Tuesday, July 28, 2020

Damar Wulan
September 2015   Bahasa Indonesia
Diceritakan Kembali Oleh Satoto Kusasi

Prolog

Kami menghampiri Nenek, menyapanya, “ Hai Nek, apa khabar hari ini? “
Nenek kami menjawab, “ Aku baik-baik saja.  Aku tau, engkau akan meminta aku untuk bercerita, begitu bukan? “
“ Sungguh benar Nek!  Maukah Nenek bercerita kembali untuk kami? “
“ Tentu saja aku mau, untuk cucu-cucu Ku yang kukasihi.  
Memang benar sudah lama Nenek mu tidak lagi bercerita, apakah engkau rindu untuk mendengarkan cerita Nenek mu?
Tetapi, aku menduga bahwa sesungguhnya anak muda seperti engkau tidak menyukai cerita cerita mengenai Negeri mu sendiri.  Dikarenakan, kalian semua tidak memperdulikan nasib Negeri mu sendiri, begitu bukan? “
“ Tidak, tidak Nek!  Engkau salah mengerti tentang kami.  Kami semua sangat mencintai Negeri kami.  Oleh sebab itu kami senang mendengarkan kisah mu Nek! 
Kami ingin tau, apa yang sudah pernah terjadi di Negeri kami, pada masa lampau?
Walaupun, kami menyesalkan adanya tokoh sejarah di zaman dahulu, yang ternyata telah melukai perasaan hati rakyat nya sendiri.”
Nenek ku terdiam sesaat, kemudian melanjutkan, “Aku bangga mendengar ungkapan mu ini.  Memang sudah sepatutnya engkau mau membela rakyat mu, jangan lah kamu melukai perasaan hati rakyat mu !
Yang kumaksud melukai perasaan hati rakyat mu adalah, perbuatan yang tidak benar, seperti melakukan tindak korupsi, menipu rakyat, dan berchianat terhadap Negara.  Semua itu adalah tindakan yang tidak terpuji dan sangat melukai hati rakyat.”
Adikku yang kecil berkata, “ Nek!  Dengarkan aku, bahkan aku ingin menjadi seorang pahlawan pembela rakyat! “
“ Wow... terimakasih cucu ku!   Baiklah aku akan memulai cerita ini; Harap semuanya tenang! Aku akan menceritakan cerita dengan judul “DAMAR WULAN”.
Aku yakin engkau pernah mendengar nama ini.  Seorang anak muda yang pada akhir cerita menjadi Raja Majapahit.”
Nenek bernyanyi sebelum memulai ceritanya, seperti biasa.

Majapahit ! Hiduplah tanah airku Majapahit!
Aku mencintai Negeri ku!
Aku juga menghormati Ratu ku, Ratu Majapahit.
Bukan hanya sekedar hormat, tetapi juga cinta; Cinta murni
Karena dialah seorang Ratu dan juga sekaligus seorang wanita cantik.
Yang patut menjadi pujaan hati dan dicintai.

Dia lah Ratu Putri Kencana Wungu
Semua orang sependapat, bahwa dia sangat menawan hati
Bagi setiap pemuda di Kerajaan Majapahit
Pemuda manakah yang akan engkau pilih?
Untuk engkau jadikan pasangan hidup mu?
Tentu lah dia akan beruntung.

Dia adalah seoarang Ratu yang bijak
Dia juga pemegang kekuasaan yang ada ditangannya.
Pemuda yang akan engkau pilih sebagai pasangan mu
Akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus
Kecantikan mu dan juga kekuasaan mu
Bahkan, pemuda itu  mungkin akan menjadi  seorang  Raja.
Raja Majapahit
Siapa tau?

Akan tetapi, adalah hak Ratu untuk memilih
Bukan engkau!
Engkau tidak mempunyai hak untuk memaksa Ratu!
Dengan kekuatan mu!
Ratu adalah milik  seluruh rakyat Majapahit
Oleh sebab itu, hormatilah dia, Ratu Kencana Wungu!
Bab 1

Dia berumur dua puluh tahun; Dia cantik, menawan dan juga berwibawa
Dia lah Ratu Kencana Wungu.  Seorang Ratu yang namanya terkenal.
Putri Kencana Wungu dilantik menjadi Ratu Kerajaan Majapahit; Yang memerintah pada tahun 1427 – 1447.   Dia adalah Ratu yang kedua di Kerajaan;  Sementara Ratu pertama adalah Ratu Tribuana Tungga Dewi, adalah nenek nya Wungu.
Pada permulaan pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mendapat serangan militer dari Kerajaan Blambangan, dibawah komando Rajanya, Raja Prabu Kebo Mancruet.  Kerajaan Blambangan terletak disebelah timur Majapahit.
Prabu datang dengan kekuatan militer penuh, guna menaklukan Kerajaan Majapahit.  Diperkirakan dalam waktu tiga hari, mereka sudah akan sampai di muka gerbang Istana Trowulan.  Sekarang ini, mereka sedang beristirahat dan menempati sebuah Desa di perbatasan Majapahit. Mereka mendirikan tenda-tenda yang memenuhi seluruh Desa.
Apa maksud Raja Kebo Mancruet?  Apakah dia tidak pernah mendengar, bahwa tidak seorang Raja pun yang pernah menaklukan Majapahit?  Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan besar dan Perkasa.
Prabu Kebo Mancruet berpikir didalam hati, “ Ratu Majapahit adalah seorang Pemimpin wanita yang lemah;  Maka aku akan mudah menaklukannya, dan aku akan membawanya pulang untuk aku jadikan gundik di Istana ku.
Disamping itu, ayah ku akan puas dan berterimakasih kepada ku yang  telah membalaskan penghinaan Raja Majapahit kepada beliau.”
Prabu Kebo Mancruet mengenakan topi tutup kepala dengan tanduk kerbau, demikian juga seluruh tentaranya.  Maka tentaranya dikenal sebagai tentara kerbau.
Ratu baru saja mendengar akan ada nya serangan, sehingga Ratu belum sempat mempersiapkan Angkatan Perangnya.  Akan tetapi Ratu tetap tenang didalam situasi genting seperti ini.  Ratu pernah berpengalaman akan serangan pemberontak dari daerah Saden; Yang ternyata dapat dipadamkan dengan mudah oleh Patih Gajah Mada.
Patihnya yang sekarang bernama Patih Lohgender, tidak lah sepandai Patih Gajah Mada yang sudah terkenal; Patih Kerajaan sebelumnya.
Ratu Kencana Wungu memberi komando,” Hi Patih serang musuh, tangkap pemimpinnya!”
Patih Lohgender membawa tentaranya, disertai dua anaknya, Layang Seta dan Layang Kumitir.  Mereka menuju medan tempur dengan gagah berani.
Terjadilah pertempuran yang seru antara kedua belah pihak.  Suara denting pedang, teriakan komando dan juga teriakan maut dari prajurit yang akan menemui ajalnya; Datang silih berganti.   Prabu Kebo Mancruet memberi komando untuk mempertahankan spirit dan kebranian prajuritnya.
Dua jam sudah berlalu, Patih Lohgender memerintahkan para prajuritnya mundur secara teratur.  Kelihatannya, Majapahit mengalami kekalahan.  Tentara Majapahit mundur menuju Istana Trowulan, mengikuti Patih Lohgender beserta anak-anaknya.
“ Tentara kerbau ini sangat buas dan menakutkan” Demikian komentar prajurit Majapahit.
Mayat manusia berserakan di medan tempur; Mayat itu adalah prajurit dari kedua belah pihak sebagai korban-korban perang.
Untunglah, tentara Blambangan tidak mengejar tentara Majapahit, karena mereka juga menderita karena perang yang sadis dan brutal ini.   Mereka sibuk mengobati kawan-kawannya yang terluka.

Setelah semua tentara Majapahit masuk kedalam Istana,maka pintu gerbang Istana ditutup rapat-rapat.  Patih Lohgender melaporkan kepada Ratu Kencana Wungu akan kekalahannya.
“ Wahai Ratu,kami terpaksa mengakui bahwa kami mengalami kekalahan.!
Jumlah tentara mereka dua kali lipat jumlahnya dari pada tentara kami.  Banyak sekali yang jatuh sebagai korban dari pihak kami, yang mayatnya terpaksa kami tinggalkan.”

Ratu bertanya, “ Jadi .... Bagaimana selanjutnya? “

“ Semoga Dewa melindungi!  Hingga mereka tidak memasuki Istana Kami! “

“ Apa?  Engkau pengecut!  Engkau pengecut!  Apakah aku, yang harus maju bertempur melawan musuh, sementara engkau diam di Istana ini? “
Ratu Kencana Wungu sangat marah dan kecewa kepada Patih Lohgender dan juga seluruh prajurit Angkatan Perangnya.   Mukanya merah, karena marah besar.

Patih tertunduk lesu.  Keringat dingin menetes dari dahinya.

Tiba-tiba keluar seorang pemuda dengan otot-otot lengan besar, dari barisan prajurit yang kalah perang.  Dia bukanlah anggota tentara, tetapi seorang rakyat biasa.

“ Wahai Yang Mulia Ratu!,  Izinkanlah aku memimpin Angkatan Perang Majapahit untuk sekali lagi berperang.  Aku akan bertempur mati-matian, untuk mengusir tentara Blambangan hingga mereka pulang ke Negeri nya.”

Ratu sangat senang, tiba-tiba ada seorang pemberani yang mau membantunya dari kesulitan.

Ratu bersabda, “ Kedengarannya sangat menyenangkan!  Siapakah engkau? “

“ Nama ku Bambang Menak;  Aku adalah salah seorang dari rakyatmu.  Aku ingin menjadi seorang pahlawan untuk Kerajaan Majapahit.”

“ Baik!  Jadi apa rencana mu? “

“ Aku bersama tentara Majapahit dan juga Patih Lohgender akan terjun kembali didalam pertempuran, tiga hari di muka ini.  Ku akan pukul mundur musuh-musuh ku! “

“ Tidak bersama Patih Lohgender!  Engkau harus berjuang dengan kesaktian mu, tanpa dibantu oleh Patih.  Aku takut Patih justru akan mengacaukan rencana mu.”

“ Wow, .... terimakasih atas kepercayaan mu kepadaku.! “

“ Didalam keadaan yang mendesak ini, aku, Ratu Kencana Wungu mengangkat engkau sebagai Pimpinan Angkatan Perang Majapahit.
 Hanya engkau sebagai Pimpinan tertinggi, didalam Angkatan Perang Majapahit.
Jika engkau berhasil memenangkan pertempuran ini, maka engkau akan ku bayar langsung.  Disamping itu engkau juga akan mendapat hadiah dari ku.”
“ Betulkah itu wahai Yang Mulia?  Aku akan mendapat hadiah? “
“ Tentu!  Aku membenci, jika ada seorang rakyat ku yang tidak mau mempercayai janji ku.”
“ Aku mempercayai janji mu itu Yang Mulia!  Hadiah!  Hadiah apakah itu wahai Yang Mulia?
Tetapi jangan engkau jawab pertanyaan ku sekarang.
Nanti, apabila aku sudah menyelesaikan tugas ku.  Setelah aku dapat mempersembahkan kepala Prabu Mancruet dihadapan mu.”

