-tiba ada dua ekor kuda
dilarikan dari tenda-tenda musuh; Siapa mereka?
Sudah pasti prajurit mata-mata yang dilepas oleh Raja menuju Istana
Trowulan, guna mencari rahasia pertahanan militer Majapahit.
Damar Wulan tidak tinggal
diam, maka dia berlari mengejar kuda-kuda itu.
Damar tidak dikawal, tetapi pergi sendiri. Kuda itu berjalan santai, tidak berlari; Maka
Damar dapat mengejar nya.
Damar Wulan menghentikan lari
kuda itu dengan berdiri dimuka kuda.
“ Hai minggir! Atau akan
kubunuh engkau dengan pedangku! “
Dia seorang wanita dengan
seragam militer Blambangan; Begitu juga teman nya.
Dia menghunus pedang nya.
“ Engkau boleh
membunuhku! Karena tempat ini adalah
Medan Tempur, antara Kerajaan Majapahit melawan Kerajaan Blambangan. Aku prajurit Majapahit dan engkau prajurit
Blambangan, yang memang sedang bertempur, saling bunuh membunuh.”
“ Beraninya engkau wahai
prajurit! “
“ Sesungguhnya, aku takut
akan kematianku!
Lihatlah keadaan sekeliling
mu wahai prajurit wanita!
Sunyi senyap! Walaupun tempat
ini adalah medan tempur.
Tetapi damai! Aku ingin damai
seperti sekarang ini.
Tidak ada jeritan kematian
dari seorang prajurit!
Aku ingin tempat ini, tetap
damai seperti ini.
Karena aku ingin berteman
dengan mu.
Sebelum tempat ini menjadi
medan laga.
Jangan lah engkau tinggalkan
medan laga ini, sebelum kita berjabat tangan
Didalam kedamaian.
Maukah engkau? “
“ Siapakah namamu? Apa tugasmu didalam kedinasan militer mu?
Kedengaran indah kata-kata mu
untuk kita menjadi teman.
Sungguh, aku ingin menjadi
temanmu!
Akan tetapi, jika engkau
merahasiakan jawaban dari pertanyaan ku, maka engkau sesungguhnya tidak mau
berteman dengan prajurit musuh mu.”
“ Nama ku Damar Wulan. Aku adalah pejabat Kerajaan Majapahit, urusan
diplomatik, yang mendapat mandat Ratu, untuk aku berbicara langsung kepada Raja; Mengenai
rencana perdamaian.
Maukah engkau berdamai dengan
kami?
Jika engkau mau, maka aku
memohon kepada mu; Hadapkan lah aku kepada Raja mu! “
Kedua prajurit wanita itu
turun dari kudanya, dan mengatupkan kedua telapak tangannya, memberi hormat, “
Wahai pejabat Majapahit, salam hormat dari kami. Nama ku Dewi Wahita dan temanku Dewi
Puyengan.
Kami berdua adalah istri-istri
dari Raja Menak Jinggo.”
“ Apa ? Istri-istri Raja ? “
Damar Wulan membungkuk kan
tubuh nya dan mengatupkan telapak tangannya, “ Yang Mulia Permaisuri, terimalah
salam hormat ku.”
Kedua istri Raja itu
tertegun; Mereka tidak menyangka akan mendapat kehormatan layak nya bagi istri
Raja. Di Blambangan mereka tidak
mempunyai pengalaman sebagai seorang istri Raja, karena mereka jarang pergi
meninggalkan Istana.
Damar Wulan bertanya, “
Sesungguhnya engkau akan pergi kemanakah? “
“ Kami akan pergi ke Kota
Singosari, untuk menemui kakek ku.
Suamiku mengizinkan kami pergi.
Bahkan dia menyuruh kami meninggalkan Medan Perang ini.”
“ Marilah kita bersembunyi,
agar kita tidak diketahui oleh prajurit kerbau Blambangan.”
“ Kami tidak takut, karena
kami adalah istri Raja; Barangkali
engkau Damar.”
“ Sesungguhnya aku beruntung
bertemu dengan mu. Marilah kita
menghadap Raja Menak Jinggo, agar aku dapat bercakap dengan Raja mengenai hal
nya perdamaian.”
“ Jangan! Tindakan itu akan membahayakan! Bahkan nyawa mu terancam!
Ketahui lah oleh mu, Gada
Wesi Kuning tergolek diatas meja, dekat dia.”
“ Lalu, kenapa? “
“ Jika Raja memegang senjata
itu, maka sifat nya berubah seketika menjadi orang yang sadis dan kejam seperti
setan; Muka Raja juga berubah menjadi muka yang menyeramkan, seperti muka
raksasa.
Kemudian dia akan mengayunkan
Gada itu, ke musuh yang ada dihadapan nya, maka musuh itu akan mati seketika. Gada Wesi Kuning juga mengeluarkan suara
seperti suara halilintar yang menakutkan.”
“ Oh... begitu dahsyat nya
senjata itu! Kalau seperti itu, maka aku
akan curi senjata itu.
Jika Raja memegang senjata
itu, katamu!
Jika tidak dipegang oleh nya,
maka Raja akan tetap sebagai manusia normal.
Begitukah?
Akan tetapi, aku harus
memegang senjata itu, pada saat benda itu ku-curi.
Jika aku memegang senjata
itu, apakah aku juga akan menjadi setan? Sifat ku berubah menjadi sifat setan
dan muka ku berubah menjadi muka raksasa? “
Dewi Wahita terdiam. Tidak terpikirkan oleh nya, bahwa jika ada orang lain yang memegang senjata Gada
Wesi Kuning.
Akhirnya dia sependapat, “
Nampaknya akan seperti itu; Dikarenakan Rojo Langit dari Gada itu akan
berpindah, memasuki tubuh orang yang memegang Gada, melalui tangannya; Siapa
pun orangnya.”
“ Siapakah Rojo Langit? “
“ Rojo Langit adalah setan
yang bertempat di Gada Wesi Kuning itu.”
“ Aha... Jika seperti itu,
maka aku akan selamat, apa bila aku memakai sarung tangan. Dan Gada Wesi Kuning tidak akan dapat lagi
bekerja.
Dikarenakan si Rojo Langit akan
tetap berada di Gada itu.
Setujukah engkau dengan
pemikiranku? “
“ Benar! Engkau cerdik.”
“ Nah, jika begitu, maka
engkau dapat membantu ku!
Berikan sarung tangan yang
baik kepada suamimu, dan sarungkan pada tangannya dengan mesra. Harapan kita, Gada Wesi Kuning tidak akan mau
bekerja.
Bantu lah aku! Damai itu lah cita-cita kita. “
“ Aku tidak yakin akan
berhasil; Mungkin suami ku tidak mau memakai sarung tangan.”
Damar Wulan sedikit kecewa
mendengar wahita berkomentar, tidak yakin berhasil.
Kemudian dia mencari
keterangan lainnya.
“ Jadi bagaimana engkau dapat
hidup bersama Raja, suami mu itu? “
“ Raja tidak pernah memegang
Gada, bila berada di Istana. Jadi kami aman. Dia adalah manusia normal, bila tidak
mengenggam Gada Wesi Kiuning.
Walaupun kami istri Raja,
tetapi kami tidak mencintai Raja.
Kami adalah prajurit wanita
dari Kerajaan Majapahit; Yang mendapat tugas dari Ratu, untuk mendampingi Raja
Menak Jinggo sebagai istri.
Tugas ini bersifat rahasia,
sangat rahasia! Tetapi tidak untuk mu
wahai Damar.”
Damar Wulan memandang Dewi
Wahita dan Puyengan silih berganti, “ Jika begitu, kita adalah satu korps,
didalam militer Majapahit.
Bolehkan aku memeluk mu? “
Kedua Dewi menganggukan
kepalanya, maka Damar Wulan memeluk keduanya bergantian, karena mereka bersuka
cita.
“ Damar Wulan yang ganteng,
aku merasa nyaman didalam pelukanmu.
Jika aku boleh memohon kepada mu, untuk aku mendapat kesempatan ,.....
Untuk dapat memeluk mu kembali, kembali dan kembali lagi.
Jadilah engkau pasangan hidup
ku, maukah?
Aku sungguh mencintai mu! “
“ Dewi Wahita! Bagaimana aku bisa mencintai mu? Kita baru saja berkenalan dan bahkan kita
sesungguhnya sedang berseteru; Engkau prajurit Blambangan sedangkan aku
prajurit Majapahit. Lebih dari itu,
kalian adalah istri-istri dari Raja musuh kami.
Bukankah jodoh itu memerlukan
waktu untuk ber proses hingga matang.?”
“ Terserah kepada mu, apakah
cinta mu memerlukan waktu atau tidak,aku menunggu mu, karena aku sungguh
mencintai mu.”
Dewi Puyengan , “ Aku juga
Damar Wulan, aku mencintai mu.”
Damar berkata, “ Aku
mencintai kalian! Aku akan datang, untuk
mengawini kalian, membangun rumah tangga;
Tetapi, setelah masalah
Kerajaan Majapahit ini selesai!
Itulah waktu yang ku
maksudkan.
Jika rencanaku untuk
menghadap Raja Menak Jinggo, merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya,
maka marilah kita pergi ke Istana
Trowulan. Kita harus melaporkan hasil
kerja kita kepada Ratu Kencana Wungu.
Aku terpaksa akan membuat
Ratu kecewa akan kegagalanku menghadap
Raja.”
Dewi Wahita memberikan alamat
mereka tinggal di Singosari; Mereka
tidak mau datang ke Istana Trowulan, dikarenakan mereka masih terikat tugas,
tugas yang sangat rahasia.
Bab 6
Ratu Kencana Wungu
gelisah. Dia berjalan maju-mundur, tidak
menentu, karena pikirannya kacau.
“ Kemana saja Damar
Wulan? Lama sekali dia tidak datang
melapor!
Apakah dia berhasil
mengadakan percakapan diplomatik mengenai perdamaian? Atau tidak berhasil? Jadi perang adalah jalan diplomatik
terakhir.? “
Akhirnya, Damar Wulan datang
juga, Ratu Kencana Wungu gembira melihatnya, penuh harap.
Damar Wulan tampil
dihadapannya. Dia berdatang sembah,
duduk bersila dan mengatupkan kedua tangannya, “ Yang Mulia Ratu. Kami datang melaporkan akan tugas kami.”
“ Bagaimana? Apa hasilnya ? “
“ Dengan rasa menyesal, aku
tidak dapat menghadap Raja. Karena
tindakan menghadap Raja sangat berbahaya. Nyawa ku sebagai taruhan nya.”
“ Siapa yang bilang seperti itu?
“
“ Hamba bertemu dengan
prajurit wanita, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan; Yang menjadi istri-istri Raja
Menak Jinggo. Mereka memberi nasihat
kepada hamba, akan situasi yang sangat berbahaya dan mengancam keselamatan hamba,
bila hamba menghadap Raja.
Dikarenakan Gada Wesi Kuning
ada didekat Raja. Bila terpegang oleh
Raja, maka sifat Raja menjadi berubah, seperti sifat setan. Dan langsung membunuh hamba, sebelum hamba
sempat berbicara dengan dia.”
“ Aku mengenal Dewi Wahita
dan Dewi Puyengan, sebagai pejuang wanita Majapahit yang memang kukirim ke
Blambangan.
Jadi.... bagaimana mengenai nasib
ku selanjiutnya? “
“ Seharusnya Yang Mulia,
sekarang ini sedang berada di Pulau
Madura; Tempat yang tenang dan jauh dari medan tempur. Mengapa engkau belum juga berangkat? “
Ratu terdiam. Dia menyadari bahwa dia mengabaikan nasihat
Damar Wulan.
“ Damar Wulan! Aku akan pergi mengungsi, apa bila bersama
mu.”
“ Akan tetapi, tugas ku
adalah menghadapi langsung Raja Menak Jinggo.
Sudah kusiapkan prajurit-prajurit Majapahit yang tangguh, guna mengawal
Yang Mulia Ratu.”
Ratu semakin terdiam,
kelihatannya dia ber putus asa; Juga merasa bersalah.
Damar Wulan berkata kembali,
“ Kearifan seorang Ratu adalah diatas kearifan seorang penasehat politik
seperti aku. Maka aku dapat mengerti,
akan nasihat ku kepada mu, yang sudah terabaikan.
Berbicara mengenai kearifan
secara luas, maka kearifan siapakah yang paling tinggi? DiDunia ini kearifan seorang Ratu adalah yang
paling tinggi; Maka seorang Ratu harus lah bersifat Arif, Adil dan Bijaksana.
Akan tetapi diluar sana, ada
kearifan tertinggi, yaitu kearifan Dewa.
Seluruh Alam Semesta ini harus taat kepada kearifan Dewa.
Jadi dengan demikian, maka kearifan
mu untuk mengambil keputusan agar tetap tinggal di Istana Trowulan, mungkin
bertentangan dengan kearifan Dewa?
Apakah betul seperti itu?
Jawaban nya mungkin ya, mungkin juga tidak.
Wahai Ratu! Engkau sesungguhnya hanyalah anak wayang
didalam sandiwara yang sedang engkau mainkan. Peran mu didalam sandiwara ini, adalah seorang Ratu, Ratu Majapahit.
Dewa Wisnu adalah sang
Sutradara; Aku memohon maaf kepadamu, ya
Dewa Wisnu. Karena aku sedang membayangkan akan sikap mu sekarang ini; Sewaktu
engkau menyaksikan sandiwara yang dimainkan. Tampak Ratu Majapahit sedang
gelisah, takut menghadapi Raja Menak Jinggo yang menggenggam Gada Wesi Kuning.
Ku bertanya kepada mu wahai
Dewa Wisnu, karena aku tau engkau yang menguasai waktu. Saat-saat Kemarin,
sekarang dan besok, semua ada didalam genggaman mu.
Maka dari itu, Engkau sudah
mengetahui, apakah Ratu Majapahit akan selamat? Atau tidak selamat.?
Maka Dewa Wisnu akan menjawab,
“ Jika aku memberi tahukan nasib Ratu Majapahit itu kepada mu, maka engkau
tidak akan suka melihat pertunjukan sandiwara ku yang lain, yang aku sutradarai.
Dikarenakan engkau sudah tau akhir cerita nya.
Jadi sebaiknya aku merahasiakan akan kearifan ku kepada Ratu Majapahit.”
Damar melanjutkan, “ Aku
hanya menduga akan kesukaan Dewa Wisnu, biasanya akhir cerita dari semua cerita
Dia, adalah ‘happy ending’;
Demikian juga cerita akan
dirimu, wahai Yang Mulia Ratu; Harapan
ku akan bahagia ( happy ending)
Jadi percayakan lah nasib mu
akan ke arifan Dewa Wisnu. Ketahuilah
bahwa kearifan Dewa tidak bisa dilawan
oleh siapapun diseluruh Alam Semesta ini;
Dia tetap diatas segalanya.
Rojo Langit dan Menak Jinggo
hanyalah seperti debu, bagi Dewa Wisnu.
Ratu Kencana Wungu memandang
tajam mata Damar Wulan. Ratu nampak
kecewa, kata-kata Damar menyimpang dari permasalahan gawat yang sedang
dihadapi; Yang seharusnya ditangani secara urgent, serius dan juga segera.
“ Hai Damar, sebaiknya engkau
mejadi Paderi atau Pendeta Agama Hindu.!
Engkau tidak perlu bercerita
panjang lebar, kepada ku!
Apa yang akan engkau lakukan
sekarang? Untuk menyelamatkan Kerajaan
ini? “
“ Berilah aku waktu sedikit
untuk aku rundingkan dengan Dewa Wisnu.”
“ Pergilah, tetapi jangan
lama-lama.”
Damar Wulan pergi untuk ber
doa dan memohon pertolongan Dewa Wisnu.
“ Wahai Dewa Wisnu!
Aku yang hina datang kembali
kepada mu.
Apa yang akan kulakukan
didalam tugas ku; Tugas menyelamatkan
Kerajaan Majapahit?
Katakan lah Wahai Dewa,
karena kami hanya mempunyai waktu yang sedikit.
Musuh kami, Raja Menak Jinggo
sudah dekat.
Dia membawa Gada Wesi Kuning
yang kami takuti.”
Dewa Wisnu menjawab, “ Sudah
ku masukan saran ku kedalam benak mu, bahwa engkau dapat memakai sarung tangan,
sebagai pemisah antara Gada dan tangan si pemegang senjata itu. Laksanakan lah! Pakailah tenaga prajurit wanita mu itu.!
Akan tetapi, Jika tidak
berhasil, maka aku memang harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah
Kerajaan Majapahit ini! Percayalah, aku
akan membantu mu.”
“ Terimakasih wahai Dewa
Wisnu.”
Damar Wulan memanggil Dewi
Wahita dan Dewi Puyengan. Damar juga
menyiapkan sepasang sarung tangan yang sangat baik untuk dikirim kepada Raja
Menak Jinggo.
Damar Wulan memberi komando
kepada dua prajurit wanita nya, yang juga istri-istri Raja.
Dewi Wahita berkata, “ Kami
tidak terlalu berharap, upaya ini dapat berhasil. Semua tergantung pada suamiku; Apakah dia mau memakai sarung tangan ini?,
apa tidak? ”
Damar berkata, “ Semoga
berhasil! Karena Dewa Wisnu selalu bersama mu, dan akan mengawalmu dari semua
kesulitan-kesulitan. Jangan lupa membaca
mentera yang kuberikan.”
Kedua prajurit itu pergi
menemui suaminya di dekat pintu gerbang Istana Trowulan.
Raja Menak Jinggo sedang
menunggu balasan surat dari ‘kekasihnya’, Ratu Kencana Wungu.
Raja masih berharap, cinta
nya akan dibalas, maka dia tidak bertepuk sebelah tangan. Kemudian, dia tidak
akan jadi ber-perang. Tetapi Raja juga
mempunyai pilihan lain untuk bertindak, bila Ratu menolak lamaran nya.
Sekarang yang datang justru
istri-istri nya yang cantik-cantik. Aneh
kelakuan Raja! Sudah mempunyai dua
wanita cantik, tapi masih menginginkan Ratu Kencana Wungu.
Raja berkata, “ Bukan kah
sudah kukatakan, jangan mendekati medan tempur!
Akan tetapi engkau malah datang melawan maud.
Apakah engkau sudah bertemu
dengan kakek mu? “
Dewi Wahita menjawab, “ Aku sudah
bertemu!
Kedatangan ku, untuk
mengetahui keselamatan mu! Wahai kekasih ku!
Bagaimanakah situasi dan
keselamatan mu?
Kami sangat mengkhawatir kan
engkau, maka kami datang membawakan sepasang sarung tangan, agar tangan mu
tidak terluka oleh pedang musuh.”
Raja melihat sarung tangan
itu dan berkata, “ Taruhlah diiatas meja itu! “
“ Bolehkah aku memakaikan nya
di tangan mu? “
“ Tidak perlu.”
“ Baik lah
Kami segera pergi! “
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan
segera pergi, meninggalkan medan tempur.
Mereka langsung menghadap Damar Wulan di Istana Trowulan.
Damar Wulan segera
menyambutnya, “ Bagaimana khabar? Apakah
engkau berhasil memakaikan sarung tangan itu? “
“ Kami berdua sudah menghadap
Raja, dan sudah kuberikan sarung tangan itu kepada nya.”
“ Apakah dia mau memakai nya?
“
“ Dia tidak mau! Jadi sarung tangan itu ditaruh diatas meja,
sesuai permintaannya.”
“ Jadi, tugas mu sudah
berhasil, tetapi hanya sebagian saja.
Apakah engkau lupa membaca
mentera-mentera ku? “
“ Ya! Aku lupa! “
“ Itulah sebab nya!
Maka sebab itu, Dewa Wisnu
tidak mendapat kesempatan untuk memberi kan bantuan pertolongan Nya kepada mu, pada saat itu.”
“ Tetapi semuanya berjalan
lancar; Jadi aku yakin Dewa Wisnu telah
membantu kami.”
Ratu Kencana Wungu
mendengarkan pembicaraan mereka. Dia
bertambah khawatir akan keselamatannya.
Oleh sebab itu dia mendesak Damar Wulan untuk berbuat sesuatu yang nyata
sangat membantu. Melepaskan dirinya dari
kemelut yang sangat kritis.
“ Damar! Bagaimana kah engkau ini? Hanya dua orang prajurit wanita yang engkau
kirim ke medan tempur? Tentu saja mereka
akan gagal! “
“ Aku mengirim mereka dengan
satu tugas penting, yaitu menyarungkan tangan Raja dengan sarung tangan, agar
Gada Wesi Kuning menjadi mandul, tidak akan mau bekerja.
Tetapi disayangkan, Raja tidak mau.”
“ Itulah yang kukatakan,
karena mereka hanya lah prajurit-prajurit wanita! “
“ Yang Mulia! Mereka seharusnya dibantu oleh kekuatan yang
Maha Dahsyat, yaitu Dewa Wisnu. Tetapi
mereka lupa membaca mentera-mentera.”
“ Sekarang aku minta, engkau
sendiri yang pergi menghadap Raja Menak Jinggo.
Apapun usahamu, buat lah agar Raja itu bertekuk lutut dihadapan mu; Dan
segera pulang ke Blambangan.
Aku yakin engkau bisa, sesuai
dengan mimpi ku. Karena engkau bernama
‘Wulan’.”
Damar Wulan segera berdoa dan
memohon petunjuk kepada Dewa Wisnu.
“ Wahai Dewa yang agung! Tolonglah hamba mu ini! Seolah-olah ini adalah akhir dari riwayat
hidup ku, betulkah begitu adanya? “
“ Tidak Wulan! Cerita akan dirimu, masih panjang dan
menarik.
Aku akan selalu berada
disamping mu. Enkau akan selalu diatas Raja Menak Jinggo, apalagi si Rojo
Langit.”
“ Baiklah Dewa Wisnu;
Terimakasih!
Aku beserta para pengawal ku
segera berangkat ke medan tempur.”
Damar Wulan mempersiapkan
segalanya. Dia memerintahkan prajurit
pemanah untuk siap diatas balkon Istana. Mengarahkan panah mereka ke kemah Raja
Menak Jinggo.
“ Bila engkau melihat aku
dalam bahaya, jangan ragu-ragu untuk melepaskan anak panah, secara
serentak! Panah lah si Menak Jinggo,
hingga badannya dipenuhi oleh panah mu!
Damar Wulan dikawal oleh
sepuluh prajurit Majapahit yang berani mati segera menuju medan tempur; Damar membawa bendera putih, dengan maksud
damai. Memang tugas Damar adalah
mengusahakan perdamaian melalui jalan diplomatis.
Pintu gerbang Istana Trowulan
dibuka ,maka rombongan Damar Wulan berkuda menuju kemah Raja Menak Jinggo.
Damar Wulan melangkah
menghampiri Raja. Bendera putih nya
dikibar-kibarkan agar Raja tau bahwa Damar datang dengan maksud damai. Damar tidak memegang senjata sama sekali. Senjatanya adalah Dewa Wisnu yang tidak
terlihat.
Akan tetapi Raja mendekati
meja disisi nya, yang mana ada Gada Wesi Kuning ditaruh disitu; Senjata yang
ditakuti semua orang.
Sementara itu, Raja tidak
memakai sarung tangan pemberian istrinya.
Maka didalam situasi yang
genting seperti ini, Damar Wulan mengangkat tanganya; Kode kepada para pemanah
untuk bersiap-siap!
Raja memegang Gada Wesi
Kuning, dan kemudian di ayunkan kearah Damar.
Pada saat yang bersamaan,
berpuluh-puluh anak panah beterbangan menuju Raja. Tubuh Raja tertancap banyak anak panah.
Gada Wesi Kuning tidak
menimbulkan suara halilintar, hanya deru angin.
Muka Raja tidak berubah menjadi raksasa.
Dan yang terpenting adalah Gada itu tidak menciderai Damar Wulan. Sungguh, senjata itu menjadi lumpuh total,
tidak lagi dapat digunakan.
Sungguh mengherankan! Terlebih buat Menak Jinggo, bukan saja dia
heran tetapi juga kecewa berat.
Segera Damar Wulan memberi
isyarat kepada para prajurit kawal nya, untuk segera lari mengundurkan diri.
Pintu gerbang Istana dibuka,
dan Damar Wulan beserta para pengawalnya dapat masuk kedalam Istana. Kemudian Gerbang ditutup kembali.
“ Oh Dewa yang Agung! Terimakasih atas bantuan mu! Engkau telah membuat Gada Wesi Kuning tidak
dapat bekerja; Seolah-olah Engkau telah mengunci mati Gada itu.”
Raja Menak Jinggo heran,
mengapa Gada Wesi Kuning tidak mau bekerja?
Seharusnya anak panah ini tidak bisa menancap ditubuh nya, karena dia
kebal; Kebal terhadap senjata tajam.
Dan yang mengherankan, dia
sekarang merarasa takut! Takut akan kematiannya! Seharusnya dia gagah perkasa, tidak takut
mati dan kebal akan semua senjata.
Patih Blambangan melihat Raja
junjungannya terkulai layu, menjadi marah.
Maka keluar perintah serang,
“ Serang! Serang!
Serang! Hancurkan Kerajaan
ini! Bunuh Ratu Kencana Wungu !”
Beribu-ribu prajurit kerbau
mendekati tembok Istana Trowulan. Tetapi
tidak ada jalan masuk kedalam halaman Istana.
Pintu Gerbang Istana pun sudah ditutup rapat-rapat.
Beberapa prajurit Blambangan
membawa tangga, disandarkan pada tembok untuk dapat memasuki Istana. Maka terjadi pertempuran didalam Istana.
Damar Wulan memimpin
pertempuran tersebut, dengan gagah berani.
Semakin banyak prajurit
Blambangan yang berhasil masuk kedalam Istana melalui tangga, membuat pertempuran
didalam Istana menjadi semakin seru.
Semua disaksikan oleh Ratu
Kencana Wungu.
Ratu kagum akan kebranian
para prajuritnya, terutama komandan tempur nya, Damar Wulan. Damar tidak takut mati; Karena dia sudah mendengar Dewa berkata, bahwa
cerita mengenai diri nya, masih panjang dan menarik. Damar percaya!
Semakin lama pertempuran,
maka akan semakin banyak korban diantara para prajurit dari kedua belah
pihak. Maka dari itu, pertempuran harus
segera dihentikan. Demikian jalan
pemikiran Damar Wulan.
Damar berpikir, “Raja Menak
Jinggo sudah kalah! Seharusnya dia
membuat keputusan, untuk segera menghentikan pertempuran.”
Ada dimana Raja Menak Jinggo?
Dia bersandar pada tembok
Istana dengan luka-luka pada tubuhnya yang meneteskan darah; Luka karena
tertusuk banyak anak panah.
Damar Wulan melihat, Raja ada
dibawah nya dalam keadaan menyedihkan.
Damar melihat kesempatan ini.
Raja tidak lagi mempunyai gairah untuk ber perang; Dia sekarang takut mati dan tidak lagi
mempunyai kesaktian.
Sesungguhnya, setan Rajo
Langit tidak lagi dapat merasuki tubuh nya, seperti biasanya; Sehingga dia
tidak mempunyai semangat lagi.
Tiba-tiba diatas kepala Raja,
ada orang berteriak, “ Hai Menak Jinggo!
Menyerah lah! Tidak ada gunanya
engkau memerangi Majapahit! Ingatlah
Majapahit adalah Kerajaan mu sendiri!
Hentikan serangan mu segera! Dan
pulanglah engkau ke tanah airmu, dengan damai! “ Demikian Damar Wulan menyarankan damai.
Beberapa staf militer
Blambangan mendekati Raja dan kelihatan bercakap-cakap dengan Raja. Luka karena panah ditubuh Raja, tidak lah
dianggap ringan; Karena terus
mengeluarkan darah, yang membuat Raja menjadi lemah.
Akhirnya Raja mau
menghentikan perang nya. Dia
mengeluarkan perintahnya untuk menarik mundur seluruh tentaranya. Maka para prajurit kerbau mengundurkan diri
dari Istana, turun memakai tangga nya.
Damar Wulan memberi komando
untuk juga menghentikan perang;
Membiarkan musuh untuk pulang kembali ke Blambangan.
Para Prajurit Majapahit
bergembira, karena merasa memenangkan pertempuran. Walaupun Raja Menak Jinggo
tidak pernah menyatakan menyerah kalah.
“ Hidup Damar Wulan! Hidup Damar Wulan!
Hidup Ratu Kencana! Hidup Ratu Kencana! “
Yel-yel yang diteriakan para
prajurit Majapahit.
Bab 7
Ratu Kencana Wungu senang dan
puas dengan hasil kerja Angkatan Perang Majapahit. Ratu juga puas dengan hasil kerja Damar
Wulan.
Ratu mendekati Damar Wulan
dan mengucapkan terimakasih, “ Hai Damar Wulan! Aku atas nama Kerajaan
mengucapkan terimakasih atas perjuangan mu dan juga perundingan dipliomatik mu
dengan Raja Menak Jinggo. Dan kali ini,
Raja Menak Jinggo mau mendengarkan suara mu, untuk dia mau menarik
tentaranya..”
“ Wahai Ratu ku Yang Mulia,
hendaknya engkau berterimakasih kepada Dewa Wisnu, Karena kemenangan kita ini, berkat Dewa
Wisnu.”
“ Dewa Wisnnu Yang
Agung! Terimakasih atas bantuan mu!
Tanpa bantuan mu, maka kita
akan menjadi pecundang dan aku akan ditangkap oleh si Bambang Menak.
Hai Damar!, Akan tetapi, aku
heran mengapa Menak Jinggo mau mendengarkan permintaanmu? Untuk dia mau menarik
tentaranya? “
“ Sekali lagi kukatakan, itu
semua berkat Dewa Wisnu, bukan karena aku.
Ketahuilah oleh mu, bahwa
Alam Semesta ini harus patuh kepada kearifan Tuhan.
Maka sebab itu, Menak Jinggo
juga harus mematuhi kehendak Dewa.
Dewa berkata kepada si Menak
Jinggo; Agar dia harus menarik mundur seluruh tentaranya dan kembali ke
Blambangan.”
“ Dari mana engkau tau bahwa
Dewa Wisnu telah berkata seperti itu? “
“ Ketahuilah oleh mu Wahai
Ratu Kencana, bahwa Dewa Wisnu bersemayam didalam tubuh ku; Maka aku dapat bercakap-cakap, berdiskusi dan
juga memohon kepada Nya, setiap saat.”
Ratu Kencana Wungu takjub
akan kemampuan Damar Wulan.
Ratu berpikir didalam hati, “
Tuhan Maha Besar! Dan dia sesungguhnya
orang suci yang sangat dekat dengan Tuhan.