“ Ya benar!  Aku setuju dengan mu! “

Bambang Menak berpikir didalam hati, “ Ratu sungguh cantik! Aku sungguh jatuh hati kepadanya.  Ya dewa! Bantulah aku untuk mendapatkan dia sebagai jodohku;  Jadikanlah ‘hadiah’ itu berupa perkawinan ku dengan dia.”

Siapakah Bambang Menak?  Apakah benar dia mempunyai kesaktian, seperti yang dikatakan oleh Ratu?  Kiranya Ratu hanya menduga-duga saja. Tidak ada orang yang tau tentang kesaktian Bambang Menak.

Pada kenyataannya, Bambang Menak memang sakti mandraguna.  Dia mempunyai senjata berupa ‘Gada Wesi Kuning’.
Bila dia memegang senjatanya, maka terdengar suara halilintar; Muka nya berubah menjadi muka raksasa.  Bila gada itu diayunkan kekanan dan kekiri, maka musuh-musuh dihadapannya akan mati seketika.  Sekali pukul, akan mati serdadu musuh sebanyak lebih dari sepuluh orang.
Senjata Gada Wesi Kuning, memang senjata yang sangat menakutkan.

Ratu Kencana Wungu berpidato dimuka para prajuritnya, “ Hai para prajurit ku; Sekarang engkau mempunyai Pimpinan baru, Bambang Menak.  Bukan aku akan menggantikan Patih Lohgender kepada dia, tetapi aku memberi kesempatan kepada Bambang untuk dapat memperlihatkan kehebatan dan kesaktiannya.

Biarlah Patih dan dua anaknya beristirahat dulu.

Hai Para prajurit!  Ibu Pertiwi menantikan pengorbanan mu.  Bukan saja pengorbanan dari mu, akan tetapi juga dari aku.  Aku dan Patih Lohgender akan tetap didalam Istana ini, guna mempertahankan tempat terachir pertahanan militer Majapahit.
Aku akan memegang pedang untuk membunuh musuh-musuh ku, musuh kita.”

Terdengar tepuk tangan dari para prajurit.
Para prajurit memberi salut dan yel-yel, “ Hidup Ratu Wungu!  Hidup Ratu Wungu!
Hidup Bambang Menak !  Hidup Bamban Menak!“


Seorang pasukan mata-mata melaporkan kepada Ratu, “ Yang Mulia, musuh sudah mendekati pintu gerbang Istana.  Mereka berbaris secara teratur, dalam jumlah banyak tidak dapat dihitung; Bagaikan semut.”

Bambang Menak mendengarkan laporan pasukan mata-mata itu.  Kemudian dia aktif bertanya kepada prajurit itu.  “ Berapa banyak menurut perkiraanmu, pasukan musuh itu?”

“ Lebih dari lima ribu orang.”

Bambang Menak mengalihkan mukanya kepada Ratu, “ Wahai Yang Mulia, saatnya aku memegang kendali Angkatan Perang Majapahit sekarang.  Bolehkah? “

“ Ya! Engkau boleh! “

Langsung Bambang Menak meneriakan komando nya,
“ Hai Pasukan Majapahit!  Sekarang aku memegang kendali pasukan ini!
Berbaris dan langsung keluar!
Buka pintu gerbang!
Perang!  Perang! Perang !”

Suara Bambang Menak mengelegar, membuat pasukannya kembali bersemangat.

Dia kembali berteriak, “ Hidup Majapahit! “
Kemudian disambut oleh pasukannya, “ Hidup Majapahit ! “

“ Hidup Ratu Kencana Wungu !”
“ Hidup ratu ! “

Bambang Menak berdiri dimuka barisan, tampaknya tidak takut mati.  Dia memegang senjata andalannya, Gada Wesi Kuning.  Terdengar suara halilintar yang menderu-deru dari senjatanya, seakan akan turun hujan;  Mukanya berubah menjadi muka yang menakutkan, seperti raksasa.

Sesampainya dimuka barisan musuh, Gadanya diayunkan, maka dua puluh pasukan musuh mati seketika.  Kembali Gada diayunkian, lebih dari dua puluh pasukan musuh yang mati.
Melihat keadaan yang tidak menguntungkan, komandan pasukan musuh, memberi komando untuk mundur, “ Pasukan mundur!  Mundur ! “

Pasukan Blambangan mundur sambil membersiapkan panahnya, maka banyak anak panah beterbangan, menuju sasarannya; Banyak pasukan Majapahit yang mati terpanah.

Tiba-tiba seorang pasukan mata-mata melaporkan langsung kepada Bambang Menak, “ Tuan!  Pasukan musuh menerobos dari arah belakang  tembok Istana.  Tembok berhasil dirobohkan, sehingga mereka dapat masuk kedalam halaman Istana.”

“ Cilaka!  Bagaimana keadaan Ratu kita? “

“ Dia sedang bertempur langsung melawan Prabu Mancruet.”

“ Cilaka!  Cilaka! “

Sungguh cerdik Raja Blambangan dengan memecah pasukannya menjadi dua.  Patihnya menyerang Istana Trowulan dari arah depan, dan dia sendiri memimpin pasukannya dari dari arah belakang.
Jika dia dapat membunuh Ratu, atau menawan Ratu, maka pertempuran bisa dinyatakan selesai dan kemenangan ada ditangan Blambangan.

Bambang semakin membabi buta dengan gadanya, maka pasukan musuh lari meninggalkannya.   Tidak ada keinginan Bambang untuk mengejar mereka, karena ada tugas yang lebih penting, yaitu keselamatan Ratu.

Untung saja ada pasukan mata-mata yang melaporkan serbuan Prabu Kebo Mancruet kedalan halaman Istana; Jika tidak, maka Bambang akan mengejar musuh dan kemudian akan meninggalkan Ratu yang sedang bertempur melawan Kebo Mancruet.
Sudah lah pasti Ratu akan mati atau tertawan oleh musuh.  Dan mungkin Majapahit dapat dinyatakan dipihak yang kalah perang.

Maka Bambang kembali masuk kedalam Istana guna membantu Ratu dan Patih Lohgender.

Ratu sudah terluka pada tangan kirinya. Darahnya menetes jatuh ke tanah.
Kebo Mancruet semakin gencar memberi serangan-serangan mematikan, guna mempercepat kematian Ratu.

Bambang Menak datang di saat genting dari Ratu, “ Yang Mulia mundur! Aku yang akan menyelesaikan dia! “

Ratu berhasil keluar dari pertempuran.  Bambang Menak mengayunkan Gada Wesi Kuning kearah Raja Kebo Mancruet beserta prajurit-prajuritnya.

Sungguh hebat akibatnhya, Prabu Kebo Mancruet terpental sejauh sepuluh meter, sudah dapat dipastikan dia mati.  Bersama dengan Raja, ada dua puluh prajurit musuh yang terkapar mati.  Dahsyat!  Sungguh tidak dapat dipercaya, kehebatan Gada Wesi Kuning.!
Senjata apa sebenarnya Gada Wesi Kuning itu?

Sementara itu prajurit kerbau yang lain lari melalui tembok yang roboh;  Mereka lari karena benar-benar takut.  Hanya mendengar suaranya saja yang seperti suara halilintar, mereka sudah takut.   Terlebih lagi, Bambang Menak mengancam dengan Gada Wesi Kuning yang masih ditangannya.

Ratu melihat sendiri aksi Bambang Menak, “ Sungguh hebat, tidak dapat dipercaya! “  Komentar Ratu didalam hati.

Ratu berpikir didalam hatinya, “ Apakah dia akan merebut kekuasaan ku? Dengan menggunakan senjata pamungkasnya?  .... Boleh jadi seperti itu nantinya! Jadi, aku harus berhati-hati menghadapi dia!
Dia bagaikan harimau jinak peliharaan yang ada di kandangnya.  jika dia terlepas, maka aku akan di gigit dan di cabik-cabik.”

Bambang mendekati Ratu, “ Apakah engkau baik-baik saja Yang Mulia? “

“ Aku baik-baik saja, terimakasih atas bantuan mu.” Jawab Ratu pendek.
Ratu bahkan menyembunyikan luka ditangan kirinya, karena takut Bambang akan ikut mengobatinya.

Bambang bertanya kepada Ratu, “ Apakah akan kupersembahkan sekarang ini, wahai Yang Mulia? “

“ Apa maksudmu? “

“ Kepala Kebo Mancruet “

“ Engkau tidak perlu.”

Tidak lama kemudian seribu prajurit musuh masuk kedalam halaman Istana, secara serentak.  Sekarang mereka benar-benar tidak takut mati.  Mereka hanya akan mengambil mayat junjungannya Prabu Kebo Mancruet.

Bambang Menak mengusirnya dengan senjatanya, tetapi yang datang lebih banyak lagi.

Ratu berteriak kepada pasukan musuh, “ Hai prajurit kerbau!  Ambil lah mayat junjungan mu, aku tidak akan mengganggu mu.  Karena aku tidak memerlukan mayat itu.
Pergilah bersama mayat junjungan mu dan jangan kembali lagi, atau engkau akan mati seperti Rajamu itu, disabet dengan Gada Wesi Kuning.?”

Salah seorang prajurit musuh mendatangi mayat Raja dan kemudian digendong untuk dibawa pergi. Teman-teman nya ikut membantu.
Kemudian pasukan musuh mundur secara teratur dan perlahan-lahan.

Tidak terdengar komando pasukan musuh; Mereka seperti bisu dan penuh ketakutan.  Yang jelas mereka menarik diri dari medan tempur, dan akan kembali ke Negerinya.

Apakah mereka dapat melarikan diri begitu saja, sebelum menyatakan diri mereka sudah menyerah?   Seharusnya Pimpinan mereka mau menyatakan diri menyerah, karena Raja mereka sudah tewas;  Dan sudah pasti keberanian mereka menyusut, tidak ada gairah lagi untuk menaklukan Kerajaan Majapahit.
Patih Kerajaan Blambangan seharusnya menyatakan menyerah kepada Majapahit, tetapi dia tidak pernah kelihatan.

Jika tidak ada pernyataan menyerah, maka kewajiban Angkatan Perang Majapahit untuk membalas penyerangan mereka ke Blambangan, merebut dan menaklukan Kerajaan Blambangan.