Jadi sepantasnya dia menjadi Raja Majapahit. Aku yakin, seluruh rakyat ku, rakyat
Majapahit akan setuju jika Damar Wulan sebagai Raja Majapahit.
Lebih dari itu, dia juga
seorang pemuda ganteng; Sesungguhnya aku
jatuh cinta kepada nya.”
“ Wahai Damar, sebaiknya kita
harus menyelesaikan pekerjaan kita yang masih tersisa. Yaitu membunuh Raja Menak Jinggo di Istana
nya.
Marilah kita serang Kerajaan
Blambangan.
Aku takut, Raja itu akan
datang kembali untuk mengganggu aku, pada suatu waktu.”
“ Tidak wahai Ratu!
Dia sudah menyerah kalah! “
“ Aku tidak mendengar dia
kalah; Dia hanya menarik diri untuk
pulang ke Blambangan.”
“ Dewa Wisnu mengatakan nya,
bahwa Menak Jinggo tidak akan lagi datang ke Istana Trowulan. Dikarenakan dia sudah menyerah kalah.”
“ Jika engkau membawa-bawa
nama Dewa Wisnu, maka aku akan membisu dan kita tidak perlu merundingkan
strategi kita lagi!
Aku meminta kepadamu, agar
tidak lagi membawa nama Dewa Wisnu. Agar
strategi perang ini dapat kita rundingkan.”
“ Jangan lah engkau marah,
wahai Ratu ku!
Baiklah Yang Mulia, aku akan
membatasi untuk menyebut Dewa Wisnu.!
Jadi apa tugas ku
selanjutnya? “
“ Bunuh lah si Menak Jinggo
untuk aku!
Agar aku dapat hidup dengan
tenang.”
“ Akan tetapi, hal itu adalah
perbuatan dosa. Karena membunuh orang
yang sudah menyerah kalah,adalah melanggar hukum Tuhan.”
“ Kembali lagi engkau
membawa-bawa nama Tuhan!
Sebaiknya engkau menjadi
seorang Pendeta Hindu, bukan pejabat Kerajaan Majapahit.
Siapa yang mengatakan bahwa
Menak Jinggo sudah menyerah?
“ Mahon maaf wahai Yang Mulia
Ratu, bahwa yang mengatakan itu adalah Dewa Wisnu. Memang betul Menak Jinggo tidak pernah
memberi pengumuman kepada halayak ramai, bahwa dia telah menyerah.
Tetapi Dewa Wisnu telah
,mengatakannya seperti itu!”
“ Dewa mungkin saja berkata
tidak benar! Aku yakin Menak Jinggo akan
datang kembali. Oleh sebab itu sudah
menjadi tugas mu untuk menyingkirkan Menak Jinggo.
Jika aku berbuat dosa atas
keputusan ku ini, maka tanyakan pada Dewa Wisnu, hukuman apa yang akan menimpaku?
“
“ Tidak bisa ku jawab, Yang
Mulia!
Karena aku tidak mau lagi
menyebut Dewa Wisnu dihadapan mu.
Akan tetapi, engkau sudah
benar! Karena seorang Ratu sudah
seharusnya membuat keputusan. Apakah itu
akan membuat dosa atau tidak, bukan urusan seorang Ratu.”
“ Sekali ku katakan, engkau sebaiknya menjadi
seorang Pendeta Agama Hindu, bukan seorang anggota militer. Jika engkau mau menyebarkan ajaran mu
mengenai ke baikan, ke tulusan, sifat budi pekerti yang baik kepada masyarakat,
maka aku akan senang sekali. Tidak akan
ada lagi tindak kekerasan, tindak korupsi, tindak pengchianatan dan juga tindak
pemberontakan. Hendaknya rakyat
Majapahit adalah rakyat yang sopan dan
santun dan juga patuh kepada Raja atau Ratu nya.”
“ Jika aku harus menyebarkan
ajaran agama seperti itu, maka bukan saja aku harus menjadi Pendeta, tetapi
juga harus menjadi Raja, Raja Majapahit.”
“ Kenapa tidak? Engkau memang patut menjadi Raja Majapahit! “
“ Tidak! Ampun Yang
Mulia! Aku hanya berseloroh! Aku tidak mengatakan secara sungguh-sungguh;
Aku hanya main-main! Ampun Yang Mulia! “
“ Aku juga tidak
main-main! Aku berkata sungguh! Aku tidak sedang berseloroh dengan mu, wahai
Damar!
Ketahuilah oleh mu akan
situasi genting Kerajaan Majapahit, sekarang ini!
Banyak sekali para Bangsawan
atau yang pura-pura sebagai Bangsawan atau yang membeli gelar kebangsawanan
nya; Siap sedia untuk menjadi Raja
Majapahit. Mereka mengambil jalan pintas dengan melancarkan pemberontakan. Maka
Kerajaan akan runtuh, tercabik-cabik oleh ulah orang-orang seperti ini.”
“ Seperti yang dilakukan oleh
Bambang Menak.”
“ Betul sekali, katamu!
Mereka mengira, menjadi Raja
Majapahit akan hidup berbahagia, tujuh turunan.
Mereka mengira, semua urusan
Negara dan Urusan rumah tangga Istana, sudah ada yang mengurus. Dia hanya tinggal duduk di Singgasana,
kemudian dia melihat dan merasakan semua berjalan lancar dan beres; Beres
dengan sendirinya.
Dia hanya sibuk dengan
kepentingan dirinya sendiri. Utamanya urusan kawin, kawin dan kawin lagi;
Sehingga istri dan gundik-gundik nya banyak sekali.”
“ Huuh aku merasa sedih
sekali, memikirkan Kerajaan Majapahit.” Damar merasa sedih.
“ Tidak juga, Wahai
Damar!
Jika engkau yang menjadi Raja
di Kerajaan Majapahit ini.
Aku yakin, rakyat ku akan
tenang, sopan, santun dan juga patuh kepada Pemimpinnya.
Dikarenakan engkau mendapat
nasehat dari Dewa Wisnu, langsung! ”
“ Tidak! Aku tidak mau menjadi Raja! “
“ Aku memaksa mu! “
“ Atas dasar apa engkau
memaksa aku, wahai Yang Mulia? “
“ Jadilah engkau pendampingku,
karena aku mencintai mu, wahai Damar! “
“ Tidak, aku tidak mau! Jika aku kawin dengan mu, maka aku otomatis
akan menjadi Raja.”
“ Bukan alasan itu, tetapi
aku memang mencintai mu.”
“ Maaf beribu maaf, Aku
menolak cinta mu yang tulus; Akan tetapi
aku sudah mempunyai wanita yang akan menjadi pendampingku.”
Ratu Kencana Wungu terdiam.
Ratu bertanya, “ Berapa
banyak wanita yang akan engkau kawini, wahai Damar? “
“ Ada tiga wanita yang aku
janjikan untuk ku kawini.”
“ Maka aku adalah istri yang
ke empat dari mu.”
Damar Wulan shock berat,
dengan muka menjadi pucat.
Bagaimana jalan cerita nya
ini? Kelihatan menjadi ngawur? (
ngawur=kacau)
Sang Sutradara, Dewa Wisnu
harus dipersalahkan dalam hal ini.
Akan tetapi, Hal ini sungguh
merupakan kearifan Dewa Wisnu.!
Bagaimana pun, kearifan Dewa
tidak dapat ditentang oleh siapa pun.
Sesungguhnya, Damar Wulan dan
Ratu Kencana Wungu hanyalah ‘anak wayang’ didalam ‘skenario sandiwara’ Tuhan,
Dewa Wisnu.
Nyatanya, Dewa Wisnu pernah berkata
kepada Damar Wulan, “ Hai Damar, cerita mengenai dirimu masih panjang dan
menarik.”
Begitu juga kepada para
pembaca yang budiman, engkau hanyalah ‘anak wayang’ yang sedang dimainkan oleh
Dewa Wisnu. Terimalah nasib mu, sesuai
dengan kearifan Dewa.
Akhirnya Damar Wulan menyerah,
“ Baik lah wahai Ratu ku; Aku akan menuruti permintaan mu dan patuh apa kata
mu.
Aku mencintai mu.”
Sudah sepatutnya Damar Wulan
mencintai, karena dia memang tertarik akan kecantikan Ratu Wungu.
Ratu tidak menanyakan, siapa
calon istri-istri Damar Wulan, karena dia tau, bahwa hal itu tidak lah sopan,
untuk ditanyakan.
Ratu Kencana Wungu
melanjutkan kata-kata nya, “ Engkau boleh mengawini semua wanita yang akan
menjadi istri-istri mu. Aku tidak
berkeberatan; Percayalah pada ku!
Aku sebagai Ratu Majapahit,
dapat memerintahkan rakyat ku; Termasuk engkau hai Damar, untuk dapat kujadikan
suamiku. Engkau tidak bisa menolak! “
“ Jika ku boleh tau,
sesungguhnya apa alasan-mu untuk memilih aku sebagai suami mu? “
“ Karena engkau laki-laki
yang ganteng dan memang aku suka! Itu saja! “
“ Bukan kah engkau ,
menginginkan aku, agar menjadi Raja
Majapahit? “
“ Tidak Damar! Bukan karena itu!
Akan tetapi engkau memang
tepat untuk menduduki jabatan yang penting itu; Penting untuk rakyat
Majapahit. Aku juga sebagai Ratu
Majapahit, memerintah kan engkau untuk mau memikul jabatan Raja, demi
kemakmuran Kerajaan.
Aku yakin engkau bisa! Sesuai dengan mimpi dan petunjuk Dewa; Yaitu
orang yang bernama ‘Wulan’ dan sedang bekerja sebagai kuli di rumah Patih Lohgender.
“
Kedua orang yang jatuh cinta
itu berpelukan mesra, menyatakan kepada Dunia bahwa mereka adalah sepasang
kekasih. Bukan itu saja, tetapi
menyatakan kepada Dunia bahwa mereka adalah Ratu dan Raja Majapahit.
Bab 8
Raja Menak Jinggo masih dalam
keadaan sakit, yang diakibatkan luka bekas anak panah. Tetapi darah tidak lagi
menetes.
Dia merasa lemas, tidak
bertenaga. Dalam keadaan seperti itu,
maka kedua wanita istrinya sangat diperlukan; Guna mengobati dan menghibur
dirinya.
Raja tidak tau bahwa Dewi
Wahita dan Dewi Puyengan sudah berchianat; Mereka membelot, membela Majapahit;
Tidak lagi membela Blambangan.
Raja juga heran, “ Mengapa
Gada Wesi Kuning tidak lagi mau bekerja?
Seharusnya aku kebal terhadap semua macam senjata. Gada itu akan merubuhkan setiap musuh yang
ada dihadapanku, siapa pun dia; Tetapi,
mengapa tidak bisa? “
Sesungguhnya, ada yang lebih
sakti dari pada Gada Wesi Kuning dan Rojo Langit! Yaitu Dewa Wisnu!
Dewa telah ‘mengunci
mati’senjata andalan Raja, maka Gada Wesi Kuning menjadi mandul, tidak lagi mau
bekerja.
Sementara itu, Setan Rojo
Langit lari, sewaktu berhadapan dengan Dewa Wisnu, bersama Damar Wulan. Itu terjadi pada awal pertempuran dimuka
pintu gerbang Istana Trowulan.
Oleh sebab itu lah, muka Raja
tidak berubah menjadi muka raksasa; Tidak lagi terdengar bunyi halilintar dari
Gada Wesi Kuning; Dan yang terpenting, Gada itu tidak bisa lagi membunuh musuh.
Hukum Tuhan berlaku, yaitu
kearifan Tuhan harus di patuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Alam Semesta ini.
Dengan tertatih-tatih Raja
keluar dari pintu Istana. Dia menuju ke
pokok beringin, tempat menyimpan Gada Wesi Kuning. Kemudian dia membaca mentera untuk memanggil
setan Rojo Langit. Kemudian Raja
berdialog dengan setan Rojo Langit.
“ Wahai Rojo Langit yang
sakti dan perkasa.
Aku Raja Menak Jinggo ingin
bertanya kepada mu.
Mengapa barang pinjaman dari
mu tidak lagi berguna?
Mengapa engkau cabut hak ku
untuk dapat menggunakannya?
Bukan kah kita masih
bersekutu?
Bukan kah engkau sudah
berjanji untuk membantu ku didalam pertempuran ini? “
Rojo Langit menjawab, “
Percayalah kepada ku, bahwa kita masih bersekutu.
Aku sudah mempersiapkan
beribu-ribu pasukan ku yang siap dibelakang mu.
Bahkan aku sudah terjunkan
sebagian pasukanku untuk menggangu para Pejabat-Kerajaan Majapahit; Sehingga mereka menjadi orang yang tidak
bermoral dan siap untuk memberontak.
Lihatlah! Bagaimana kekacauan
telah melanda didalam administrasi Negara Kerajaan Majapahit. Dimana-mana terjadi tindak korupsi, penipuan,
kekacauan pada keuangan Negara dan juga pengchianatan yang akan menuju
pemberontakan.
Kita sama-sama menunggu akan
kehancuran Kerajaan Majapahit. Itulah
tujuan kita!
Engkau tetap akan kubantu
semaksimal mungkin! Percayalah kepada
ku! “
Raja Menak Jinggo tidak puas
akan jawaban si Rojo Langit.
“ Dia tidak menerangkan,
mengapa Gada Wesi Kuning menjadi mandul? Mengapa?
Aku tidak mempunyai tujuan
untuk menghancurkan Kerajaan Majapahit!
Akan tetapi dia! Jadi si Rojo Langit ingin meruntuhkan
Kerajaan Majapahit; Sedangkan aku hanya ingin merebut Ratu Wungu, yang akan
kujadikan istriku. Lain tidak!”
Raja mengambil Gada Wesi
Kuning dari tempat penyimpanan nya. Raja
menggemgam senjata itu dan diayunkan kekanan dan kekiri; Seolah-olah Raja ingin
membunuh musuh-musuh nya yang berdiri di muka nya.
Muka Raja tidak berubah,
tidak terdengar suara halilintar dan senjata itu terasa ringan saja.
Raja menjadi kecewa sekali.
Bahkan dirinya merasa takut,
akan keselamatan dirinya.
“ Aku dapat menjadi Raja di
tempat ini, hanya karena Gada Wesi Kuning.
Aku dapat ditakuti oleh semua orang di Majapahit dan di Blambangan,
hanya karena Gada Wesi Kuning.
Dan aku ditakuti oleh Ratu
Majapahit, karena Gada Wesi Kuning.
Kemudian Gada ini menjadi
mandul; Jadi, apa jadinya?
Kepada siapa lagi aku harus
meminta pertolongan?
Rojo Langit? Kelihatannya dia tidak lagi mau menolong aku
seperti sebelumnya.
Aku harus berpura-pura sakti,
walaupun tidak!
Agar semua orang masih takut
kepada ku.
Aku akan genggam senjata
mandul ini, hanya untuk menakut-nakuti.
Harapan ku, semua orang masih
mau takut kepada ku.”
Raja kembali kedalam Istana
dan merebahkan badannya di tempat tidurnya.
Tidak lama kemudian, Dewi
Wahita dan Dewi Puyengan datang dengan ceria,seolah-olah tidak ada sesuatu yang
gawat. Mereka memang harus bersikap
seperti itu, agar Raja terhibur. Dan
yang penting, agar Raja tidak curiga bahwa mereka telah membelot, memihak musuh
Raja.
Raja belum mau tidur; Tampak
matanya terbuka, mengawasi kedua istri nya yang cantik.
“ Hai suamiku yang kusayangi!
Apa khabar? “
“ Aku letih setelah
pertempuran; Aku juga perlu perawatan dari mu, wahai kekasihku! “
“ Baik lah! Kami akan memasak masakan kesukaanmu. Aku akan memasak baso daging dengan kaldu
ayam dan juga emih. Apakah engkau suka
masakan itu? “
“ Aku suka sekali,
terimakasih!
Terimakasih juga atas budi
baik mu berdua.”
Dewi Wahita bertanya-tanya
didalam hati, “ Mengapa suamiku sekarang menjadi lebih sopan daripada biasa
nya?. Aku merasa dia sekarang sedikit
berubah; Utama nya kata terimakasih yang diucapkan dua kali.”
Raja sesungguhnya menderita
‘mental depressi’. Dapat dimaklumi
karena kekalahan di medan tempur; Dan terlebih, karena kehilangan kemampuannya
atau kehilangan kesaktian nya. Dia
membutuhkan kawan yang akan mendukung nya.
Setelah memasak didapur
Istana, kedua istri Raja siap menghidangkan masakannya diatas meja. Maka makan siang Keluarga Kerajaan akan
segera berlangsung.
“ Hai suamiku! Makanan sudah siap! Marilah kita bersantap! “
Keluarga Istana kelihatan
lebih kompak daripada biasanya.
Sesungguhnya memang ada yang
berbeda; Yaitu Raja tidak didalam pengaruh Setan Rojo Langit, seperti
biasanya. Dikarenakan setan Rojo Langit
sudah lari atau bersembunyi karena takut.
Setan itu takut kepada Dewa Wisnu.
Walaupun Damar Wulan tidak
berada di Istana Menak Jinggo, akan tetapi Dewa Wisnu hadir disitu. Maka Rojo Langit lari terbirit-birit atau
bersembunyi, karena takut pada Dewa.
Akan tetapi Menak Jinggo
tidak tau keadaan sesungguhnya yang terjadi pada Rojo Langit.
Oleh sebab itu lah, maka Raja
Menak Jinggo yang asli, sedang tampil
dimuka istri-istrinya.
Dia sesungguh nya mempunyai
karakter dan budi pekerti yang baik.
Tetapi sayang selama ini ditutupi oleh Setan Rojo Langit.
Sesudah makan, Raja kembali
beristirahat. Dia dapat tidur nyenyak.
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan
bercakap-cakap diruang tamu.
Jarang-jarang mereka mendapat kesempatan untuk bercakap-cakap seperti
sekarang ini. Biasanya, Raja selalu
mendengarkan percakapan mereka dan selalu ingin tau isi pembicaraan.
Kedua Dewi memang seringkali
membicarakan akan hal nya politik; Utamanya perseteruan kedua Kerajaan,
Blambangan dan Majapahit.
Dewi Wahita berkata, “ Kita
telah lihat dijalan-jalan, semakin banyak pengemis yang mangkal di pinggir
jalan atau persimpangan jalan.
Kita tidak bisa menyesalkan
nasib mereka; Karena itu bukan salah mereka, tetapi Raja.
Raja telah melancarkan
perang, yang membawa kemiskinan bagi rakyatnya.
Rakyat tidak tau-menahu tentang politik yang dijalankan oleh Raja; Baik
itu Raja Menak Jinggo atau Raja Prabu Kebo Mancruet. Rakyat hanya dapat berkomentar pendek,
memang ‘zaman susah’.
Mereka maksudkan dengan zaman
susah adalah, susah mencari rezeki; Jadi satu-satu nya jalan adalah menjadi
pengemis.
Sudah menjadi hukum tidak
tertulis, perang selalu membawa kemiskinan.
Dewi Puyengan memberi
komentar, “ Begitu juga dengan masalah keuangan Istana; Istana Blambangan juga
bangkrut. Kita tidak bisa
bermewah-mewahan seperti semula.
Jika begitu adanya, marilah
kita jual benda-benda Istana ini; Kita akan mendapat uang dengan mudah. Dan itu syah-syah saja, karena kita adalah
istri Raja.”
“ Ide yang bagus Puyengan!
Marilah kita jual senjata
Gada Wesi Kuning. Wesi kuning itu dibuat
dari emas murni, tentu harganya mahal sekali.
Harganya tidak terkait akan kesaktiannya, tetapi karena emas yang ada
pada benda itu.”
“ Setelah kita curi, maka
kita harus melarikan diri! Tidak bisa
kita duduk santai ditempat ini. Karena
perbuatan kita pasti akan ketahuan oleh Raja;
Sudah pasti Raja akan marah besar.
Jadi bagaimana menurut mu.”
“ Pencurian ini bukan saja bermotif
ekonomi, tetapi juga politik!
Ingatlah kita adalah prajurit
wanita Kerajaan Majapahit, dan tugas kita adalah melenyapkan senjata nya
Raja. Senjata itu adalah senjata andalan
nya.”
“ Hai Wahita! Jangan keras-keras kamu berbicara! “ Puyengan menunjuk kamar Raja.
“ Coba engkau lihat ke kamar
nya Raja; Apakah dia sudah bangun? “
Puyengan mendatangi kamar
Raja, membuka pintu kamar perlahan;
Tampak Raja masih tidur pulas.
Puyengan berbisik, “ Dia
kelihatan masih tidur pulas. Bahkan saat
ini adalah sangat baik untuk kita ambil senjata itu, kemudian kita jual dan
kita melarikan diri ke Majapahit.”
“ Siapa pembeli yang mau
membayar cepat? “
“ Aku tau! Dia adalah Kebo
Tanak,kakak tertua dari Prabu Kebo Mancruet, almarhum. Aku tau dia adalah Pimpinan pemberontak yang
bermarkas diluar kota.
Pasti nya, dia akan
membutuhkan senjata Gada itu, untuk digunakan didalam perang pemberontakan.”
“ Kau benar Puyengan! Saat ini lah kita akan melarikan diri! Hayo! “
Kedua nya pergi ke halaman
Istana dan menghampiri pokok beringin, tempat Raja biasa berdoa memuja
setan. Dengan mudah Gada Wesi Kuning
diambil dan kemudian dibawa lari. Mereka
berkuda menuju Markas Besar pemberontak, tempat Kebo Tanak.
Sesampainya dimuka gedung
markas besar pemberontak, keduanya mengetuk pintu.
“ Hai siapakah kalian? “ Tanya Kebo Tanak. Dia menghunus keris nya, siap ditikamkan.
“ Simpan lah keris mu wahai
Kebo Tanak! Aku tau, engkau mengaggap
kami adalah musuh, karena kami berdua adalah istri Raja!
Tetapi kami datang dengan
maksud damai, bahkan akan membantu kalian; Percayalah! “
“ Begitukah? Kalau begitu adanya, maka masuk lah! Aku takut kalau ada mata-mata Raja yang memperhatikan aktifitas kita.”
“ Nah, sekarang katakan apa
maksud kedatangan kalian berdua.”
Dewi Wahita mengeluarkan
barang dagangannya, dan berkata, “ Kami menjual benda ini! Bayarlah, kemudian kami segera pergi secepat
nya.”
“ Apa? Ini adalah benda
keramat, milik Raja Menak Jinggo; Aku sangat mengenal benda jahanam yang telah
digunakan membunuh adikku.”
“ Harganya tidak mahal,
dibandingkan kegunaanya didalam pertempuran.
Kalian akan menggunakan nya didalam pemberontakan yang sebentar lagi
akan kalian lancarkan.”
“ Berapa harganya? “
“ Seribu kepeng.”
“ Aku tidak mau menawar, akan
kubayar tunai! Tetap nanti, karena
dimarkas kami ini, kami tidak menyimpan uang.”
Banyak anggota pemberontak
berdatangan untuk melihat Gada Wesi Kuning yang telah pernah membuat pasukan kerbau lari
ketakutan; Sewaktu Blambangan menyerbu
Majapahit dibawah komando Prabu Kebo Mancruet.
Mereka berdecak kagum, tetapi
tidak ada yang berani memegang; Mungkin
mereka pernah mendengar bahwa benda itu dibawah pengaruh roh jahat atau setan.
Tiba-tiba Gada itu bergerak
dengan sendirinya. Dewi Wahita sendiri
bahkan ketakutan, apa lagi orang-orang yang ada disitu. Mereka berhamburan, lari keluar rumah. Beberapa orang berteriak, “ Setan! Setan!
Setan! “
Dapat dimengerti, mereka
mempunyai pengalaman mengerikan dengan Gada Wesi Kuning yang digunakan membunuh
Raja nya.
Sekarang Gada itu dapat
terangkat, seperti mau terbang, setinggi satu meter. Tetapi tidak lama,
kemudian jatuh lagi diatas meja.
Kebo Tanak
memerintahkankepada semua orang, untuk meninggalkan ruangan itu.
Kemudian dia menutup dan mengunci pintu ruang.
“ Jangan ada yang berani
masuk kedalam ruangan ini! “ Kata nya.
“ Wahai Dewi, ajarkan kami
cara menggunakan Gada ini! “ Kebo Tanak memohon.
“ Maaf! Kami tidak bisa, wahai Kebo Tanak! “ Kata
Dewi Wahita.
“ Kalau Gada ini tidak bisa
digunakan, maka percuma saja! Kami tidak
jadi membelinya.”
Salah seorang anggota pemberontak
berkata kepada Dewi Wahita, “ Wahai Dewi, mintakanlah mentera-mentera dari
suamimu, agar kami hafal kan dan kemudian bisa menggunakan Gada ini.”
“ Maaf! Itupun aku tidak sanggup.”
“ Bukan kah Raja Menak Jinggo
adalah suamimu?.”
“ Aku sudah bercerai, bahkan
Gada itu ku curi dari tempat penyimpanannya.
Jika kalian tidak mau
membeli, maka baik lah; Tetapi aku
meminta agar Gada itu tetap tersimpan di ruangan ini; Aku menitipkan kepada mu.
Siapa tau, engkau bisa
menggunakannya, dan bisa membunuh Raja Menak Jinggo.memakai Gada itu! “
Kebo Tanak heran dan tidak
mengerti, “ Hai Dewi Wahita! Engkau mau
membela siapa? Apakah engkau mau membela kami?
Atau membela suamimu? “
“ Sudah kukatakan dari semula,
bahwa kami akan membantu perjuangan kalian semua.”
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan
beranjak menuju kuda mereka, dan akan pergi.
“ Wahai Kebo Tanak! Kami tidak mempunyai waktu untuk berlama-lama
disini. Selamat tinggal dan selamat
berjuang! “
“ Wahai pejuang
Blambangan,engkau sesungguhnya adalah pahlawan bagi kami;
Selamat jalan! “
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan
melarikan kudanya ke tapal batas sebelah Barat Blambangan, guna melarikan
diri. Mereka merasa Raja Menak Jinggo
seolah-olah sedang mengejar mereka dengan kemarahan, karena senjatanya sudah
dicuri.
Sungguh benar dugaan
mereka! Setelah Raja bangun dari
tidurnya, dia langsung pergi kehalaman Istana, guna mendapatkan Gada Wesi
Kuningnya. Raja mempunyai perasaan
seakan-akan Gada itu telah menghilang.
Sewaktu dia mendatangi lubang
di pokok pohon beringin, ternyata Gada itu sudah lenyap; Telah hilang dicuri orang. Raja shok berat, dan limbung.
Dia memohon kepada setan Rojo
Langit, “ Wahai Rojo Langit yang perkasa, apakah engkau yang sudah mengambil
senjata mu itu? Jika ya seperti itu, aku
merelakan nya. Tetapi jika senjata itu
dicuri orang, tolong kembalikan kepada ku!
Walaupun senjata itu sekarang
mandul, tidak bisa digunakan, akan tetapi masih berguna untuk aku dapat
menakut-nakuti musuh-musuh ku.”
Rojo Langit menjawab, “ Gada
Wesi Kuning itu telah dicuri oleh isti-istri mu sendiri. Aku akan kembalikan ke tangan mu.
Aku akan mengerahkan seluruh
pasukan ku untuk turut berperang melawan musuh-musuh mu; Percayalah kepada ku. Kita akan tetap bersekutu hingga akhir
zaman. Dan perang ini pun akan terus
berlanjut hingga akhir zaman.”
“ Apakah perang ini terus
berlanjut? Ketahuilah oleh mu, bahwa aku
hanya bermaksud merebut Ratu Majapahit yang
akan kujadikan istri.
Aku tidak mau berperang untuk
meruntuhkan Kerajaan Majapahit.”
“ Bukan kah sudah menjadi
perjanjian kita? Marilah kita perkuat
persekutuan kita untuk sama-sama meruntuhkan moral anak bangsa diseluruh
Nusantara, hingga akhir zaman.
Mereka akan kujadikan budak
yang tidak ber-moral dan tidak berbudi pekerti, seperti yang
didengung-dengungkan oleh si Damar Wulan.
Anak bangsa diseluruh
Nusantara, akan senang melakukan kejahatan; Itulah tujuan kita.”
“ Tidak! Tidak!
Bukan itu tujuan dari persekutuan kita! “
“ Engkau belum mau
mengerti! Baik lah! Nanti, pada saat nya, engkau akan mau
mengerti dan akan berpihak kepada ku.
Bila saat nya tiba, engkau
akan ku-suap dengan satu ikat uang kepeng yang jumlah nya ber milyar-milyar,
maka pada saat itulah engkau akan mau berpihak kepada ku, dengan suka rela. Jangan engkau menolak! Engkau akan menyesal nanti!
Ingat lah itu!
Selamat berjuang demi aku, si
Rojo Langit! “
Raja lemas terduduk dirumput,
dibawah pohon beringin.
Sesungguhnya didalam Hati
Nuraninya, dia mengutuk Rojo Langit yang telah membuat dirinya ber-peran
sebagai tokoh masyarakat jelek, tidak memihak rakyat.
Tidak baik untuk kelak
diceritakan kepada anak cucu nya.
Akan tetapi, suara Hati
Nurani nya, hampir tidak terdengar; Oleh
karena kalah dengan hingar bingar suara bising dari Ego nya dan Harga dirinya
yang lebih dominan.
Raja masuk kembali kedalam
Istana nya. Dia menyadari, bahwa
sekarang dia sendiri saja, tanpa ditemani oleh istri-istrinya . Karena dia tau, istrinya pasti takut dan
sudah melarikan diri. Dia bertekad akan
mengejar istri-istrinya.
Raja berpikir, “ Hai istri
ku, engkau tidak mengetahui bahwa Gada Wesi Kuning itu milik Rojo Langit, bukan
milik ku. Jadi nanti akan datang akibat
dari perbuatan mu, yang mengerikan, yang akan
menimpa mu! Aku sekarang merasa
kasihan kepada mu.
Ingatlah! Bukan aku yang akan menghukum mu, tetapi Rojo
Langit.”
Tidak berapa lama kemudian
datang seorang prajurit mata-mata melaporkan, “ Yang Mulia, kita diserang oleh
kaum pemberontak dibawah pimpinan Kebo Tanak.”
“ Siapkan angkatan perang
kita! “
“ Kita masih mempunyai
waktu,untuk mempersiapkan nya.
Akan tetapi,banyak anggota
tentara kerbau kita yang sudah desersi dan memihak kaum pemberontak.”
Raja berpikir didalam hati, “
Sekiranya Rojo Langit masih mau membantu ku....”