Bambang Menak mendekati Ratu Kencana Wungu, untuk menagih janji hadiah dari Ratu.
“ Wahai Yang Mulia, aku melaporkan bahwa musuh sudah pergi, kembalike Negerinya.  Aku mohon maaf, karena kepala Kebo Mancruet tidak dapat dipersembahkan kehadapan mu.  Akan tetapi itu bukan salahku.

Dan, kiranya aku boleh mendapatkan hadiah dari mu, wahai Yang Mulia? “

Ratu terdiam sejenak, karena dia berpikir, hadiah apa yang pantas untuk si Bambang ini?

Karena Ratu terdiam,kembali Bambang berkata atau mendesak,

“ Wahai Yang Mulia, aku teringat akan kata-katamu, yang mana engkau tidak menyukai seorang rakyat Majapahit, yang tidak mau percaya akan janji Ratunya. 
Bukankah begitu kata-katamu Yang Mulia? “

“ Benar memang seperti itu yang aku katakan, lalu apa?  Apa maumu?
Hadiah itu datang dari ku atas kemauanku, bukan engkau yang menentukan!
Aku akan menentukan hadiah yang pantas untuk mu, tetapi bukan sekarang.
Apakah engkau mengerti? “

Sekarang Bambang Menak yang terdiam.  Dia berpikir, “ Sepertinya dia sudah tau, bahwa yang kuinginkan adalah dirinya, yang akan kujadiakn istriku.  Nampaknya perjuangan ku masih jauh dari tujuannya.  Nanti akan kupikirkan strategi lain.”

Yang diminta oleh Bambang Menak memang tidak wajar, yaitu diri Ratu!  Itu adalah buah pikir seorang gila.  Ratu Majapahit adalah milik rakyat Majapahit.  Jika Ratu sebagai hadiah, lalu siapa yang akan memberikan?  Jika bukan Dewa Wisnu.!  Sudah pasti Dewa Wisnu tidak akan setuju untuk memberikan hadiah seperti itu!

Pada akhirnya Bambang Menak menjawab, “ Aku mengerti Yang Mulia! “

“ Baik lah!
Tugas mu selanjutnya adalah menyerang Kerajaan Blambangan, dan taklukan Kerajaan Blambangan!  Jadikan daerah jajahan baru dari Majapahit.
Dan engkau, kuangkat menjadi Raja ditempat itu.
Selamat wahai pejuangku! “

“ Terimakasih wahai Ratu ku!
Aku akan mempersiapkan Angkatan Perang Majapahit, dalam waktu satu minggu.
Pasukan kavaleri berkuda ku akan datang ke Blambangan.”

Dengan tidak membuang waktu, Bambang Menak menyerang balik Kerajaan Blambangan dengan senjata andalannya, Gada Wesi Kuning.
Singkat cerita, Bambang Menak berhasil menduduki Blambangan;  Kerajaan Blambangan menyerah kalah.

Dan tak lama kemudian dia mengangkat dirinya sebagai Raja disitu, dengan gelar Raja Menak Jinggo.   ‘Menak’ adalah nama ayahnya dan ‘Jinggo’ adalah nama ibunya.

Raja baru Kerajaan Blambangan adalah Komandan militer Majapahit.  Rakyat Blambangan kelihatannya terpaksa untuk mengakui Bambang sebagai Raja mereka.
Semua itu dikarenakan Gada Wesi Kuning yang ditakuti.  Semua orang takut!  Baik itu rakyat Blambangan, maupun rakyat Majapahit.

Sesungguhnya ada satu rahasia akan kelemahan dari Raja Menak Jinggo; Tanpa senjatanya,  Menak Jinggo bukan lah apa-apa;  Dia tidak lagi menjadi kuat dan perkasa, melainkan hanya machluk yang lemah.

Bambang Menak jika mau, dapat menjadi Raja di Majapahit, karena dia mempunyai Gada Wesi Kuning yang ditakuti 
Akan tetapi, rakyat Majapahit tidak terpikir kearah sana.  Bahkan rakyat Majapahit memuji Bambang Menak sebagai ‘Pahlawan’

Rakyat Majapahit bergembira karena kemenangan perang, dan menyambut gembira akan Raja Menak Jinggo, sebagai Raja Blambangan.

Seharusnya Raja Menak Jinggo adalah Raja dibawah pengaruh Ratu Majapahit.  Seharusnya Kerajaan Blambangan adalah daerah jajahan Majaphit.
Akan tetapi tidak seperti itu keadaan sebenarnya; Justru dia ingin berchianat kepada Kerajaan induk nya sendiri.  Semua itu dikarenakan keinginan Bambang Menak untuk memperistri Ratu Kencana Wungu.

Sungguh benar, Raja Menak Jinggo sedang mempersiapkan Angkatan Perang nya untuk menyerang Majapahit.
Tetapi dia tidak akan mau meruntuhkan Kerajaan Majaphit; Akan tetapi, hanya ingin merebut Ratu dan Tachtanya.   Inilah cita-cita Raja Menak Jinggo, yang tidak dapat ditunda apalagi dihentikan.


Bab 2


Ratu Kencana Wungu sedang santai di Istana Trowulan, pasca perang brutal.  Akan tetapi dia berpikir akan halnya sang pahlawan, Bambang Menak.
Dia memikirkan kembali sewaktu Bambang meminta hadiah darinya yang seolah memaksa.
Apa mau nya dia?

Ratu berpikir, “ Dia memandang aku, menusuk kedalam hati ku.  Dan aku langsung mengetahui akan mau nya! 
Dari caranya, aku sudah tau apa mau nya dia sebenarnya.
Dia menginginkan diriku, untuk dijadikan gundik nya.
Beraninya engkau, hai Bambang? 
Apakah engkau tidak berpikir bahwa engkau hanyalah salah seorang dari rakyat ku!

Dia tidak mau menghargai aku sebagai Ratu nya, tetapi menganggap aku hanyalah sebagai wanita cantik yang mudah di ‘terkam’ dan dijamah oleh nya.
Dia memang kurang ajar! “

Ratu Kencana Wungu merasa lega, karena ‘harimau peliharaannya’ sudah pergi ke Kerajaan Blambangan.   Dia berharap agar Bambang Menak mau menikmati kedudukan baru nya sebagai seorang Raja disitu; Dengan demikian, dia tidak mau mengganggu aku.

Hendaknya Bambang Menak segera mendapatkan jodohnya, seorang wanita cantik yang sangat dicintainya.

Akan tetapi, Ratu berpikir kembali didalam hati, “ Hai!   Mengapa kulepaskan ‘harimau’ itu kedalam hutan.   Bukankah aku telah mengizinkan dia untuk menjadi Raja di Blambangan?  Itu sama saja dengan melepaskan harimau peliharaan ku, kembali ke hutan.
Oh,  sungguh keputusanku adalah suatu kesalahan didalam pemerintahan ku!

Jadi ... apa yang akan dia lakukan selanjutnya?
Pastilah dia akan membawa tentaranya untuk menyerang Majapahit! “

Ratu menjadi resah!  Ternyata, tidaklah mudah menjadi seorang Ratu!

Akhirnya Ratu mendapatkan strateginya yang baru yaitu seorang wanita cantik’

Ratu berpikir, “ Aku akan mengirim seorang wanita cantik untuk kuhadapkan kepada Raja Menak Jinggo, agar dia mau mengawini nya,maka dia akan mau melupakan aku.
Semua itu harus dilaksanakan secara rahasia!
Seolah-olah wanita itu datang tanpa sengaja kehadapannya.”

Setelah dicari diseluruh Negeri, maka pada akhirnya, seorang wanita cantik dapat terpilih. Dia mau dikawinkan kepada Raja Menak Jinggo.
Dia bernama Dewi Wahita; Seorang loyalis Ratu Majapahit.

Dewi dihadapkan ke pada Ratu Kencana Wungu,
“ Hai siapa nama mu? “

“ Namaku Dewi Wahita!  Tugas apakah Yang Mulia akan berikan kepada ku? “

“ Engkau harus berjanji dulu kepada ku, bahwa engkau mau merahasiakan tugas mu ini! “

“ Baik Yang Mulia! “

“ Apakah engkau setia kepada Kerajaan Majapahit? “

“ Tentu saja Yang Mulia!  Bahkan nyawaku akan kuserahkan didalam menjalankan tugasku ini  wahai Yang Mulia! ”

“ Oh bagus sekali!  Engkau akan kukirim ke Negeri Blambangan, dengan tugas untuk dapat mendampingi Raja Menak Jinggo sebagai istrinya.!
Aku yakin engkau bisa dan mau! “

“ Tugas akan kulaksanakan Yang Mulia!
Jika kuboleh tau, atas dasar apa tugas ini harus dilaksanakan? “

“ Engkau adalah prajurit wanita, tentara Majapahit. 
Tugas mu adalah mengalihkan cinta Raja, dari ku kepadamu.
Sehingga, hanya engkau yang akan dicintai oleh Raja. 
Semoga dengan perkawinan mu dengan Raja, maka Raja Menak Jinggo tidak akan lagi mengejar-ngejar aku!
Mengertikah engkau? “

“ Megerti Yang Mulia.”

“ Dengan kecantikanmu dan daya pikatmu, aku yakin engkau bisa! “

  Mohon doa restu dari mu Yang Mulia!
Akan tetapi aku mohon, sekiranya aku ditemani oleh seorang wanita cantik yang lain.  Serasa aku tidak sanggup dengan tugas berat ini, kecuali bila aku mendapat teman untuk kami dapat bertukar pikiran.”

“ Ya aku setuju dengan mu; Aku akan perintahkan kepada Skretariat Kerajaan untuk mencarinya untuk menjadi temanmu.
Aku yakin Raja Menak Jinggo akan senang mendapat dua istri sekali gus.  Jika perlu dia juga mau mengawini sepuluh wanita cantik seperti kamu.
Tetapi, teman mu itu harus lah memenuhi syarat;  Seperti kamu ini lah!     
Cantik, loyal dan mau menjadi istri Raja Menak Jinggo.”

“ Aku senang dan bahkan sekarang bersemangat,karena akan mendapat teman seperjuangan.”

“ Semoga kalian berdua menjadi senang karena diperistri oleh seorang Raja! “

Pada hari-hari selanjutnya, datang lah wanita cantik yang diperlukan sebagai teman seperjuangan Dewi Wahita.  Dia bernama Dewi Puyengan.

Segera dia dihadapkan kepada Ratu Kencana Wungu.  Dia betul cantik menurut pendapat Ratu, juga loyal kepada Kerajaan dan mau diperistri oleh Raja Menak Jinggo.