Tiba-tiba ada jawaban Rojo
Langit didalam hati Raja, “ Sudah pasti aku akan membantu mu, wahai
sahabat! Aku akan terjunkan lebih dari
lima belas ribu personil tentara jin;
Mereka akan terlihat nyata oleh musuh mu dan juga oleh mu. Mereka berbaris teratur dibelakang mu. Dan Gada Wesi Kuning mu, sudah kembali di
pokok pohon beringin mu. Ambil lah dan
gunakan untuk memberi takut pada musuh-musuh mu.”
“ Terimakasih wahai Rojo
Langit! “
“ Ada tugas mu, untuk
mengejar istri-istri mu yang berani kurang ajar kepada ku. Mereka mau pergi ke Majapahit. Sekarang mereka berada didekat perbatasan
Negara, disebelah barat daya yang berhutan lebat. Beri hukuman; Jika engkau tidak mampu, maka
aku sendiri yang akan memberi hukuman! “
Bab 9
Ratu Kencana Wungu sekarang
menjadi ceria; Semua dirasakan lebih
indah dari biasanya. Terlebih-lebih
pujaan hatinya sudah siap-sedia untuk mendampingi nya, si Damar Wulan. Tidak henti-hentinya dia berterima kasih
kepada Dewa Wisnu, “ Wahai Dewa Wisnu, terimakasih aku ucapkan kepada mu, yang
mana engkau telah mengirim mahluk mu yang bernama Damar Wulan kepada ku.”
Akan tetapi tugas Negara
belum lah selesai, Menak Jinggo harus lenyap, hukuman mati adalah pantas akan
dijatuhkan kepada si bedebah itu.
Hai! Mengapa Ratu membenci Menak Jinggo? Tanpa dia, maka Majapahit akan jatuh ke
tangan Prabu Kebo Mancruet dan dirinya sudah akan menjadi gundik nya.
Ingat lah wahai Ratu! Bambang Menak masih syah untuk engkau sebut pahlawan!
“ Ya sesungguhnya aku takut
akan ‘harimau’ peliharaan ku. Dia
sekarang siap untuk menerkam diriku dan mencabik-cabik tubuh ku. Walaupun dia pernah menjadi pahlawan ku,
pahlawan Majapahit, tetapi sekarang menjadi permasalahan diriku; Dan bahkan permasalaha
Kerajaan Majapahit.”
Ratu memanggil Damar Wulan
untuk diberi tugas Negara selanjutnya.
Seperti biasa, Damar tetap
menjalankan tata-krama Keraton; Duduk
bersila dengan tangan dikatupkan menyembah, dimuka Singgasana Ratu.
Walaupun dia sekarang
mempunyai hubungan pribadi yang sungguh dekat, yaitu kekasih Ratu.
Memang tidak bisa
dibayangkan, bagaimana Damar yang rakyat jelata telah menjadi kekasih dari
seorang Ratu.
“ Hamba menghadap Ratu Yang
Mulia, siap menjalankan tugas selanjutnya! “
“ Pergilah engkau bersama
Angkatan Perang Majapahit untuk menghukum Raja Menak Jinggo! Hukuman mati adalah pantas untuk diri
nya! Bawa kepala nya dihadapan ku.”
“ Baik Yang Mulia! “
Damar Wulan berpkir dalam
hati, “ Sudah kukatakan bahwa menghukum mati musuh yang sudah menyerah, adalah
dosa. Apa boleh buat, harus
kulaksanakan! “
Damar Wulan mempersiapkan
pasukan kavaleri berkuda untuk secepatnyta sampai di Kerajaan Blambangan. Kemudian berperang melawan Raja Menak Jinggo.
Harapan nya dia dapat memenangkan
pertempuran dan dapat menangkap hidup-hidup si Menak Jinggo.
Pasukan nya berjumlah kurang
dari tiga ribu orang.
Damar memilih hutan lebat di
perbatasan Negara, disebelah selatan, agar kedatangannya tidak diketahui oloeh
Raja. Sedapatnya hanya akan sedikit
korban didalam pertempuran kali ini.
Sesampai nya di hutan lebat, terdengar
suara wanita yang berteriak-teriak meminta pertolongan. Pasukan berkuda berhenti dan mencari sumber
suara.
Damar Wulan turun dari
kudanya dan mencari sumber suara; Dia
diiringi lima pengawalnya.
Tampak tubuh seorang wanita
yang tergolek ditepi sungai kecil, nampaknya dia mau minum, tetapi tubuhnya
lemah. Para prajurit Majapahit segera
memberikan pertolongan kepada wanita malang tersebut.
Muka nya rusak karena banyak luka
akibat pedang yang membuat luka di mukanya.
Damar bertanya, “ Wahai
engkau yang malang! Siapa yang
mencilakai engkau? “
“ Suamiku!
Wahai Damar Wulan. “
“ Hai, engkau sudah mengenal aku?
“
“ Aku mengenal mu, bahkan aku
adalah kekasihmu. Aku Dewi Wahita.”
“ Dewi Wahita ....!
Oh nasib mu malang.
Jadi engkau di-aniaya oleh
suami mu sendiri? “
“ Benar. Suamiku ingin agar kecantikan ku lenyap,
maka dia membuat luka di muka ku. Agar
aku menjadi wanita yang buruk rupa;
Tetapi dia tidak mau membunuh aku.
Damar! Apakah engkau masih mencintai aku? “
“ Sudah tentu kekasihku.
Walaupun engkau telah dibuat
menjadi buruk rupa, engkau tetap kekasih ku yang ku cintai.”
“ Oh...terimakasih Damar
Wulan.
Terimakasih oh... Dewa yang
Agung! “
“ Hai dimana si Puyengan? ‘
“ Tolonglah dia!
Dia dikejar-kejar oleh Menak
Jinggo; Jika tertangkap, sudah pasti
akan sama nasib nya seperti aku ini.
Cepat cari dia dan beri pertolongan.”
Damar Wulan memberi komando,
untuk mencari Raja Menak Jinggo dan Dewi Puyengan.
Terdengar siul dari atas
pohon.Ternyata Dewi Puyengan yang memberi tahukan tempat dia bersembunyi; Yaitu
di atas pohon, tertutup oleh daun-daun yang rimbun.
Puyengan berseru, “ Penjahat
itu lari kearah sana “
“ Siapa ? “
“ Ya sudah pasti Raja Menak
Jinggo.”
Semua orang mengejar kearah
yang ditujuk Dewi Puyengan, tetapi Menak Jinggo tidak berhasil ditemukan.
“ Untung engkau tidak
tertangkap Puyengan! Jika tidak,
pastilah muka mu menjadi buruk rupa. “
Komentar Damar Wulan.
Dewi Puyengan ber doa, “ Oh
Dewa yang Agung, terimakasih ku ucapkan kepada mu.”
“ Ceritakan kepada ku,
mengapa suami mu sangat marah kepada kalian berdua? “
“ Karena kami telah mencuri
Gada Wesi Kuning.”
“ Untuk apa? “
“ Untuk dapat dijual, karena
kami perlu uang.
Kerajaan Blambangan bangkrut,
termasuk juga keuangan Istana nya.
Jadi kami mulai menjual
perabot Istana. Hal ini dikarenakan
peperangan yang menyita banyak uang Negara.
Pencurian Gada itu, selain
maksud ekonomi, juga politik. Kami ingin
agar Raja tidak lagi bersenjata. Senjata
yang menakutkan.
Ingat lah, kami berdua adalah
serdadu wanita Kerajaan Majapahit! “
“ Ya bagus sekali. Kerajaan berterimakasih atas perjuangan
kalian! “
Damar Wulan memberi komando,
“ Pasukan! Jalan!
Kita akan menuju Istana Blambangan, untuk menangkap Raja Menak
Jinggo. Bersiaplah untuk suatu
pertempuran,
Kita akan menang, karena Dewa
Wisnu ada bersama kita! “
Ternyata Kebo Tanak beserta
ribuan pasukannya juga ikut menyerbu Istana.
Maka dua pasukan bertemu. Damar
menahan diri untuk tidak terjadi bentrokan antar dua pasukan.
Mungkin sekali akan mudah
terjadi bentrok, dikarenakan dua pasukan itu sudah dua kali bertemu didalam
pertempuran. Tentunya dendam lama, masih
tersimpan di setiap prajurit.
Kebo Tanak tau diri, untuk
menjauh dari pasukan Damar Wulan.
Tiba-tiba keluar dari dalam
Istana, Raja Menak Jinggo yang menggenggam Gada Wesi Kuning. Dia berjalan menyongsong musuh-musuh nya;
Pasukan Majapahit dan Pasukan pemberontak.
Lebih mengherankan, Ikut
keluar juga dari dalam gedung Istana, ribuan pasukan berseragam agak aneh. Jumlah nya semakin bertambah-tambah,
berbaris secara teratur di belakang Raja Menak Jinggo. Banyak,...banyak,.... baaaanyak sekali,
bagaikan semut yang keluar dari sarang nya.
Kebo Tanak memperhatikan Raja
Menak Jinggo. Raja menggenggam senjata
nya,Gada Wesi Kuning. Mengapa bisa? Bukan kah Gada Wesi Kuning ada di ruang
Markas Besar nya? Ruangan itu dikunci
dan tidak diperkenankan seseorang
memasuki nya.
Pasti ada pengchianat
diantara anak buah nya yang membawa Gada itu dan diberikan kepada Raja,
“ Hai! Siapa diantara kalian yang telah
berchianat? Dengan membawa Gada Wesi
Kuning, dan dikembalikan kepada Raja?
Maju menghadap ku! “
Salah satu perwira militernya
menjawab, “ Tidak ada pengchianat diantara kami!
Mungkin senjata itu bisa
pindah dengan sendirinya, dan kembali kepada Raja Menak Jinggo, dengan sendiri
nya.”
Seorang prajurit mata-mata
melaporkan kepada Kebo Tanak, “ Tuan komandan, pasukan musuh itu aneh dan aku
merasa mereka bukan manusia, tetapi setan atau jin.
Mereka tidak pernah
bercakap-cakap, jadi tempat itu sunyi.
Aku melihat salah satu dari
mereka menyembunyikan ekor nya; Yang kebetulan keluar diatas kepalanya. Muka nya, muka raksasa, seperti muka Raja
Menak Jinggo kalau dia memegang Gada nya.
Jadi dengan begitu, kita akan berperang melawan jin atau setan. Sanggupkah kita?
Kalau aku diizinkan wahai
Komandan, aku undur diri! Karena aku
tidak bisa melawan jin atau setan seperti itu.”
Prajurit pemberontak yang lain juga ingin undur diri; Meraka benar-benar takut, bukan dibuat-buat.
Kebo Tanak memberi komando, “
Pasukan tetap ditempat! Tidak ada yang
mengundurkan diri. Kalian harus bangga,
jika mati sebagai pahlawan Blambangan! “
Sama hal nya di pasukan
Majapahit. Pasukan mata-mata nya
melaporkan pasukan musuh yang aneh.
Damar Wulan dapat membaca
situasi; Pastilah itu pasukan jin dari
Rojo Langit.
Jadi dengan demikian,
Majapahit akan bertempur melawan setan sungguhan; Setan yang dapat dilihat oleh mata manusia
biasa.
Damar Wulan bercakap cakap
dengan Dewa Wisnu, membicarakan strategi, didalam hati.
“ Wahai Dewa! Sesungguhnya kita berhadapan dengan
setan-setan, tentara nya Rojo Langit.
Baru sekali ini aku harus berperang melawan setan.
Aku tidak bisa dan belum
pernah membunuh setan! Jadi, bagaimanakah cara nya tentara kita dapat membunuh
setan?
Ya Dewa ajarkan lah aku untuk
dapat membunuh setan itu! ”
“ Hai Damar!
Angkatlah tangan kanan mu,
hadapkan telapak tangan mu itu, kearah musuh dan Raja Menak Jinggo. Dan ucapkan, “ Aku ingin berdamai dengan
mu; Jika engkau mau berdamai ,maka
menyingkr lah dari hadapan ku! Jika
engkau tidak mau berdamai, maka marilah kita berperang ! “
Damar Wulan bergerak
menyongsong Raja Menak Jinggo; Langkahnya mantap dan penuh percaya diri.
Dalam jarak sepuluh meter,
Damar berhenti dan mulai mengangkat tangan kanan nya, denga telapak tangannya
menghadap Raja dan pasukannya, dia berkata,
“ Aku ingin berdamai! Aku
ingin berdamai! Aku ingin berdamai
dengan mu!
Jika engkau mau berdamai,
maka menyingkirlah engkau dari hadapanku!
Jika engkau tidak mau
berdamai, maka marilah kita berperang! “
Raja Menak Jinggo berteriak,
“ Aku menerima tawaran mu! Aku ingin
berdamai! “
Setelah dia berteriak, Raja
ambruk (jatuh) ke tanah dan tidak bangun lagi.
Pasukan setan pergi secara
berombongan; Mereka terbang ke angkasa
dan menghilang.
Namun, ada pasukan setan yang
berjumlah lebih seratus setan, yang segera mati ditempat. Mereka betul-betul mati seperti matinya
manusia biasa. Sungguh mengherankan,
setan bisa mati seperti manusia.
Tetapi mereka mati tanpa
berteriak, seperti teriakan prajurit yang akan menemui ajal.
Tidak ada prajurit Majapahit
yang bersorak atau bertepuk tangan;
Semua diam membisu, terpesona denga fenomena gaib yang sedang
dipertunjukan oleh Tuhan.
Damar Wulan berdoa, “ Ya Dewa
Wisnu, terimakasih atas pertolongan mu.
Engkau telah menyelesaikan pertempuran ini dengan cepat sekali. Inilah pertempuran tercepat diseluruh Dunia. Tidak ada korban diantara para prajurit
kami. Sekali lagi kuucapkan terimakasih.”
Demikian juga dengan Kebo
Tanak; Dia melihat dengan mata kepalanya
sendiri, bagaimana Damar Wulan telah menyelesaikan pertempuran itu dengan
cepat. Bagaimana pasukan setan itu terbang
dan menghilang. Raja Menak Jinggo sudah
mati atau pingsan, tanpa disentuh pedang.
Sungguh ajaib!
Kebo Tanak datang dengan
penuh hormat kehadapan Damar Wulan dan berkata,
“ Wahai Komandan tempur
Majapahit! Aku mengucapkan terimakasih
kepadamu yang telah menyelesaikan perang ini dengan mudah.”
“ Berterimakasih lah kepada
Dewa Wisnu, penguasa Alam Semesta ini;
Dia yang telah menyelesaikan perang ini, bukan aku! “
Kebo Tanak heran. Dia memandang Damar Wulan dari kepala hingga
ke kaki nya,
“ Sesungguhnya aku tidak
melihat Dewa Wisnu bersama mu. Terangkan
lah kepada ku, bagaimana caranya engkau dapat memenangkan perang ini? “
“ Perang ini adalah perang
yang ‘Luar Biasa’; Dimana manusia
dihadapkan kepada Jin, untuk saling membunuh.
Aku mengaku tidak sanggup membunuh satu pun dari sebegitu banyak jin,
yang berbaris teratur dibelakang Komandan nya, Raja Menak Jinggo.
Aku berterus terang, sungguh
aku tidak sanggup.
Mengenai diri mu, apakah
engkau mau melanjutkan pertempuran kita yang belum selesai? Atau engkau ingin menyatakan menyerah kepada
Majapahit dan kemudian berdamai?”
“ Aku tanpa sengaja, telah
bertemu dengan mu Wahai Komandan Majapahit yang perkasa.
Kita tanpa sengaja, mempunyai
tujuan yang sama, memerangi Raja Menak Jinggo.”
“ Jadi apa? “
“ Aku menyerah kepada mu dan
mohon perdamaian kepada penguasa Kerajaan Majapahit.”
“ Jika begitu adanya, buatlah
surat pernyataan menyerah kalah, kepada pimpinan kami, Ratu Kencana Wungu, Ratu
Majapahit. Jika engkau tidak mau, maka
terpaksa kita harus melanjutkan perang antara Blambangan dan Majapahit.”
“ Akan kubuatkan segera; Kami
menyerah kalah! “
“ Jangan engkau memanggil
pasukan jin dari Rojo Langit untuk berperang melawan Majapahit! Ingat lah itu! Jika tidak, maka aku akan memanggil Dewa
Wisnu, seperti yang baru saja kulakukan.
Ingat lah! Dewa Wisnu adalah penguasa Alam Semesta ini.
Kebo Tanak kagum dan heran
kepada Komandan tempur Kerajaan Majapahit yang ada dimuka nya. Dia memandang Damar Wulan karena
kekagumannya.
“ Wahai Komandan tempur
Majapahit yang aku hormati, ajarkan lah aku, bagaimana caranya engkau memanggil
Dewa Wisnu untuk kiranya dapat membantu aku didalam setiap pertempuran!”
“ Aku bisa membaca apa sesungguhnya
keinginanmu; Apa yang ada didalam benak
mu, wahai Komandan pemberontak! “
“ Panggillah aku dengan nama
Kebo Tanak.
Dan, ...Siapakah engkau? Siapa nama mu wahai Komandan? ”
“ Nama ku Damar Wulan.”
“ Aku menyerah kalah
dihadapan mu, karena aku percaya bahwa engkau bisa membaca apa yang ada di
benakku.”
Bahkan aku malu!
Sesungguhnya, aku akan gunakan
apa yang akan engkau ajarkan, untuk merampas Tachta kerajaan-kerajaan kecil
disekitar Blambangan.
Tidak! Tidak!
Tidak jadi.
Aku ingin mempunyai kemampuan
seperti mu, yaitu bercakap-cakap dengan Tuhan.
Ajarkan lah aku, wahai Damar
Wulan! “
“ Aku bukan lah orang yang
istimewa dimuka Tuhan, tetapi cukup beruntung.
Aku sama dengan mu dan juga sama dengan manusia yang ada dimuka bumi ini.
Akan tetapi mereka tidak
menyadari, bahwa ditubuhnya telah lama bersemayam Tuhan. Kebetulan aku menyadari Nya dan aku berhasil
mendekati Nya dan pada akhirnya aku dapat bercakap-cakap dengan Nya.
Wahai Dewa Wisnu, aku memohon
ampun kepada Mu, yang mana aku telah menyombongkan diri dihadapan sahabatku, si
Kebo Tanak.”
“ Engkau sedang tidak
menyombongkan diri wahai Damar! Tetapi
engkau sedang mengungkapkan suatu rahasia dan bahkan itu adalah super rahasia,
yaitu bagaimana caranya bercakap-cakap dengan Tuhan.
Belum pernah aku menjumpai
orang seperti mu, wahai Damar!
Lalu, ... Dibagian mana dari
tubuh ku, tempat Tuhan bersemayam?”
“ Didalam hati mu!
Ya betul, disitu! “
Damar menunjuk perut bagian
kanan.
“ Mengapa dia diam
saja,seharusnya dia menegur aku, seperti, ‘hai apa khabar?’ “
“ Engkau bagaikan debu,
bahkan lebih kecil lagi dari debu; Oleh sebab itu, tidak lah pantas Tuhan menegur
engkau lebih dulu. Tetapi seharusnya
engkau yang menegur lebih dulu,
Tuhan justru menunggu mu; Ya,
itulah Tuhan, dia sedang menunggu mu untuk kau tegur.
Setelah itu, engkau harus
memohon ampun kepada Nya; Karena selama
ini engkau tidak pernah menghiraukan diri Nya.
Bagaimana suatu zat Yang Maha Menguasai Alam Semesta ini, dan berada
sangat dekat dengan mu, engkau diamkan; Tidak engkau hiraukan.
Suatu hal yang aneh bukan?
Hal yang aneh ini, disebabkan
engkau hanya sibuk dengan kenikmatan Dunia.
Akui lah! Betulkan seperti itu keadaan mu? Engkau
terlalu sibuk dengan kenikmatan Dunia.“
“ Ya sungguh benar
katamu.
Bila kurenungkan sebentar;
maka, untuk apa aku harus menyerang
Kerajaan Majapahit?
Maka dapat kujawab sendiri,
... untuk menikmati lebih jauh akan kenikmatan Dunia.”
Damar Wulan menambahkan, “
Lebih detail, ... untuk merebut Ratu Majapahit yang cantik, untuk dijadikan
gundik.”
Merah muka Kebo Tanak, karena
malu. “ Jangan engkau teruskan Wahai
Damar! Aku sungguh malu dihadapan mu !
Sesungguhnya aku tidak yakin
dengan sifat ku yang jahat; Betulkah
Tuhan mau bersemayam didalam hati ku?
Kiranya Tuhan akan memilih tempat yang tepat untuk Dia bersemayam, yaitu
orang suci seperti engkau; Tetapi bukan
seperti aku ini.“
“ Semua orang di Dunia ini, tidak
perduli apakah dia jahat atau baik; Adalah tempat Tuhan bersemayam didalam
hatinya. Jika engkau mengaku sebagai
orang jahat, maka hati nurani mu
diliputi debu yang sangat tebal, sehingga rumah Tuhan di hatimu, tidak nampak
lagi. Sementara Tuhan yang bersemayam didalam hati mu, hanya diam menunggu; Menunggu engkau untuk dapat menegur Nya dan
memberi salam kepada Nya. Jika engkau
tidak mau menegur Nya, maka enkau tetap menjadi orang jahat dan semakin jahat,
tidak akan mau mengingat Tuhan.
Jika engkau bertekad untuk
dapat bercakap-cakap dengan Tuhan, maka engkau harus bekerja keras membersihkan
debu dan lumut dihati mu.
Baiklah aku akan teruskan,
mengungkapkan rahasia ini kepadamu.
Dikarenakan Tuhan tidak
dihiraukan oleh mu, maka rumah Tuhan di dalam hatimu itu tidak terlihat
lagi. Sudah tertutup debu dan lumut Alamat dan nomer rumah Tuhan juga sudah tidak
terlihat; Begitu juga pintu dan jendela rumah Nya telah hilang tertutup debu.
Kuberitahukan alamat rumah
Tuhan, yaitu, Hati Nurani atau Kalbu.”
“ Aku ingin pergi kerumah
Tuhan, wahai Damar! Bagaimana caranya? “
“ Keinginan mu yang baru saja
engkau ucapkan, adalah langkah pertama dari mu untuk menuju ke rumah Tuhan di
Hati Nurani. Engkau adalah satu diantara
sejuta manusia yang berkehendak mulia, menemui Tuhan. Jarang ada manusia
seperti mu! Yang mau melangkah kesana.
Kebanyakan dari manusia tidak
mau; Bahkan tidak percaya kalau Tuhan itu ada.
Agar langkah mu tidak
tersesat, maka engkau harus menetapkan arah tujuan mu.
Kemudian engkau harus turun
dari otak benak mu kebawah, tepat nya ke Hati Nurani.”
“ Jadi posisi ku( keberadaan
ku) didalam cerita mu itu adalah otak? “
“ Ya benar! Disitulah nafsu syahwat dan kebanggan diri mu
berada; Benar ada disitu; Dan akan tetap berada disitu; Tidak mau turun ke
hati. Terlebih-lebih bila engkau menemui
kenikmatan Dunia yang aduhai besarnya.
Engkau berbangga diri, akan hasil yang telah dicapai oleh mu selama ini. Mungkin engkau semakin jahat untuk gigih
mempertahankan apa-apa yang sudah engkau capai.
Engkau disitu berperan
sebagai Nafsu Syahwat, Kebanggan diri, Keserakahan, Nafsu membunuh dan
mencelaka-kan lawan dan masih banyak sifat negatif yang belum ku ungkapkan.
Engkau akan tetap di otak,
jika tidak ada kemauan untuk melangkah, seperti yang engkau baru saja ucapkan.”
“ Sesungguhnya engkau orang
suci wahai Damar.
Apakah engkau seorang
Pendeta? “
“ Aku Komandan tempur
Kerajaan Majapahit yang ditugaskan untuk menaklukan Kerajaan Blambangan. Kebetulan aku mendapat tugas dari Yang Mulia
Ratu Majapahit.
Sesungguhnya aku adalah anak
wayang yang memegang peran sebagai Panglima Perang di Kerajaan Majapahit,
didalam ‘sandiwara Tonil’. Sang
sutradara, adalah Dewa Wisnu.
Peranku sebelum menjadi
Panglima, adalah kuli pekerja kasar yang mengurus kuda, tahi kuda dan kandang
nya; Aneh bukan?
Tentu nya engkau bertanya
kepada ku, bagaimana langkah selanjutnya, agar aku keluar dari otak ku dan turun
ke Hati Nurani. Kemudian, aku dapat
bertemu Tuhan?
Setelah engkau menyadari akan
sifat negatif mu, maka engkau harus meminta ampun akan langkah mu yang
salah. Bertobat lah akan semua dosa-dosa
mu yang pernah engkau perbuat. Jadilah
orang yang rendah hati, mau menolong
teman dan lawan.
Sungguh panjang dan sulit
perjalanan mu, untuk dapat turun dari otak ke hati nurani, walaupun
kelihatannya jalan itu pendek, tetapi perlu
waktu bertahun-tahun.
Pada akhirnya engkau sampai
dimuka rumah Tuhan. Engkau masih harus
bekerja lebih giat, untuk membersihkan rumah Tuhan dari debu dan lumut. Agar pintu dan jedela rumah itu dapat
terlihat. Sesungguhnya debu dan lumut
yang menempel di dinding rumah Tuhan itu adalah perlambang dosa; Dosa-dosa yang pernah engkau buat selama ini.
Setelah rumah itu terlihat
jelas sebagai rumah, maka diharapkan akan membawa perubahan pada sifat mu;
Dari semula bersifat jahat menjadi bersifat baik.
Yang mana engkau akan menjadi orang yang suci,
berbudi pekerti luhur.
Tahap selanjutnya adalah
mengetuk pintu, agar yang empunya Rumah, Tuhan, dapat keluar dari dalam
rumahnya, dan berkenan untuk menemui mu.
Tentulah, harapan kita Dia berkenan.
Jika engkau dipersilahkan
oleh yang empunya rumah, untuk masuk kedalam rumah Nya, maka engkau akan
menjumpai Nirwana; Nirwana yang terpampang di depan muka mu.
Kemudian engkau dapat bercakap-cakap
dengan Tuhan.”
“ Wahai Damar! Aku mengerti!
Ini lah benar super rahasia yang baru kali ini ada yang menerangkan nya kepada
ku. Jika saja engkau seorang Pendeta
Hindu, maka aku akan berguru kepada mu, walaupun aku sudah tua seperti ini.”
“ Mari kita lihat! Bagaimana keadaan musuh kita, Raja Menak
Jinggo! Apa dia sudah sadar?”
“ Hampir kita lupa ada Raja
Menak Jinggo .”
Terlihat Raja Menak Jinggo
terduduk di rumput; Nampaknya dia kepayahan, karena Setan Rojo Langit telah
meninggalkan raga nya. Tidak ada lagi
Gada Wesi Kuning; Lenyap dibawa oleh Rojo Langit.
Beberapa perwira militer
Majapahit mendatangi dan mengikat tangannya;
Mereka berkata, “ Hai Raja Blambangan!
Engkau adalah tawanan perang kami!
Engkau akan dbawa ke Majapahit dan dihadapkan pada Ratu Kencana Wungu.”
“ Ampun! Jangan lah yang itu engkau lakukan; Hukumlah aku dengan hukuman yang lain
saja; Karena aku malu berhadapan dengan
Ratu mu! “
Tiba-tiba seorang wanita
buruk rupa berteriak, “ Hukuman mati, dipancung! Itu lah hukuman yang paling tepat bagi nya! “
Dia adalah Dewi Wahita.
Raja Menak Jinggo memandang
Dewi dengan rasa heran, “ Wahai istriku!
Yang membuat luka dimukamu itu adalah Setan Rojo Langit, bukan aku! Sungguh bukan aku! Bahkan aku mencintai mu.”
“ Engkau dan Rojo Langit
adalah sekutu! Apa-apa yang diperbuat
oleh mu, itu sama dengan yang diperbuat oleh Rojo Langit; Dan sebaliknya.”
“ Akan tetapi engkau yang
telah membuat urusan dengan Rojo Langit; Karena Engkau telah mencuri barang
kepunyaannya, Gada Wesi Kuning.
Sedangkan aku, aku tidak
mempunyai urusan dengan mu! “
“ Engkau telah meminjamkan
Raga wadak mu kepada Jin itu.”
Damar Wulan menengahi, “
Sudah! Sudah cukup! Nanti di Majapahit ada pengadilan yang adil
untuk si Menak Jinggo! Dan Rojo Langit.”
Dewi Wahita heran dan
bertanya, “ Rojo Langit itu setan!
Bagaimana caranya dia dapat diadili?
Ada-ada saja engkau Damar! “
“ Aku mempunyai kawan
Jaksa hebat di Dunia; Dia lah Dewa Wisnu. Dia akan mengadili si setan Rojo Langit dan seluruh
pasukannya!
Bukankah kita sama-sama sudah
melihat, ada seratus lebih serdadunya yang sudah mati, dihukum oleh Dewa Wisnu? Setan yang mati itu, adalah setan yang
bersemangat untuk berperang; Mereka tidak mau berdamai sesuai dengan seruan ku.
Memang benar, sekarang ini, si
Rojo Langit beserta tentara nya sudah melarikan diri.
Aku mendengar ancaman si Rojo
Langit, bahwa dia beserta tentaranya akan membuat kekacauan di Kerajaan
Majapahit, hingga Kerajaan ini akan runtuh.
Dewa Wisnu tidak akan tinggal
diam, Dia pasti akan bertindak terhadap penjahat.”
Kita percaya kan keadilan
kepada Dewa.
Akan tetapi. waspadalah akan
bisikan setan, tentara Rojo Langit. Aku
mendengar mereka berencana akan membuat kita menjadi rakyat Majapahit yang
tidak bermoral penuh dosa; Kita akan
dibuat oleh mereka, menjadi rakyat yang senang dan mudah berbuat dosa. Senang mengutil uang rakyat dan uang Negara
dengan cara korupsi. Lihatlah nanti,
dimana-mana selalu ada kasus korupsi dan suap
Itu lah hasil kerja pasukan
si Rojo Langit.
Jadi, kita akan berperang
melawan setan, mulai sekarang hingga akhir zaman.
Tidak menggunakan pedang atau
keris, tetapi mempertahankan Budi Pekerti dan Kharakter kita yang baik; Pertahankan budi baik kita, agar tidak akan
digoyahkan oleh setan, tentara Rojo Langit! ”
Tentara Majapahit dan tentara
Blambangan saling hormat dan saling berjabat tangan, tanpa disuruh. Bahkan ada diantaranya yang masih mengenal
lawan nya dulu, sewaktu mereka saling bunuh;
Sewaktu Blambangan menyerang Majapahit.
Mereka kemudian berpelukan, dan meneteskan air mata.