Ratu bersabda, “ Aku bangga mempunyai dua prajurit wanita seperti kalian berdua.
Sekretariat Kerajaan akan mengatur keberadaan mu di Blambangan, seperti rumah untuk tempat tinggal kalian, Perkumpulan sandiwara keliling yang akan menghibur Raja di Istana.  Dan semua dapat diatur dari sini.

Tugas kalian yang terpenting selain kawin dengan Raja, adalah mencari tau, apakah sebenarnya senjata ‘Gada Wesi Kuning’ itu?
Dimana Raja menyimpan senjata pamungkasnya itu?
Engkau dapat menanyakan kepada Raja.  Karena aku yakin kedekatan kalian sebagai istri Raja.  Tanyakan secara bergurau, agar Raja tidak menjadi curiga kepada kalian.”

“ Baik Yang Mulia!  Kami berdua akan mejalankan tugas rahasia ini! “

“ Selamat jalan dan sukses selalu; Dewa bersama mu.”

Bab 3

Patih Lohgender juga dapat bernafas lega, karena pertempuran sengit sudah berlalu dengan sukses.  Dia berterimakasih kepada Bambang Menak yang secara tiba-tiba tampil dihadapannya dan dihadapan Ratu.   Jika tidak ada dia, apa lah jadinya nasib Kerajaan Majapahit, dan nasib sang Ratu?

Ada seorang warga Majapahit yang lain, yang juga ingin menjadi pahlawan seperti Bambang Menak.  Dia bernama Damarsasongko.
Maka Damarsasongko menghadap Patih Lohgender, kiranya dia akan mendapat tugas dari Ratu Kencana Wungu.

“ Wahai Patih Lohgender, kiranya aku dapat engkau hadapkan kepada Ratu! “

“ Untuk apa? “

“ Kiranya Ratu mempunyai suatu keinginan atau tugas Negara yang akan diserahkan kepada ku untuk aku dapat membantu Ratu, untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Aku adalah seorang pencari kerja.  Dan aku belum berkeluarga.”

“ Dari mana engkau tau bahwa Ratu memerlukan engkau?  Darimana engkau tau bahwa Ratu mempunyai tugas atau permasalahan Negara, yang harus diselesaikan? “

“ Dewa Wisnu telah memberi tahu aku! “

“ Dewa Wisnu?
Jika benar seperti itu, maka engkau adalah manusia yang beruntung; Karena engkau dapat bercakap-cakap dengan Dewa.
Selamat! “

Patih Lohgender pernah mendengar berita bahwa memang ada manusia yang dapat bercakap-cakap dengan Dewa Wisnu.  Dia adalah Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan; Tetapi itu sudah ratusan tahun yang lalu.

“ Bolehkah? “  Damarsasongko mendesak.

“ Tidak sembarang orang dapat dihadapkan kemuka Ratu ku
Jika engkau mau mencari kerja, sesungguhnya aku memerlukan seorang pekerja.”

“ Kerja apa wahai Patih? “

“ Mengurus kuda ku dan membersihkan kandang kuda ku, dirumahku.”

“ Patih!  Engkau nampaknya mau menghina diriku?
Bagaimana engkau ini?  Apakah menurutmu pekerjaan membantu Ratu dapat disamakan dengan mengurus kuda? “

“ Aku hanya menawarkan kerja untuk mu, bukan mau menghina diri mu.
Bukankah engkau seorang pencari kerja?
Ingtlah, sebelum membantu Ratu, maka engkau harus mengurus kuda; Jadi bersabar lah.
Tanyakanlah kepada Dewa Wisnu, apakah pekerjaan yang sesuai dengan mu? ”

Damarsasongko terdiam;  Nampaknya dia sedang berdiskusi didalam hatinya dengan Dewa Wisnu.  Nampak kerut kerut dikeningnya menipis dan menghilang, artinya dia sekarang tidak marah, bahkan menjadi gembira.

Akhirnya Damarsasongko mau menerima tawaran itu.
Sejak saat itu Damarsasongko bekerja dirumah Patih Lohgender, sebagai kuli, pekerja kasar.
Dia harus membawa rumput segar untuk makanan kuda, harus membersihkan kandang kuda dari tahi kuda, memandikan kuda, dan juga merawat kulit kuda.

Dewa Wisnu telah menasehati dirinya untuk bersabar seperti kata-kata Lohgender, sebelum membantu Ratu, harus mengurus kuda!

Jadi Damarsasongko bekerja rajin, dari hari demi hari.  Tidurnya pun dekat kandang kuda.

Datanglah Layang Seta dan Layang Kumitir yang akan mengganggu Damar.

“ Hai pekerja!  Pekerjaan mu bukan saja mengurus kuda, tetapi juga mengurus taman dan semua tanaman di halaman rumah ini! Engkau mengerti? “

“ Siapakah engkau? “

“ Aku adalah putra-putra Patih Lohgender.  Jadi aku berhak memberi perintah kepada mu.”

“ Baik!  Maka gajih ku harus ditambah sebanyak dua kali lipat; Maka aku akan menerima gajih sebanyak tiga kali lipat dari gajih semula.  Engkau mengerti? “

“ Kurang ajar kau!  Berani nya kau melawan kami? “

Maka terjadilah perkelahian dua melawan satu.  Damarsasongko tidak takut kepada dua lawannya.  Tinju Damar tepat mengenai mata kanan Layang Kumitir.
Layang Kumitir membalas meninju mulut Damar; Mulut damar berdarah.

Tiba-tiba seorang tua bersama seorang gadis cantik berlari-lari menghampiri perkelahian itu.

“ Stop! Stop! Stop!  Jangan diteruskan! “  Demikian perintah Patih Lohgender kepada anak-anak nya.  Dia datang bersama anak gadisnya, Anjasmara.

“ Hai Layang Kumitir mengapa engkau berkelahi dengan pekerja ku? .... Jawab! “

Layang kumitir tidak mau menjawab, dia hanya memegang mata kanannya yang sembab membiru, karena pukulan Damar.   Seolah-olah dia meminta perlindungan dan pembelaan dari ayahnya, “ Ayah, balaskan lah penghinaan ini, pukul kembali kuli ini! “

Karena tidak mau menjawab, maka Damarsasongko berkata, “ Wahai Patih!  Karena anak mu tidak mau menjawab pertanyaan mu, maka aku yang akan mewakilinya.
Dia telah memukul mata kanan ku, sehingga mata ku menjadi bengkak dan biru, karena aku telah menghina si kuli ini.
Demikian wahai Patih Lohgender.”

Mendengar perkataan Damar, kembali kedua anak-anak Patih itu menyerbu. Maka terjadi perkelahian ronde ke dua.

Patih Lohgender datang dan memukul kepala Layang Seta dan Layang Kumitir.
“ Kamu ini kurang ajar terhadap tamu ku! “

“ Ampun ayah!  Ampun ayah!  Ampun ayah! “
Kedua anak-anak nya itu lari ke arah rumah.

“ Terimakasih wahai Patih Lohgender! “  Kata Damarsasongko.

Anjasmara datang menghampiri, “ Bolehkah aku mengobati luka di bibir mu itu?   Aku malu akan perbuatan kedua saudara ku. Untuk itu, aku meminta maaf kepada mu.”

“ Wow, ... terimakasih atas budi baik mu, aku kira ini hanya luka kecil saja, nanti akan sembuh dengan sendirinya.”

“ Siapakah nama mu? “

“ Damarsasongko.”

“ Aku Anjasmara, putri dari Patih Lohgender.”
 Kemudian keduanya berjabat tangan.

“ Aku bekerja dirumahmu, untuk mengurus kuda dan kandang nya.
Untuk menyelesaikan pekerjaan ku, maka aku harus berada dirumahmu selama dua puluh empat jam.”

“ Oh begitu?   Dimana engkau tidur selama ini? “

“ Didekat kandang kuda, aku melewatkan waktu malam ku bersama kuda.”

“ Oh kasihan!
Banyak kamar yang dapat engkau tempati dirumahku.  Nanti akan kuantarkan engkau ketempat mu melewatkan malam mu.”

Anjasmara memandang Damar tanpa berkedip; Pandangan matanya menembus kedalam hati Damar.  Dia berpikir didalam hati, “ Sungguh pemuda ini ganteng;  Baru kali ini aku menemui pemuda seperti dia.  Sesungguhnya aku jatuh cinta! “

“ Wow,... sekali lagi aku berterima kasih atas budi baik mu, wahai Anjasmara!
Engkau lah pemilik rumah ini; Hampir aku lupa.
Betulkah engkau akan memberikan aku suatu tempat untuk aku beristirahat? “

“ Ya sudah pasti! “

 Sekarang kedua nya terdiam, hanya hati mereka yang berbicara.  Masing-masing saling menilai lawan bicaranya.

Damarsasongko berpikir dan berkata kepada Dewa Wisnu, “ Wahai Dewa Wisnu Yang berkuasa atas alam semesta ini.  Ada permohonan ku kepada mu, jadikanlah Anjasmara sebagai istri ku, pendampingku didalam hidupku selanjutnya.”

Kembali Anjasmara berkata, “ Ada permohonanku kepadamu wahai Damar;  Sebelum engkau menyebut nama ku, katakan lah ‘kekasih’ dimuka namaku, jadi ‘kekasih Anjasmara’”

Damar berpikir, “ Wahai Dewa Wisnu, sungguh cepat permohonan ku, engkau kabulkan.
Se-akan aku belum sempat berkedip.”

Langsung Damar menjawab, “ Alangkah senangnya aku ini, wahai kekasihku, sesungguhnya aku mencintai mu.”

“ Aku juga mencintai mu, sayang! “

Maka keduanya berpelukan dengan suka cita.  Jadilah keduanya sepasang kekasih, atas persetujuan Dewa Wisnu.  Sungguh Damar percaya, akan halnya Dewa Wisnu yang telah mengabulkan permohonannya secara cepat, bahkan supercepat.

Anjasmara masih meneruskan kata-katanya, “ Aku mencintaimu, setelah memandang engkau untuk pertama kalinya.  Aku akan mengikuti engkau wahai Damar; Kemanapun engkau pergi.”
Kembali sepasang kekasih itu berpelukan.

Damar hanya menjawab pendek, “ Terimakasih atas cinta mu yang tulus kepadaku;  Walaupun aku ini hanyalah seorang buruh kasar, yang sedang bekerja dirumah mu.”

“ Tidak mengapa!  Nasib seseorang sudah tercatat didalam agenda nya Dewa;  Dan kemudian akan berubah, karena catatan agenda Dewa itu selalu berubah dari hari demi hari.”

“ Benar kata mu wahai Anjasmara.  Aku hanyalah anak wayang yang sedang dimainkan oleh Dewa Wisnu didalam skenario nya.  Dewa Wisnu adalah sang Sutradara.  Dan aku sedang memainkan peran ku sebagai kuli, buruh kasar.”