Mereka berpikir didalam
hatinya masing-masing, “ Mengapa aku harus membunuh orang yang sama sekali
tidak kukenal, seperti dia ini? Untuk
apa? Untuk kepentingan siapa? Benarkah
untuk kepentingan Negara?
Ku kira yang telah kita
kerjakan, hanya lah untuk kepentingan pribadi Raja; Yang akan mengawini Ratu Majapahit secara
paksa!”
Damar Wulan memberi komando,
“ Pasukan! Masuk kembali dalam barisan
mu! Tugas kita sudah selesai! Marilah kita pulang! Dan melaporkan kemenangan kita kepada Ratu! “
Tidak ada yel-yel kemenangan
seperti biasanya, tetapi mereka melantunkan doa kepada Dewa didalam bahasa
Sansekerta. Isi arti doa itu adalah
ungkapan rasa terimakasih kepada Dewa Wisnu, dan mohon perlindungan terhadap
setan.
Setan yang dimaksud kan,
sudah tentu setan yang nyata ada dihadapan mereka, tentara Rojo Langit.
Sungguh, sukar untuk dapat di
terima oleh akal sehat, bagaimana manusia berperang langsung dengan pasukan jin
atau setan; Manusia dengan pasukannya berhadapan dengan ribuan jin dalam bentuk
tentara, tentaranya Rojo Langit; Yang
nyata dapat dilihat oleh mata kepala, bahkan setan itu dapat mati seperti
manusia.
Pasukan Damar Wulan berjalan
kaki, sementara Damar Wulan naik kuda bersama tentara kavaleri berkuda. Tidak ada tugas yang lain, selain pulang
dengan kemenangan dan kebanggan.
Situasi Kota Singosari
ramai; Jalan menuju Istana Trowulan
sudah dipadati oleh rakyat yang akan menyambut pasukan Majapahit, dibawah
komando Damar Wulan.
Semua orang membicarakan
Damar Wulan yang berperang melawan setan.
Ceritanya tidak dikurangi, tetapi ditambah-tambah; Membuat nama Damar
Wulan melambung.
Damar berkuda, diikuti oleh
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan sebagai ajudannya. Dan kemudian ratusan tentara kavaleri
berkuda. Diikuti lagi oleh ribuan
pasukan berjalan kaki.
Tidak ada korban yang mati
didalam pertempuran.
Korban satu-satunya adalah
Dewi Wahita yang muka nya dirusak oleh Raja Menak Jinggo.
Sekarang pasukan memasuki
Kota Singosari; Genderang dibunyikan, agar pasukan kelihatan lebih gagah.
Sungguh Damar Wulan adalah
komandan tempur yang ganteng, mempersona para wanita. Itulah sebab nya, jalan dipenuhi oleh para
gadis yang berdandan mempercantik diri, agar Damar Wulan mau melihat
penampilannya.
Tiba-tiba, seorang gadis ayu,
tampil dan langsung menghadang kuda sang komandan; Maka sang komandan menghentikan kudanya; Juga
diikuti seluruh pasukan.
Sungguh mengherankan! Damar Wulan turun dari kudanya, menghampiri
gadis ayu itu dan kemudian memeluknya penuh kasih sayang. Membuat para wanita dipinggir jalan menjadi
cemburu.
“ Aku sudah diberi tahu bahwa
engkau akan datang menjemput ku; maka aku segera datang, tanpa ragu-ragu. Engkau semakin cantik! “
“ Siapakah yang telah memberi
tahu mu? “
“ Dewa.”
“ Damar! Sungguh aku merindukan mu! Aku mengharap demikian juga dengan mu.”
Dewi Wahita berteriak, “ Hai
siapakah engkau? “
Gadis ayu itu menjawab,” Aku
adalah kekasih Damar Wulan! Nama ku
Anjasmara.
Dan, siapakah engkau wahai
serdadu wanita Majapahit? “
“ Nama ku Dewi Wahita! Aku juga kekasih Damar Wulan.”
Serdadu berkuda dibelakang
Wahita juga berseru, “ Namaku Dewi Puyengan! Aku juga kekasih Damar Wulan.”
Anjasmara melihat dua wanita
yang telah memperkenalkan diri; Dia menjadi heran. Dia berpikr, “ Alangkah gayanya kekasih ku! Sekarang, ada banyak wanita yang meminta,
untuk aku mau membagi cinta; Bagaiman
aku dapat membagi kasih kepada mereka? “
Anjasmara menghadapkan
mukanya kepada Damar Wulan, “ Benarkah? Apakah mereka semua kekasihmu? Didalam melaksanakan dinas militermu,
sesungguhnya engkau tidak boleh bercinta, wahai Damar! Mungkin engkau telah
melanggar disiplin militer.
“ Sungguh benar wahai
Anjasmara.”
“ Jadi berapa jumlah wanita
yang akan engkau kawini, wahai Damar? “
“ Tiga orang wanita.”
Anjasmara masih belum puas
dengan jawaban Damar,
“ Apakah jumlah itu sudah
cukup?
Ingat lah! Aku, Anjasmara, adalah istri mu yang pertama!
“
Dewi Wahita tidak mau
tertinggal, “ Aku, Dewi Wahita adalah istri ke dua!
Hai Damar! Bukankah engkau masih mencintai aku? Walau Aku menjadi wanita jelek!“
“ Aku masih mencintai mu,
wahai Dewi Wahita.! “
Dewi Puyengan berkata, “ Aku,
Dewi Puyengan adalah istri ke tiga.! “
Damar Wulan menambahkan
dengan kalem, “ Mohon maaf, aku lupa dengan istriku yang ke-empat. Nama
nya.....” Damar terdiam.
Anjasmara mendesak, “
Katakan! Siapa kah dia? “
“ Nama nya ... Kencana
Wungu.”
Ketiga wanita calon istri
Damar terdiam, “ Bukankah itu nama seorang Ratu, Ratu Majapahit.”
Anjasmara marah, “
Damar! Jangan lah engkau berlaku
sombong! Bukan kah itu Ratu, Yang Mulia
Ratu Kencana Wungu? Hormatilah
dia! Dia adalah junjungan kita! “
“ Benar ada nya, dia adalah
Ratu Kencana Wungu.”
Dewi Wahita berkata, “ Jangan
main-main dengan Ratu! Hukuman mati akan
menimpa mu, bila engkau bersenda gurau dengan membawa-bawa nama Ratu Majapahit!
“
Damar berkata, “ Percayalah
kepada ku, aku akan mengawini kalian berempat, setelah tugas ku ini selesai.”
Anjasmara berkata, “
Bertiga! Bukan berempat! “
Damar menerangkan, “ Jika
engkau tidak percaya, nanti kita akan buktikan sesampainya kita di Istana
Trowulan; Apakah benar Ratu Kencana Wungu itu kekasih ku? Atau bukan? “
Ketiga wanita itu berteriak
secara serentak, “ HUUH Macam mana kau? Sombong kali kau! “
“ Hai Anjasmara! Mana berani aku sombong kepada mu? Ingat lah,
aku hanya lah pekerja di kandang kuda milik ayah mu; Aku hanya lah seorang kuli kasar yang
mengurus tahi kuda dan makanan kuda, dirumah mu! “
“ Engkau benar Damar! “
Dewi Wahita berkata, “
Baiklah! Aku sedikit percaya kepadamu
Damar, sekarang terangkan bagaimana caranya engkau memikat Ratu, hingga dia
jatuh cinta kepada mu? “
“ Itu adalah rahasia pribadi,
nanti Ratu akan marah kepada mu Wahita; Dan hukuman mati akan menimpa mu, bila beliau
mendengar cerita tentang diri Ratu dari
mu! “
“ Sudah! Sudah selesai soal cinta ini; Mari kita jalan menuju Istana! “ Dewi Wahita memotong semua pembicaraan.
Bab 10
Ratu Kencana Wungu menantikan
Angkatan Perang nya, yang dikhabarkan telah membawa kemenangan secara
gaib. Dia hanya mendengar khabar dari
para prajurit mata-mata nya. Jadi Ratu tidak puas; Dia ingin mendengar langsung dari sumber
berita yang pertama, yaitu dari Damar Wulan.
Ratu sebenarnya tidak puas
dengan berita yang disampaikan oleh Damar; Biasanya berita itu terlalu formil;
Tidak ada bumbu–bumbu nya, sehingga berita dari Damar biasanya tidak lah
menarik.
Tidak lama kemudian Damar
Wulan disertai ke tiga calon istri nya datang menghadap Ratu.
Damar duduk bersila dengan
tangan dikatupkan, dimuka Singgasana;
Begitu juga dengan ketiga calon istri-istri nya.
“ Wahai Yang Mulia Ratu
Kencana Wungu, hamba datang bersama staff militer kami yang juga calon-calon
istri hamba. Maksud kedatangan kami adalah
melaporkan kemenangan kami, kemenangan tentara Majapahit terhada lawan kita,
tentara Kerajaan Blambangan.”
“ Bukankah engkau melawan
tentara setan? Begitu yang kudengar
berita tentang mu.”
“ Benar Yang Mulia!
Ratu menjaga perasaan wanita
yang ikut mendampingi Damar; Oleh sebab itu, Ratu menegur Dewi Wahita dan Dewi
Puyengan yang beliau sudah mengenal mereka.
“ Dan engkau! Wahai tentara
wanita Majapahit, apa khabar mu? “
“ Kami baik-baik saja Yang
Mulia. Aku dan kawan ku ini merasa
tersanjung, karena diperkenan kan berbicara langsung dengan Ratu Majapahit yang
terkenal.
Akan tetapi kami membawa
berita-berita dari medan tempur yang tidak masuk diakal; Kami takut Yang Mulia
tidak mau percaya kepada kami. Oleh
sebab itu, kami menyerahkan berita pertempuran itu, kepada Komandan kami, Damar
Wulan.
Silahkan Damar, engkau
teruskan berita mu.”
Damar Wulan meneruskan
laporannya, “Jadi di medan tempur itu, ada tiga kelompok pasukan; Pasukan
Majapahit, Pasukan Pemberontak Blambangan dan terakhir Pasukan Raja Menak
Jinggo; Yang ternyata adalah pasukan jin Rojo Langit; Yang nyata dapat dilihat.
Kami bisa berdamai dengan
pasukan pemberotak Blambangan, tetapi tetap bermusuhan dengan tentara jin atau
setan tersebut. Sementara komandan
musuh, Raja Menak Jinggo memegang senjata andalan-nya, Gada Wesi Kuning. Jumlah tentara nya sangat banyak.
Sejujurnya hamba menyatakan
bahwa hamba tidak sanggup membunuh se-sosok jin.
Jadi, yang memenangkan pertempuran
itu adalah Dewa Wisnu, bukan aku. Hanya
Dewa Wisnu yang dapat membunuh jin atau setan.
Hamba hanya mengangkat tangan
kanan hamba dan berseru, “ Hai berdamailah!
Bila engkau tidak mau berdamai, marilah kita berperang.”
Seketika itu juga, Raja Menak
Jinggo berseru, ‘Aku menerima tawaran damai darimu, aku sekarang pergi!
Raja Menak Jinggo jatuh
terkulai layu dan kemudian pingsan.
Dikarenakan Rojo Langit pergi meninggalkan raga wadak nya Raja,
seketika itu juga.
Kemudian disusul oleh seluruh
setan yang ada distu; Mereka terbang ke
langit dan menghilang. Kecuali setan
yang tidak mau menyerah, tapi ingin bertempur.
Mereka yang tidak mau
menyerah ada seratus setan; Yang seketika itu juga mati, sama seperti manusia
yang mati.
Mereka adalah prajurit Rojo
Langit yang bertekad perang, tidak mau damai.
Demikian laporan hamba, Yang
Mulia Ratu! “
Ratu berkomentar, “ Sungguh
suatu pertempuran yang ganjil; Bagaimana
manusia dihadapkan kepada setan untuk berperang. Yang lebih aneh lagi adalah, setan itu
terlihat oleh mu dan oleh seluruh prajurit Majapahit mu.
Seperti apa prajurit setan
itu, wahai Damar? “
“ Muka mereka seperti raksasa
yang sering diceritakan didalam dongeng anak-anak. Mereka mempunyai ekor yang panjang. Mereka berusaha menyembunyikan ekornya,
dibalik baju seragam mereka; Tapi tampak juga oleh kita. Mereka diam membisu tidak mau bercakap-cakap,
atau memang tidak bisa bercakap-cakap.
Dan mereka dapat juga mati,
sama seperti manusia, tetapi tidak menjerit;
Jeritan kematian seperti para prajurit kita yang menghadapi maud.”
“ Jadi apa kesudahan
nya? Apa yang mereka inginkan, sebelum
mereka meninggalkan engkau, wahai Damar? “
“ Yang Mulia, harus kukatakan
bahwa perang ini adalah perang yang tercepat di Dunia ini. Sesudah Rojo Langit berteriak (memakai suara
Raja Menak Jinggo) Setan itu beserta
seluruh prajuritnya pergi menghilang begitu saja.
Apakah mereka menyatakan
kalah, damai, atau perang; Sehingga perang ini masih harus dilanjut kan? Kita
tidak tau.
Itulah yang menjadi masalah
buat kita.”
Ratu berkata, “ Marilah kita
misalkan, bahwa mereka masih mau berperang dengan kita; Setan yang mau
berperang melawan manusia. Jadi apa
yang akan mereka lakukan? Apa mereka akan membawa tentara setan nya, menuju hadapan
Gerbang Istana Trowulan dan mengancam-ancam aku? ”
Damar Wulan terdiam.
Kembali Ratu berkata, “ Coba
kau tanyakan akan hal ini kepada Dewa Wisnu.”
Damar menganggukan kepalanya,
kemudian terdiam dengan memejamkan matanya.
Pada akhirnya Damar Wulan
menyampaikan pesan-pesan Dewa Wisnu kepada Ratu dan juga kepada seluruh manusia
di muka bumi ini.
“ Wahai Ratu Yang Mulia, Dewa
Wisnu mengatakan bahwa perang ini masih dilanjutkan; Itu lah tekad dari Rojo
Langit dan di benarkan oleh seluruh prajuritnya. Bahkan Rojo Langit berseru untuk melaksanakan
perang yang tak berkesudahan, hingga akhir zaman.
Dewa Wisnu memberikan
informasi rahasia dari musuh, Rojo Langit, bahwa strategi perang yang akan dilancarkan
oleh Rojo Langit adalah membuat seluruh rakyat Majapahit menjadi rakyat yang
tidak ber moral; Rakyat yang jahat dan
tidak lagi patuh kepada Raja dan hukum yang berlaku. Hingga pada akhirnya Kerajaan Majapahit akan
runtuh.”
“ Bagaimana cara nya Rojo
Langit membuat rakyat ku menjadi tidak ber moral? “
“ Setan akan memasuki benak
seseorang, dan kemudian membisikan suatu janji dan rayuan yang menyenangkan
untuk melakukan perbuatan curang dan keji.
Orang itu setuju dan sudah
pasti dia akan menjadi orang jahat.”
“ Apakah Rojo Langit juga
akan membuat aku, Ratu Majapahit menjadi Ratu yang tidak bermoral dan jahat? “
“ Dengan penuh permohonan
maaf dari ku, maka aku terpaksa mengatakan, ya benar!
Engkau akan menjadi Ratu yang
jahat dan bengis kepada rakyat mu sendiri.
Dikarenakan setan akan mendatangi mu, akan masuk kedalam otak mu,
kemudian akan membisikan kepadamu untuk engkau berbuat jahat dan keji.”
“ Tidak mungkin!
Aku tidak akan seperti itu,
wahai Damar! “
Suara Ratu melengking keras.