Anjasmara memandang muka Damarsasongko, lama sekali.
Kemudian dia berkata, “ Ada yang menghalangi nasib baik mu wahai Damar, berkenaan dengan nama mu.  Aku mudah menyebut nama mu sebagai ‘Damar’.  Akan tetapi aku mendapat kesulitan bila aku harus menyebut nama ‘Sasongko’

Jika engkau setuju dengan saran ku! “

“ Apa saran mu? “

“ Hendaknya, nama mu dirubah menjadi Damar Wulan.  Kedengarannya lebih baik dan mudah bagiku untuk memanggilmu.”

Damarsasongko terdiam.  Dia berpikir didalam hati, “ Ibu ku akan marah kalau nama ku dirubah-rubah.  Akan tetapi, mengapa secara tiba-tiba ada orang yang mau mengganti nama ku?   Dan juga dia mengkaitkan dengan nasib ku?
Jika ku kaitkan dengan Dewa Wisnu, maka mungkin Dewa Wisnu yang menganjurkan nama baru ini, melalui Anjasmara.
Dan memang Damar Wulan lebih enak didengar daripada Damarsasongko.”

Damarsasongko pada akhirnya berkata, “ Baik lah, aku setuju dengan mu!  Maka mulai saat ini nama ku adalah Damar Wulan.”

Kembali Anjasmara memeluk kekasihnya dengan mesra. “ Dengan nama Damar Wulan engkau akan mendapat kan kebahagiaan yang kedua, yaitu kedudukan mulia di masyarakat.
Bukan kah kebahagiaan mu yang pertama sudah engkau dapatkan? “

Damar Wulan bertanya, “ Kebahagiaan apa yang pertama itu? “

“ Aku! Aku sebagai kekasihmu! 
Bukankah itu suatu kebahagiaan? Apakah engkau akan melupakan aku? “

“ Tidak!  Tidak!
Maafkan aku wahai kekasihku!
Engkau lah kebahagiaan ku yang pertama dan utama.
Aku tidak akan melupakan engkau, wahai kekasihku! “

Kedua nya terdiam, tetapi penuh kebahagiaan.

Damar Wulan berdoa kepada Dewa Wisnu, “ Wahai Dewa Wisnu yang berada didalam hatiku, aku berterimakasih atas pemberianmu, yaitu kekasihku yang akan menjadi istriku, Anjasmara.”

Damar Wulan mengalihkan pembicaraan, “ Wahai Anjasmara, jangan lah aku ditempatkan dikamar yang berdekatan dengan kedua saudaramu!  Mereka membenci aku!  Tetapi percayalah kepada ku, aku tidak pernah akan membenci mereka.
Tanyakanlah alasan mereka yang sebenarnya, mengapa mereka membenci aku? “

“ Baiklah, akan aku atur!
Mereka membencimu, karena mereka sombong.  Pada prinsipnya, mereka mempunyai pendapat, tidak ada orang yang lebih baik diDunia ini, selain mereka.
Jadi kalau engkau bercakap-cakap dengan mereka, lebih baik diam dan selalu membenarkan apa yang mereka katakan.”

“ Tetapi harus melawan apa yang mereka inginkan dari lawan bicaranya.
Bagaimana dia ingin aku melaksanakan tugasku lebih dari semestinya.
Mereka ingin aku mengurus semua tanaman di halaman rumahmu,apa itu tugas ku? ”



Bab 4


Apa yang terjadi di Kerajaan Blambangan?  Rakyat Blambangan mempunyai Raja buru, bernama Raja Menak Jinggo.  Raja itu adalah bekas Komandan Angkatan Perang Majapahit; Setelah menaklukan Kerajaan Blambangan, dia menjadi Raja di Blambangan.
Akan tetapi Raja Menak Jinggo ingin berchianat kepada Induknya, Kerajaan Majapahit.
Raja ingin menyerang Kerajaan Majapahit,merebut Tachta dan mengawini Ratu Majapahit.
Apakah sejauh itu niatnya yang tidak masuk diakal?  Bagaimana dia ingin berchianat, menjadikan cerita Nenek ku menjadi ‘ngawur’ ( kacau).

Seharusnya Raja Menak Jinggo mempunyai Hati Nurani;  Seperti hal nya seorang manusia biasa.   Sudah seharusnya dia mempunyai ‘Tata Krama’ dan ‘Sopan Santun’ terhadap atasannya, Yang Mulia Ratu Kencana Wungu.

Raja Menak Jinggo tidak lah boleh sembrono ( gegabah).

Akan tetapi dia mempunyai tekad yang bulat, akan menyerang Majapahit dan merebut Tachta dan kemuadian memaksa kawin dengan Ratu!

Cerita Nenek dapat dimengerti, karena kita tau bahwa senjatanya itu bukanlah senjata yang sembarangan, tetapi senjata yang hebat.
Bila dia memegang Gada Wesi Kuning, maka mukanya berubah menyeramkan, dan sifatnya pun berubah menjadi sifat setan, jahat dan sadis.

Jadi cerita Nenek, dapat dimengerti, tidak ngawur.  Kalu dia mempunyai tekad menyerang Majapahit;  Ya memang itu sifat setan yang sadis dan jahat, yang membuat dia berkeinginan untuk menyerang balik Kerajaan Majapahit.

Akan tetapi, bila Gada Wesi Kuning disimpan, maka Raja Menak Jinggo kembali sebagai manusia biasa yang mempunyai Hati Nurani;  Tetapi masih tersimpan niat jahat nya.

Beberapa bulan setelah Blambangan di taklukan, maka Bambang Menak menyatakan diri sebagai Raja Blambangan, dengan gelar Raja Menak Jinggo.  Pelantikan dirinya diiringi dengan pesta yang meriah.  Nampak nya Raja baru itu ingin mengambil hati Rakyat Blambangan, maka semua orang boleh makan makanan yang lezat dari dapur Istana.

Berbagai pertunjukan yang menghibur diadakan di Istana maupun di desa.
Semua orang harus bergembira.
Memang, tidak ada orang yang menentang Raja; Bahkan tidak ada orang yang berani menjelek-jelekan Raja secara diam-diam, apa lagi terang-terangan.

Dalam upacara pelantikan itu Raja Menak Jinggo berpidato dimuka Rakyat,

“ Saudara-saudara yang aku cintai, Aku Raja Menak Jinggo, akan memimpin Kerajaan Blambangan menuju Kerajaan yang berbahagia, adil dan makmur.  Percayalah kepadaku! Aku berjanji untuk membuat kalian berbahagia.”

“ Hidup Raja Menak!  Hidup Raja Menak!  Hidup Raja Menak! “
Salah satu pimpinan masyarakat yang berada disitu, bertanya, “ Wahai Raja!  Apakah engkau akan melakukan peperangan kembali?  Apakah engkau akan menyerang Kerajaan Majapahit?   Aku telah mendengar khabar akan hal nya perang yang akan engkau lancarkan!”

Raja Menak Jinggo terdiam diatas podium nya.  Dia menjadi bingung sendiri.  Perang adalah se-suatu yang dibenci oleh rakyat, karena akan mengakibatkan kemiskinan dan bahkan akan mengakibatkan bencana kelaparan diantara masyarakat.

Roh jahat telah mendatangi benak nya dan berbisik kepada Raja, “ Berbohonglah engkau!  Tidak mengapa engkau berbohong!  Itulah sifat seorang politikus seperti engkau. 
Katakan tidak, ....  pada hal itu memang benar! “

Pada akhirnya Raja bersabda dihadapan rakyatnya, “ Tidak!  Sekali lagi Tidak!  Berita-berita itu tidak dapat dipercaya!
Bagaimana aku akan membuat kalian menjadi miskin?
Itu sudah menyalahi janji ku sendiri, bukan? “

“ Hidup Raja Menak!  Hidup Raja Menak!  Hidup Raja Menak! “
Yel yel yang gegap gempita, menambah kecintaan rakyat kepada Raja mereka.


Hiburan diadakan tiga hari tiga malam.
Sandiwara keliling dapat menghibur Raja secara langsung;  Panitia memilih mereka karena ada penari penari nya yang cantik-cantik.  Tentu nya akan membuat Raja Menak Jinggo menjadi senang;  Apalagi Raja belum mempunyai istri.

Sungguh benar!  Raja terpikat dengan penari yang menghibur Raja di Istana.
Raja mendekati Panitia dan membisikan sesuatu ditelinga nya.  Tentu saja hal itu menyangkut para penari cantik yang diminati oleh Raja.

Maka pada akhirnya dua wanita cantik dihadapkan kepada Raja disuatu ruang rahasia.

Raja bersabda, “ Selamat datang di Istanaku, wahai dara cantik-cantik yang aku cintai! “

“ Apakah ada maksud tertentu akan kehadiran kami, wahai Yang Mulia? “

“ Ya tentu saja!  Siapakah nama mu? “

“ Aku Dewi Wahita dan temanku adalah Dewi Puyengan.”

“ Sesungguhnya hati ku terpikat kepada kalian, karena kalian cantik-cantik dan menawan setiap laki-laki, termasuk diriku.”  Kata Raja, tanpa malu-malu.

“ Terimakasih! “  Jawab Dewi Wahita, pendek.

“ Aku menawarkan kepada kalian untuk dapat tinggal di Istana ku.”

“ Tetapi aku mempunyai pekerjaan tetap;  Aku tidak bisa meninggalkan kontrak ku kepada Panitia.  Kami berdua adalah artis-artis yang dibayar mahal oleh Panitia, untuk menghibur rakyat diseluruh Blambangan ini.”

“ Aku Raja Menak Jinggo memaksa mu!
 Apa pun alasan mu, tidak berlaku dihadapan seorang Raja, yaitu aku !”
Terlihat kerut-kerut didahi Raja; Tanda sifat jahat Raja.

“ Jadi apa?  Apa yang akan engkau paksakan terhadap kami berdua? “

“ Jadilah kalian berdua istriku! “

“ Wow .... istri seorang Raja?   Bukan main! “

“ Ya benar!  Mengapa tidak? “

“ Istri seorang Raja adalah Permaisuri;  Apakah aku akan mendapat gelar Permaisuri dimuka nama ku?.  Jika tidak, maka aku tidak mau menjadi istrimu! “

“ Pasti aku akan memberi gelar Permaisuri dihadapan nama mu; Hal itu mudah bagiku! “

“ Tidak mudah Baginda! 
Gelar itu harus dibicarakan dulu dan harus mendapatkan persetujuan oleh seluruh rakyat Blambangan.   Aku tidak yakin, akan mereka mau setuju, jika aku sebagai Permaisuri Kerajaan Blambangan.”

“ Hal itu mudah bagiku!  Semuanya dapat diatur! Jangan engkau ambil pusing! “

“ Baiklah !  Karena engkau memang seorang Raja!
Siapa yang engkau pilih untuk menjadi istrimu yang pertama dan istri kedua, diantara kami berdua? “

“ Istri ku yang pertama dan bergelar Permaisuri adalah engkau.”

“ Aku?  Aku, Dewi Wahita ?  Jadi namaku adalah Permaisuri Dewi Wahita.”

“ Dan engkau adalah istriku yang kedua.”

Dewi Puyengan kali ini mau membuka suara, “ Aku Dewi Puyengan, adalah gundik mu wahai Baginda.  Baiklah aku terima.”

Maka jadilah rencana strategi Ratu Kencana Wungu, akan halnya menempatkan serdadu wanitanya di Istana, sebagai istri Raja.

Raja bersabda kembali, “ Apakah engkau mau mencintai aku, sebagai suamimu? “

Dewi Wahita menjawab, “ Yang Mulia, tidaklah mudah mengucapkan kata cinta yang harus dipaksakan.  Seperti yang sedang engkau lakukan sekarang ini.
Jadi sesungguhnya, kami berdua tidak mencintai mu.”

“ Aku dapat mengerti!  Ini bukanlah bisnis cinta, tetapi bisnis nafsu syahwat.”

“ Aku setuju dengan mu wahai Yang Mulia.  Mudah-mudahan diwaktu akan datang, dapat berubah menjadi,....”

“ Menjadi apa ...? “

“ Masih belum tau, apakah aku dan kawanku tetap tidak mau mencintai mu, atau tetap netral seperti sekarang ini.”

“ Sudah lah jangan diteruskan diskusi cinta ini.”  Raja kelihatan kecewa.  Sementara Dewi Wahita ‘jual-mahal’

Maka sejak saat itu, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan menjadi istri Raja.  Nampaknya memang Raja tidak mau mengadakan kenduri apalagi perayaan besar-besaran seperti hal nya perayaan perkawinan.  Jadi dengan demikian, kedua wanita itu dapat disebut sebagai’ istri peliharaan’
Dikarenakan kedua belah pihak, sudah sefaham, tidak mau saling mencintai.


Dewi Wahita dan Dewi Puyengan tidur sekamar dengan Raja, pada malam pertama dan malam-malam selanjutnya.   Semua berjalan lancar, tidak ada masalah.
Dewi Wahita waspada akan senjata Gada Wesi Kuning.  Matanya dibuka lebar-lebar untuk memeriksa setiap sudut kamar dan lemari, untuk mencari keberadaan senjata pamungkas itu; Dimana senjata itu telah diletakan oleh Raja?
Dewi mengira, senjata itu sudah dipindahkan,tidak lagi ada didalamkamar; Entah kemana.?

Saat sekarang ini tidak tepat untuk bertanya tentang senjata itu kepada Raja; Sangat berbahaya, bagi keselamatan kedua Dewi, karena Raja akan curiga.


Pada suatu hari, dimana Raja Menak Jinggo tidak berada di Istana, Dewi Wahita bersama Dewi Puyengan sedang beristirahat didalam kamar Raja.
Mereka mendengar suara sayup-sayup, seperti orang sedang berdoa;  Dia memanjatkan doa kepada Dewa.

“ Kau dengar Puyengan?  Ada orang sedang ber doa.”

“ Ya benar, aku mendengar suara itu ada dihalaman Istana.  Mari kita lihat siapa yang sedang ber doa? “

Mereka keluar kamar, kemudian membuka pintu Istana yang akan membawa mereka ke halaman Istana.  Dengan mengangkat tumit, supaya tidak terdengar bunyi langkah mereka, mereka mendekati bunyi doa.

Ternyata dibawah pohon beringin, ada orang yang sedang memuja Jin.  Tidak mungkin berdoa kepada Dewa dilakukan dibawah pohon beringin besar yang angker; Sudah pasti dia sedang memuja setan.

Dewi Wahita berbisik, “ Hai lihat, orang yang berdoa itu adalah Raja Menak Jinggo.”

“ Dengarkan apa yang diucapkan! “


‘ Hai Rojo Langit.
Rojo yang menguasai Dunia Kegelapan dan Dunia Kecurangan
Engkau sangat kuat dan sangat perkasa.
Aku datang kepadamu, untuk memujamu
Aku akan persembahkan apa yang engkau sukai

Maksud ku yang lain adalah untuk meminjam sekali lagi
Gada Wesi Kuning mu
Ku akan gunakan untuk menaklukan Kerajaan Majapahit.
Ku akan selesaikan mereka-mereka yang mengaku suci
Dan aku akan mengawini Ratu Kencana Wungu.

Bantu lah aku!  Bantu lah aku! Bantu lah aku!
Tanpa engkau mau membantu, maka aku tidak mempunyai daya
Sudah pasti aku juga akan membantu mu
Kita dalam satu ikatan kerja sama, bersama mu.

Gada Wesi Kuning mu kusimpan di pokok pohon ini
Karena kamar ku sudah dihuni oleh istri-istri ku
Yang kemungkinannya mereka akan  dapat mencuri Gada itu.
Sekali lagi, bantu lah aku!

Sebelum selesai upacara pemujaan setan Rojo Langit itu selesai, kedua istri Raja beranjak kembali ke kamarnya; Dan berpura-pura tidur.   Alangkah takutnya Dewi Wahita, ternyata suaminya adalah pemuja setan.  Tidak pernah terpikir oleh nya, akan Raja adalah orang yang jauh tersesat menurut ajaran agama.

Jika Dewi Wahita dan Dewi Puyengan masih disana, tentu mereka akan mendengar jawaban dari si Rojo Langit; Apakah permohonan Raja untuk meminjam senjata pamungkas itu dapat dikabulkan oleh Rojo Langit?

Mereka sekarang mendapat keterangan yang sangat rahasia, Gada Wesi Kuning adalah kepunyaan setan, setan Rojo Langit.
Pantas saja Raja ber muka menyeramkan, apa bila Raja menggenggam Gada itu.  Juga bunyi halilintar yang menderu-deru, itu lah bunyi setan.

Keterangan yang cukup penting adalah Raja telah bersekutu dengan Rojo Langit si Setan didalam persekutuan politik.  Yang mana Rojo Langit si setan, bersedia membantu Raja Menak Jinggo untuk dapat memenuhi ambisi politiknya.
 
Pintu kamar berderik perlahan.  Nampak Raja memasuki kamarnya secara perlahan-lahan, agar langkahnya tidak mengganggu istri-istrinya yang sedang tidur.
Kemudian dia membaringkan badannya ditempat tidur, disebelah Dewi Wahita dan Dewi Puyengan.

Kedua istrinya tetap berpura-pura tidur.







Bab 5


Ratu Kencana Wungu giat mempersiapkan Angkatan Perangnya, guna menahan serangan musuh dari Timur, yaitu tentara kerbau Blambangan.   Ratu yakin bahwa Raja Menak Jinggo akan datang bersama tentaranya, guna menaklukan Majapahit.

Ratu berpikir didalam hati, “ Bagaimana bisa dimengerti, akan pejuangku sendiri telah menjadi pengchianat.  Dia lah Bambang Menak.”

Ratu bersama Patih Lohgender dan banyak perwira militer nya mengdakan rapat guna menahan serangan militer Kerajaan Blambangan.

“ Saudara-saudara, aku berterimakasih kepada kalian semua yang telah melakukan latihan militer, untuk menangkal serbuan.  Walaupun masih ada kekurangan-kekurangan, tetapi aku yakin kekuatan militer kita masih dapat diandalkan.  Ibu Pertiwi menantikan pengorbanan mu dan juga pengorbanan ku.  Marilah kita satukan tekad kita untuk menang.! “

Patih Lohgender memberi komentar, “  Sesungguhnya masih banyak kekurangan kita, wahai Ratu.  Dan kita sudah sama-sama mengerti akan hal nya kekurangan kita.”

“ Kekurangan apa?
Menurut pendapatku, kita tidak mempunyai seorang pejuang yang sakti mandraguna, seperti hal nya Bambang Menak, yang tenaganya pernah kita pakai. Itulah orang yang kita perlukan untuk menutupi kekurangan kita.

Aku berdoa kepada Dewa, memohon kiranya Dia mau mengirim ‘Bambang Menak’ yang lain;  Tetapi dia hendaknya orang yang loyal kepada Kerajaan, bukan pengchianat.”

Patih Lohgender lupa kepada Damarsasongko; Atau dia memang pura-pura lupa, akan halnya kehadiran Damarsasongko dirumahnya;  Sesungguhnya, adalah harapan Damarsasongko, agar dia dapat dihadapkan kepada Ratu, untuk dapat membantu Ratu. 

 Tetapi sayang, Patih Lohgender tetap melupakan Damar,
Patih berpikir, “ Dia hanyalah seorang kuli, pekerja kasar, bukan seorang pejuang; Apalagi sakti mandraguna.  Dia tidak pantas untuk dihadapkan kepada Ratu.”

Hingga pada suatu malam; Ratu bermimpi akan Dewa yang memberi tahukan, bahwa akan hadir seorang yang bernama ‘Wulan’  Yang akan membantu memecahkan masalah Kerajaan.   Ratu terus mengingat nama ‘Wulan’ hingga terbit fajar.

Ratu berteriak memanggil sekretaris Negara, “ Panggil Patih Lohgender sekarang!
Seakan-akan ada hal yang gawat, maka Patih datang berlari dari rumahnya.

Patih menghadap Ratu Kencana Wungu,” Aku hadir dihadapan mu Yang Mulia!  Apakah ada serangan dari Timur?  Apakah ada sesuatu yang gawat? “
Patih memang takut, benar-benar takut akan ada nya serangan dari Blambangan.

“ Semua dalam keadaan normal wahai Patih.  Seharusnya aku yang takut akan adanya serangan, bukan engkau!
Aku bermimpi bahwa ada orang yang bernama Wulan, dirumahmu, yang tenaganya dapat dipakai untuk membantu aku didalam menghadapi masalah Negara.  Panggilah dia untuk menghadap aku!  Segera !  Hal ini sangat penting! “

“ Di rumahku ? “

“ Ya demikian; Dirumahmu! “

“ Dirumahku ada seorang kuli yang kupekerjakan untuk mengurus kuda.  Dia bernama Damarsasongko.”

“ Apa pun namanya, panggilah dia segera! “

“ Dia hanyalah pekerja kasar, tidak sakti dan tidak berbakat didalam bidang militer! “

“ Aku bilang panggil!
Hadapkan kepada ku!
Segera! “

“ Baik Yang Mulia.”