“ Harapan ku, memang hendak
nya itu tidak mungkin terjadi!
Akan tetapi, jika suatu hari,
ada orang yang datang kehadapan mu dengan membawa uang kepeng yang jumlah nya
ber milyar-milyar, kemudian diserahkan kepadamu.
Apakah engkau akan menolak?
Atau engkau akan menerima? “
“ Aku tau itu adalah uang
suap; Yang memang sudah terjadi diantara para Pejabat Kerajaan Majapahit,
hingga saat ini.”
“ Jika engkau terima, maka
engkau harus mengusir rakyat mu. Karena
tanah tempat tinggal mereka akan dipakai oleh si pemberi uang, dengan memakai
izin dari mu. Izin itu terpaksa
diberikan oleh mu, karena engkau sudah dibayar.”
“ Oh begitu ya!
Jadi aku akan mengusir rakyat
ku sendiri dengan cemeti dan kesadisan; Aku harus bersifat bengis kepada
mereka!”
“ Benar Ratu ku! “
“ Aku menjadi orang jahat,
walau sesungguhnya aku seorang Ratu?
Bagaimana mungkin?
Oh Dewa! Engkau salah didalam mengatur Dunia ini.
Aku menyalahkan engkau wahai
Dewa!
Dunia akan menjadi kacau! “
“ Tenang lah wahai Ratu ku
Yang Mulia!”
“ Ada yang salah didalam
instruksi Dewa Wisnu kepada mu!
Damar! Dengarkan aku!
Seharusnya instruksi Dewa
Wisnu kepada mu berbunyi seperti ini, “ Angkatlah tangan mu, hadapkan telapak
tangan mu ke arah musuh, kemudian katakan, Matilah engkau setan-setan beserta
Raja mu, Rojo Langit.”
Nah ! Kemudian engkau lihat, beribu-ribu setan mati
bergelimpangan, termasuk Rojo Langit sendiri;
Semua nya mati, tidak ada yang
tersisa.
Jadi, tidak ada pertempuran
abadi antara manusia melawan setan.
Semua sudah diselesaikan, pada waktu itu.
Dan nama mu, Damar Wulan,
Komandan Angkatan Perang Majapahit, diberitakan telah berhasil menumpas mati si
Rojo Langit beserta seluruh parajurit setan nya.”
Damar Wulan termenung; Apa
yang ada didalam pikirannya? Apakah dia
sedang berunding dengan Dewa Wisnu, mendiskusikan pemikiran Ratu Majapahit?
Pada akhirnya Damar Wulan
berkata, “ Kearifan Dewa Wisnu ada diatas segala kearifan umat nya, termasuk
kearifan mu itu, yang baru saja engkau katakan.
Aku tau, engkau akan berkata,
akan tetapi kearifan ku lebih baik dari pada kearifan Dewa! Jadi sudah
seharusnya kebijakan ku yang harus dipakai.
Bila setan-setan itu mati, maka Dunia akan menjadi damai; Tidak ada lagi tindak kekerasan, tindak
peperangan dan tindakan yang tidak
menyenangkan. Semua orang bersikap
santun, sopan dan penuh pengertian untuk tidak mencelakakan orang lain.
Begitu bukan? “
“ Benar Damar! Itulah yang kumaksud! “
“ Bila setan-setan itu
dibiarkan hidup, apa jadinya?
Seperti yang kubicarakan,
perang dengan setan menjadi perang abadi, hingga akhir zaman.
Perang itu menjadi seru,
dahsyat, menakutkan dan menyedihkan.
Semua sifat-sifat jahat bertempur melawan sifat-sifat baik; Yang ada
pada diri manusia.
Manusia menjadi sibuk untuk
membuat undang-undang agar para kriminal dapat ditangkap dan dimasukan kedalam
penjara, dengan memakai undang-undang itu.
Untuk itu perlu seorang
Pemimpin, Raja atau Ratu seperti engkau wahai Yang Mulia; Agar undang-undang itu dipatuhi oleh seluruh
rakyat.
Hal ini lah yang dikehendaki
oleh Dewa Wisnu!
Aneh bukan?
Jika setan-setan itu mati
beserta Raja nya, si Rojo Langit, maka semua akan menjadi damai. Maka, tidak diperlukan lagi seorang Raja yang
akan mengatur; Tidak perlu dibuat undang-undang,
karena semua orang sudah menjadi baik, sopan, santun dan penuh pengertian.
Dewa Wisnu pada akhirnya ikut
memberi komentar akan pilihan bila setan-setan itu mati,
“Aku, sebagai Sutra-Dara
tidak bisa lagi membuat sandiwara tonil;
Dan engkau semua wahai umat manusia, tidak perlu lagi menjadi anak
wayang. Semua akan bersifat hambar,
seperti masakan tanpa garam dan lombok.
Sandiwara yang ku rancang
akan menjadi sandiwara yang tidak menarik sama sekali.
Coba engkau renungkan! Tidak ada tipu menipu antar umat ku. Tidak ada lagi bunuh membunuh antar para
serdadu, atau antar polisi dan penjahat atau antar penjahat dengan penjahat
yang lain.
Jadi apa lagi yang harus ku
ceritakan didalam sandiwara ku itu?
Ceritaku menjadi tidak
menarik! Tidak menarik! Tidak menarik!
Jadi dengan terpaksa, maka
kearifan ku, kebijakan ku, ku angkat ke permukaan, untuk dipatuhi oleh seluruh
Alam Semesta ini;
Jadilah si Rojo Langit beserta
seradadu nya boleh tetap hidup, hingga akhir zaman.
Kepada setan-setan itu,
kuberi kesempatan untuk mengadakan kekacauan;
Sehingga manusia menjadi kacau,
kalang kabut.
Dan yang seperti itu akan
menarik untuk diceritakan didalam sandiwara tonil ku.
Untuk mengimbangi, maka
kuberi kesempatam kepada para Agama wan, Paderi, Pendeta dan lain-lain nya
untuk memberi penyuluhan akan kebaikan, ke tulusan, kesopanan dan berbuat baik
sesuai budi pekerti yang luhur.
Maka jadilah sandiwara ku
akan menjadi lebih menarik.
Dan engkau semua mendapat
peran dan lakon didalam sandiwara ku, hingga akhir hayat mu”
Ratu memberi komentar, “
Termasuk engkau wahai Damar Wulan, yang telah berperan sebagai Agama wan.”
“ Tidak Yang Mulia! Aku tetap sebagai komandan tempur Angkatan
Perang Majapahit.
Aku bukan Pendeta! ”
“ Sudah selesai! Pertemuan ini hanya sampai disini, kalian
semua dapat meninggalkan tempat! “
Ratu Kencana Wungu mengakhiri
pertemuannya.
Damar Wulan beserta para
prajurit wanita nya akan beranjak pergi.
Ratu Kencana Wungu
menghampiri Damar, kemudian bersabda, “ Engkau tetap disini, masih ada yang
harus kita bicarakan.”
Ketiga calon istri Damar
terkejut; Mereka saling pandang,
bertanya-tanya didalan hati mereka masing-masing, ” Ada apa? Mengapa hanya
mereka saja, berdua? “
Ketiganya diliputi awan
kecemburuan.
Dewi Wahita berkata, “ Apakah
aku boleh mendengarkan pembicaraan kalian berdua? Mungkin ada sesuatu yang penting, yang akan
menjadi tugas hamba! “
“ Tidak!
Kalian bertiga tunggu
ditempat ini.
Damar Wulan akan kembali
kepada mu! “
Kemudian Ratu menggandeng
tangan Damar, dan dibawa ke suatu kamar.
Kamar ditutup.
Maka ketiga wanita itu
semakin curiga dengan Damar Wulan. Api
cemburu semakin membara. Akan tetapi,
lawan mereka terlalu tangguh untuk dilawan, seorang Ratu.
Anjasmara membuka
pembicaraan, “ Jangan lah diambil pusing!
Mereka sedang merundingkan akan hukuman bagi Menak Jinggo; Hukuman apa sepatut nya akan diberikan kepada
Raja itu.”
“ Kalau itu yang dibicarakan,
mereka tidak perlu berunding berdua saja;
Karena kita juga bisa memberi masukan, terutama Dewi Wahita, yang sudah
dirusak muka nya.”
Dewi Puyengan memberi
komentar.
Dewi Wahita berkata, “ Apakah
engkau tidak ingat akan kata-kata Damar!
Nanti akan kubuktikan bahwa Ratu Kencana Wungu adalah benar kekasih ku,
sewaktu kita menghadap beliau di Istana nya.”
Anjasmara membenarkan, “ Ya
aku sekarang mulai percaya. Mengapa
mereka masuk kedalam kamar.kemudian pintu kamar ditutup.! “
Ketiga wanita itu semakin
resah, bagaimana cinta Damar Wulan menjadi rebutan diantara banyak wanita? Dan sekarang, jika benar, mengapa Ratu
ikut-ikutan memperebutkan nya.
Apa sih istimewanya si Damar?
Dia dulu hanyalah seorang
kuli serabutan, yang mendapat kerja sebagai tukang kuda. Masih untung, Anjasmara mau memberi tempat
kamar tidur, jika tidak dia tidur bersama kuda.
Tidak lama kemudian, kedua
orang yang ditunggu itu keluar dari kamar, dengan wajah yang berseri-seri. Ratu masih tetap memegang tangan Damar Wulan
dengan mesra.
Ratu bersabda,
“ Nah! Aku sudah kembalikan
si Damar kepada mu; Aku tidak berbohong
kepada mu, bukan?
Karena aku menyadari betapa
penting diri Damar Wulan dibutuhkan oleh kalian bertiga;
Dia akan menjadi suami
kalian. Berbahagia lah kalian!
Betulkan apa yang sudah
kukatakan? ‘
“ Benar Yang Mulia! “
“ Demikian juga dengan aku; Aku ingin
berbahagia bersama Damar Wulan.
Maka kita berdua sudah
sepakat, untuk menyatakan bahwa Damar Wulan menjadi pilihan ku, untuk kita
dapat hidup bersama;
Dia sebagai suami ku.”
Ketiga wanita itu shock
terkejut, benar sudah apa yang dikatakan Damar.
Ketiganya tertunduk
sedih; Apakah ini adalah hari perpisahan
dengan Damar Wulan?
Ratu melanjutkan, “ Aku juga
ikut berbahagi dan tidak berkeberatan akan kalian ikut bersama kami, sebagai
istri-istri Damar Wulan.
Maka aku nyatakan bahwa diri
ku adalah istri ke-empat Damar Wulan.”
Sekarang ketiga wanita itu
menjadi dua kali lipat shock terkejut.
Dewi Wahita memberikan reaksi
sedih, “ Wahai Yang Mulia, kami tidak bisa dan tidak boleh mengalahkan engkau
sebagai Ratu Majapahit yang kami hormati.
Oleh sebab itu, kami bertiga mengundurkan
diri sebagai calon istri Damar!
Setujukah engkau, wahai
kawan-kawan ku? “
“ Ya kami setuju, memang
sudah seharusnya setuju! “
“ Tidak!
Aku tidak setuju dengan
kalian!
Aku minta engkau semua,
menjadi Keluarga Istana di Kerajaan Majapahit.
Bukan aku minta, tetapi aku
perintahkan kepada kalian.”
Hening! Hening! Semua tidak bersuara di Balairung
itu.
Beberapa saat kemudian Ratu
bersabda, “ Wahai Damar Wulan, berilah komentar dan pandangan mu mengenai
dirimu yang akan menjadi istri-istri kita, berempat.”
Damar Wulan berkata, “ Wahai
Dewa Wisnu! Ini lah akhir cerita dari
sandiwara Dunia, akan diri ku. Yang mana
engkau pernah mengatakan kepada ku, Cerita mengenai diri mu masih panjang dan
menarik.
Apakah aku berbahagia dengan
akhir cerita diriku? Yang engkau katakan
‘menarik’. Harapan ku begitu adanya;
Demikan juga dengan ke empat calon istriku.
Semua akan berbahagia, didalam peran lakon diri masing-masing.
Jadi Yang Mulia Ratu dan juga
semua calon istriku, semua ini dapat terjadi karena kita adalah anak wayang
yang sedang dimainkan oleh Dewa Wisnu.
Masing-masing mempunyai lakon cerita nya. Semua lakon yang dimainkan dapat dianalisa
kembali; Sehingga pada akhirnya kita dapat dikumpulkan oleh Dewa Wisnu, didalam
suatu keluarga berbahagia.
Kita dapat menganalisa dari
diri kita masing-masing.
Semisal, aku menjawab
pertanyaan, mengapa aku bisa bertemu dengan Anjasmara? Di kandang kuda? Mengapa nama ku kemudian diganti oleh nya
menjadi ‘Wulan’ ?
Memngapa Ratu mencari
seseorang yang bernama ‘Wulan’ di rumah Patih Lohgender? Yang sedang bekerja sebagai kuli serabutan,
mengurus kuda.?
Mengapa Ratu begitu percaya
kepada ku? Dia menjawab karena engkau
bernama ‘Wulan’ sesuai dengan mimpi nya, yang
dia percaya sebagai petunjuk Dewa untuk dia dapat keluar dari kemelut
politik Kerajaan Blambangan dan Majapahit.
Mengapa secara tiba-tiba
keluar tokoh yang bernama ‘Bambang Menak’?
Yang sebenarnya adalah pahlawan, yang berhasil menyelamatkan Majapahit
dari keterpurukan?
Sayang! Sang pahlawan menjadi lawan Ratu; Karena dia ingin mempersunting Ratu!
Dan sebagai nya.”
Ratu memberi komentar, “
Apakah cerita Dewa Wisnu ini masih berlanjut? “
“ Sudah tentu Yang Mulia;
Akan tetapi kita tidak bisa menceritakan akhir cerita; Karena Itu adalah
rahasia dari Dewa.
Itulah sebab nya Dewa Wisnu
tidak mau melenyapkan wayang nya yang bernama Rojo Langit beserta seluruh
prajuritnya. Jika Dia mau, mudah
saja; Ambil wayang Rojo Langit dan
dimasukan kedalam kotak wayang, maka selesai sudah lakon Rojo Langit.
Mengapa begitu?
Agar sandiwara Dunia tetap
berlanjut.
Dewa Wisnu ingin membuat
sandiwara Dunia ini menjadi lebih seru, seram dan gregetan.
Jadi marilah kita
bersiap-siap mejadi wayang didalam peran masing-masing.
Tetapi ingatlah! Kita harus berprinsip, marilah kita berperan
bersih. Pijakan kaki kita ada dipihak
yang benar, bukan dipihak yang salah.
Itu hanya lah nasehat
ku.
Akan tetapi, mungkin kalian
akan kalah dengan janji dan rayuan setan, anak buah Rojo Langit. Harapan ku, anda tidak akan kalah!
Penutup
Sesuai dengan janji nya,
Damar Wulan mengawini keempat istrinya.
Pesta pernikahan Istana
sangat meriah.
Rakyat Majapahit berpesta,
riang gembira.
Perkawinan seperti ini pernah
terjadi, di Kerajaan Singosari akhir.
Dulu, Raja Raden Wijaya pernah menikah dengan empat
wanita sekali gus.
Akan tetapi keempat istrinya
adalah kakak beradik dari satu keluarga, yaitu Keluarga Istana Singosari, Raja
Kertanegara.
Damar Wulan dikukuh kan
sebagai Raja Majapahit, mendampingi Ratu Kencana Wungu.
Gelar yang dipakai adalah
Raja Mertawijaya.