Patih Lohgender pulang cepat-cepat dan segera menemui Damarsasongko di kandang kuda.  Dia sedang bekerja membersihkan kandang dari kotoran kuda.

Damarsasongko sudah tau bahwa Ratu memanggil dia untuk suatu tugas.  Dia sudah diberi tau oleh Dewa Wisnu.  Kita sama mengetahui, dia lah orang yang bisa bercakap-cakap dengan Dewa Wisnu.

“ Engkau Damar!  ... Bersiap lah untuk engkau kuhadapkan kepada Ratu, sesuai dengan permintaanmu.”

“ Baik! “  Damarsasongko tidak terkejut, seolah-olah menghadap seorang Ratu adalah hal biasa.  Patih Lohgender menjadi heran melihat sikap si Damar.

“ Hai Damar!  Apakah engkau pernah mengenal orang yang bernama ‘Wulan’ ? “

“ Itu nama ku! “

“ Nama mu adalah Damarsasongko, bukan Wulan.”

“ Sudah diganti menjadi Damar Wulan; Itu atas anjuran kekasihku, Anjasmara.”

“ Apa? Anjasmara adalah kekasihmu?  Berani nya engkau!
Kelas mu adalah ‘Paria’, bukan kelas Bangsawan seperti kita disini.
Engkau adalah seorang kuli.
Beraninya engkau bergaul dengan anak gadis ku! “

“ Dewa Wisnu sudah mengetahui dan bahkan merestui hubungan kami sebagai sepasang kekasih.  Jika engkau menentang aku, .... Boleh saja, tetapi engkau harus berhadapan dengan Dewa Wisnu yang telah merestui aku.”

Patih Lohgender terdiam.

Damar Wulan kembali berkata, “ Jika engkau tidak mau mengakui aku sebagai menantu, maka engkau akan menanggung akibatnya sendiri.”

Tiba-tiba datang Anjasmara, berlari kearah ayahnya, “ Ayah, ayah,dia adalah kekasihku! Akui lah dia sebagai menantu ayah.  Aku memohon kepada mu ayah! “

“ Sejak kapan engkau memadu kasih dengan orang ini?
Mengapa engkau tidak pernah mengatakannya kepada ku? “

“ Nah sekarang ini, aku mengatakan nya.”

“ Apakah benar engkau mencintai dia? “

“ Aku mencintai dia dengan tulus.  Aku akan mengikuti dia, kemanapun dia pergi.”

“ Jadi apa? “

“ Restui dia dan aku ayah!  Didalam perkawinan, kemudian kami akan membangun keluarga yang bahagia.”

Lohgender berpikir didalam hati, “ Ada Dewa Wisnu dibelakang dia; Jadi aku harus menyerah kalah.  Harus ku akui bahwa dia adalah menantu ku.”
“ Baiklah Damarsasongko, engkau adalah menantu ku! “

Damarsasongko bersuka cita, “ Jadi kita akan rayakan didalam perayaan perkawinan.  Aku akan beritahukan ayah dan ibu ku, untuk membuat pesta pernikahan.
Nama ku adalah Damar Wulan, bukan Damarsasongko.”

Patih teringat pesan Ratu, untuk segera menghadapkan Damar Wulan;   Segera!.

“ Tidak! Tidak Damar!
Tidak sekarang!
Karena engkau sedang ditunggu oleh Yang Mulia Ratu di Istana Trowulan.
Bersiaplah engkau, hai Wulan! “

Singkat cerita Damar Wulan beserta Patih Lohgender datang kehadapan Ratu Majapahit.
Damar Wulan berdatang sembah dihadapan Singgasana Kerajaan, dimuka Ratu Kencana Wungu, dengan penuh hormat dan hikmat.

“ Aku datang memenuhi panggilan mu, Yang Mulia Ratu.
Aku menunggu perintahmu.! “

“ Siapa nama mu? “

“ Namaku Damar Wulan.”

“ Siapa yang mengatakan bahwa engkau mendapat perintah dari aku? “

“ Patih Lohgender!
Aku pun heran, apa kemampuanku? Sehingga Patih Lohgender mengatakan aku diperlukan oleh Ratu?  Apakah betul Ratu membutuhkan bantuan ku, orang yang bodoh dan hina ini.”

Ratu terkejut dan heran, kata-katanya tidak lah menjadi harapan Ratu; Orang yang mempunyai sifat rendah hati.

“ Jangan lah engkau merendahkan diri mu, wahai Wulan.
Dewa yang mengatakan didalam mimpiku! Bukan Patih Lohgender!
Bahwa orang yang bernama Wulan akan dapat membantu kesulitan ku dan juga kesulitan Kerajaan.”

“ Wahai Ratu yang bijak, aku tidak mempunyai kesaktian, sehingga aku dapat menyelesaikan masalah Negara. 
Akan tetapi, mengenai kesulitan mu, mungkin akan dapat aku selesaikan.”

“Masalahku terkait dengan masalah Negara.
Ketahuilah oleh mu, bahwa Raja Menak Jinggo akan datang bersama pasukannya untuk menyerang Majapahit.  Karena Raja itu ingin memaksa kan kehendaknya untuk mengawini aku.
Aku tidak mau kawin dengan Raja itu.
Bukan kah masalah ku akan  juga menyangkut masalah perang; Jadi menyangkut masalah Negara juga.”

“ Jadi apa tugas ku wahai Ratu yang bijak? “

“ Apa saran mu untuk aku dapat menghindar dari kejaran Raja Menak Jinggo? “

“ Aku akan menghadapi Raja Menak Jinggo, sebagai utusan diplomatic Kerajaan; Aku akan bercakap-cakap dengan Raja itu, akan hal nya penolakanmu.
Harapan ku agar Raja akan dapat mengerti, kemudian menarik diri.”

“ Hai mudah sekali ya?
Akan tetapi, Jika dia tidak mau mengerti? “

“ Terpaksa kita harus mempersiapkan Angkatan Perang Kita dan berperang!
Aku memberi saran khusus untuk mu, untuk engkau dapat melarikan diri ke Pulau Madura.
Bukan kah hanya engkau saja yang dicari oleh Raja Menak Jinggo? “

“ Hai Damar, aku memberi tahukan, bahwa Raja Menak Jinggo mempunyai senjata pamungkas yang dinamai Gada Wesi Kuning.  Bila senjata itu diayunkan kearah lawan, maka lawannya akan mati seketika;  Sekali ayun, sepuluh prajurit musuh akan mati bergelimpangan, tanpa ampun.”

“ Alangkah hebat nya senjata itu?
Maaf kan aku Yang Mulia, aku tidak mempunyai senjatan seperti itu.  Tetapi aku percaya bahwa aku di iringi oleh Dewa Wisnu, yang akan siap menolong aku.”

“ Terimakasih wahai Dewa Wisnu.  Harapan ku Dewa Wisnu membawa aksi  akan lebih dahsyat dari-pada senjatanya si Bambang Menak.

Tadi,  engkau mengatakan bahwa hanya aku yang dicari oleh Raja, bukan orang lain.”

“ Ya hanya engkau saja yang dicari oleh Raja Blambangan.
Jadi, harapan ku, Raja Menak Jinggo akan gagal menemui mu di Istana Trowulan.
Tidak seorangpun yang tau kemana Ratu Majapahit pergi, karena Ratu akan merahasiakan kepergiannya.  Tidak seorangpun di Istana yang tau, kemana Ratu pergi.

Dan pada akhirnya, Raja pun akan pulang kembali bersama tentara nya, ke Blambangan.
Itulah rencana ku untuk menjaga keselamatan Yang Mulia.”

“ Mudah sekali ya?
Hatiku menjadi sejuk mendengarkan penyelesaian masalah ku yang begitu sederhana.”

“ Maaf wahai Ratu Kencana.
Tidaklah sesederhana seperti itu.

Ibarat daging sapi yang dimasak secara sederhana, akan terasa hambar; Oleh sebab itu, masakan tersebut harus diberi garam dan lombok, sehingga terasa sedap.”

“ Jadi apa maksud mu? “

“ Cerita akan diri mu, hendaknya penuh dengan tantangan, sehingga kita menjadi tertegun.
Itulah sekenario akan dirimu didalam sandiwara di teater Dunia ini, yang sedang dimainkan oleh Dewa Wisnu, Sang Sutradara.”


Tiba-tiba datang prajurit mata-mata yang ingin melapor.
Dia bernama si Jalak Biru; Dia baru datang dari Blambangan, ingin memberi tahukan berita yang sangat penting dan rahasia, mengenai diri Raja Menak Jinggo dan Gada Wesi Kuning.

Sijalak Biru diantar oleh prajurit Kawal Istana,
“ Wahai Yang Mulia Ratu, bersama ku adalah  si jalak Biru, prajurit mata-mata kita di Kerajaan Blambangan. 
Nah Jalak Biru, laporkan lah berita penting itu.”

“ Kami melapor wahai Yang Mulia, bahwa Dewi Wahita dan Dewi Puyengan telah menempati pos nya sebagai istri-istri Raja Menak Jinggo.  Hingga saat ini, mereka tidak mendapatkan  permasalahan; Semua berjalan lancar sesuai dengan rencana.

Dewi melaporkan bahwa, Gada Wesi Kuning adalah kepunyaan Jin Rojo Langit.  Jadi benda itu adalah kepunyaan setan. Sedangkan Raja Menak Jinggo hanyalah peminjam benda itu.
Raja Menak Jinggo adalah pemuja setan, yang bernama Rojo Langit.
Gada Wesi Kuning disimpan oleh Raja, di pokok sebatang pohon beringin di halaman Istana; Dikarenakan Raja takut benda itu akan dapat dicuri oleh istri nya.

Sesungguhnya Raja Menak Jinggo akan meminjam senjata itu sekali lagi, untuk kembali menyerang Kerajaan Majapahit.”

“ Hai Jalak Biru! 
Bagaimana Dewi Wahita dapat mengetahui berita yang rahasia ini, sedetail-detainya ?

“ Pada suatu malam, Kedua istri Raja mendengar orang yang sedang membaca kan mentera-mentera.  Maka keduanya keluar dari Istana, mendekati sumber suara mentera itu.  Ternyata si pembaca mentera itu adalah Raja Menak Jinggo.
Dia sedang berdoa dibawah pohon beringin.

Dewi Wahita dan Dewi Puyengan bersembunyi, mendengarkan permohonan Raja kepada Rojo Langit, setan; Itulah nama si Setan yang dipuja nya dan dibacakan menteranya.

Dari permohonan Raja, maka Dewi dapat mengambil kesimpulan bahwa Raja bermaksud meminjam sekali lagi Gada Wesi Kuning.  Yang akan digunakan didalam peperangan melawan Kerajaan Majapahit.   Kesimpulan yang lain, Gada itu kepunyaan Rojo Langit, si Setan.  Gada itu akan disimpan dipokok pohon beringin, karena Raja takut benda itu dapat hilang dicuri oleh istri nya.

Kedua istri Raja cepat-cepat kembali ke dalam Istana dan berpura-pura tidur.  Kedua nya tidak sempat mendengar jawaban Rojo Langit atas permohonan Raja; Karena Dewi Wahita mengundurkan diri secara diam-diam, sebelum upacara pemujaan itu selesai.”


Bab 5


Ratu Kencana Wungu menjadi sangat gelisah setelah mendapat laporan akan halnya serangan militer yang sedang dilancarkan Raja Menak Jinggo.

Seorang prajurit mata-mata melaporkan, “ Dalam beberapa jam lagi, Raja Menak Jinggo akan sampai di depan pintu gerbang Istana Trowulan, bersama ribuan prajuritnya.”

“ Sampai dimana dia? “

“ Dia sudah sampai di Desa Watu Songo.  Tapi nampaknya Raja ingin beristirahat ditempat itu. Jadi kita masih mempunyai waktu dan kesempatan.”

“ Panggil Damar Wulan! “

Damar Wulan berdatang sembah dihadapan Singgasana, “ Kami siap Wahai Yang Mulia Ratu! “

“ Hai Damar!  Dia sudah dalam perjalanan menuju Istana ku.  Laksanakan rencana mu! Sekarang juga! “

“ Kelihatannya kita akan gagal!  Dikarenakan dia dalam perjalanan, jadi tidak lah mungkin aku melakukan percakapan diplomatik; Terlebih lagi dia berniat untuk perang.
Akan tetapi aku akan mencoba melaksanakan nya.  Mohon doa dari mu Wahai Yang Mulia.
Aku juga akan bersembahyang di kuil, maka kami mohon izin.”

“ Ku izinkan!  Tapi cepat! Waktu sangat berharga! “

Dewa Wisnu mengatakan kepada Damar Wulan, bahwa dia selalu ada pada dirinya,  mengawal dirinya dan juga membantu dirinya.
Damar Wulan menjadi percaya diri.

Beberapa saat kemudian, seorang prajurit kawal Istana datang bersama seorang prajurit Blambangan.  Dia melapor kepada Ratu,

“ Yang Mulia, Raja Menak Jinggo mengirim surat dan juga mengirim permata.  Seorang prajurit nya ikut mengawal permata yang mahal harganya, agar benar sampai ditangan Yang Mulia.”

Prajurit pengawal Raja Blambangan membuka bingkisan Raja di muka Ratu; Isinya permata yang beragam, bermacam-macam; Semua nya sangat indah.  Ratu pun berdecak kagum.

“ Baik lah, Terima kasih! “  Sabda Ratu.

Raja Menak Jinggo berkirim surat yang berbunyi,

Ratu Ayu Kencana Wungu yang aku cintai.
Izinkan lah aku datang kepada mu
Untuk menjemputmu dengan ke tulusan hatiku
Agar kiranya engkau dan aku dapt bersanding dipelaminan
Sebagai sepasang kekasih.

Kita akan membina Rumah Tangga yang berbahagia

Bersama surat ini, kukirimkan juga sedikit barang yang berharga
Agar engkau menjadi lebih berbahagia.

Aku datang bersama prajurit ku, bukan untuk menghancurkan Kerajaan mu
Tetapi hanya untuk menjemputmu.

Percayalah pada ku, aku tidak ingin melihat Kerajaan Majapahit hancur, bahkan aku
Akan membela Majapahit, seperti aku yang dulu;  Yang bernama Bambang Menak.

Raja Menak Jinggo
Raja Kerajaan Blambangan.

Ratu pucat mukanya, setelah membaca surat itu.
“ Damar Wulan! 
Cepat engkau jemput si Bambang Menak itu, dan suruh dia pulang ke Blambangan! “


Bersama sepuluh prajurit Majapahit yang berani mati, Damar Wulan berangkat ke Desa Watu Songo, diperbatasan Timur Kerajaan Majapahit.
Sesampai ditempat itu, hari mulai senja.  Tampak hamparan tenda-tenda prajurit musuh yang berwarna putih, menutupi persawahan penduduk.  Jadi Raja Menak Jinggo tidak lah main-main; Tetapi sungguh akan meluluh lantakan Kerajaan Majapahit.
Adalah bohong, kalau dia akan membela Majapahit!


Damar berputus asa; Serasa tidak mungkin menghadap Raja Menak Jinggo.
Maka dia bersama pengawal nya bersembinyi di hutan.  Hal ini adalah keputusan yang bijak, daripada memperlihatkan diri dimuka Raja yang jahat, dia bisa dibunuh bersama pengawalnya.

Malam semakin sunyi, gelap dan pekat.  Tiba-tiba ada dua ekor kuda dilarikan dari tenda-tenda musuh; Siapa mereka?  Sudah pasti prajurit mata-mata yang dilepas oleh Raja menuju Istana Trowulan, guna mencari rahasia pertahanan militer Majapahit.

Damar Wulan tidak tinggal diam, maka dia berlari mengejar kuda-kuda itu.  Damar tidak dikawal, tetapi pergi sendiri.  Kuda itu berjalan santai, tidak berlari; Maka Damar dapat mengejar nya.

Damar Wulan menghentikan lari kuda itu dengan berdiri dimuka kuda.

“ Hai minggir! Atau akan kubunuh engkau dengan pedangku! “
Dia seorang wanita dengan seragam militer Blambangan; Begitu juga teman nya.
Dia menghunus pedang nya.

“ Engkau boleh membunuhku!  Karena tempat ini adalah Medan Tempur, antara Kerajaan Majapahit melawan Kerajaan Blambangan.  Aku prajurit Majapahit dan engkau prajurit Blambangan, yang memang sedang bertempur, saling bunuh membunuh.”

“ Beraninya engkau wahai prajurit! “

“ Sesungguhnya, aku takut akan kematianku!
Lihatlah keadaan sekeliling mu wahai prajurit wanita!
Sunyi senyap! Walaupun tempat ini adalah medan tempur.
Tetapi damai! Aku ingin damai seperti sekarang ini.
Tidak ada jeritan kematian dari seorang prajurit!
Aku ingin tempat ini, tetap damai seperti ini.

Karena aku ingin berteman dengan mu.
Sebelum tempat ini menjadi medan laga.
Jangan lah engkau tinggalkan medan laga ini, sebelum kita berjabat tangan
Didalam kedamaian.
Maukah engkau? “

“ Siapakah namamu?  Apa tugasmu didalam kedinasan militer mu?

Kedengaran indah kata-kata mu untuk kita menjadi teman.
Sungguh, aku ingin menjadi temanmu! 
Akan tetapi, jika engkau merahasiakan jawaban dari pertanyaan ku, maka engkau sesungguhnya tidak mau berteman dengan prajurit musuh mu.”

“ Nama ku Damar Wulan.  Aku adalah pejabat Kerajaan Majapahit, urusan diplomatik, yang mendapat mandat Ratu, untuk aku  berbicara langsung kepada Raja; Mengenai rencana perdamaian.
Maukah engkau berdamai dengan kami?
Jika engkau mau, maka aku memohon kepada mu; Hadapkan lah aku kepada Raja mu! “

Kedua prajurit wanita itu turun dari kudanya, dan mengatupkan kedua telapak tangannya, memberi hormat, “ Wahai pejabat Majapahit, salam hormat dari kami.  Nama ku Dewi Wahita dan temanku Dewi Puyengan.
Kami berdua adalah istri-istri dari Raja Menak Jinggo.”

“ Apa ?  Istri-istri Raja ? “
Damar Wulan membungkuk kan tubuh nya dan mengatupkan telapak tangannya, “ Yang Mulia Permaisuri, terimalah salam hormat ku.”

Kedua istri Raja itu tertegun; Mereka tidak menyangka akan mendapat kehormatan layak nya bagi istri Raja.  Di Blambangan mereka tidak mempunyai pengalaman sebagai seorang istri Raja, karena mereka jarang pergi meninggalkan Istana.

Damar Wulan bertanya, “ Sesungguhnya engkau akan pergi kemanakah? “

“ Kami akan pergi ke Kota Singosari, untuk menemui kakek ku.  Suamiku mengizinkan kami pergi.  Bahkan dia menyuruh kami meninggalkan Medan Perang ini.”

“ Marilah kita bersembunyi, agar kita tidak diketahui oleh prajurit kerbau Blambangan.”

“ Kami tidak takut, karena kami adalah istri Raja;  Barangkali engkau Damar.”

“ Sesungguhnya aku beruntung bertemu dengan mu.  Marilah kita menghadap Raja Menak Jinggo, agar aku dapat bercakap dengan Raja mengenai hal nya perdamaian.”

“ Jangan!  Tindakan itu akan membahayakan!  Bahkan nyawa mu terancam!
Ketahui lah oleh mu, Gada Wesi Kuning tergolek diatas meja, dekat dia.”

“ Lalu, kenapa? “

“ Jika Raja memegang senjata itu, maka sifat nya berubah seketika menjadi orang yang sadis dan kejam seperti setan; Muka Raja juga berubah menjadi muka yang menyeramkan, seperti muka raksasa. 
Kemudian dia akan mengayunkan Gada itu, ke musuh yang ada dihadapan nya, maka musuh itu akan mati seketika.   Gada Wesi Kuning juga mengeluarkan suara seperti suara halilintar yang menakutkan.”

“ Oh... begitu dahsyat nya senjata itu!  Kalau seperti itu, maka aku akan curi senjata itu.
Jika Raja memegang senjata itu, katamu!
Jika tidak dipegang oleh nya, maka Raja akan tetap sebagai manusia normal.  Begitukah?

Akan tetapi, aku harus memegang senjata itu, pada saat benda itu ku-curi.
Jika aku memegang senjata itu, apakah aku juga akan menjadi setan? Sifat ku berubah menjadi sifat setan dan muka ku berubah menjadi muka raksasa? “

Dewi Wahita terdiam.  Tidak terpikirkan oleh nya, bahwa  jika ada orang lain yang memegang senjata Gada Wesi Kuning. 

Akhirnya dia sependapat, “ Nampaknya akan seperti itu; Dikarenakan Rojo Langit dari Gada itu akan berpindah, memasuki tubuh orang yang memegang Gada, melalui tangannya; Siapa pun orangnya.”

“ Siapakah Rojo Langit? “

“ Rojo Langit adalah setan yang bertempat di Gada Wesi Kuning itu.”

“ Aha... Jika seperti itu, maka aku akan selamat, apa bila aku memakai sarung tangan.  Dan Gada Wesi Kuning tidak akan dapat lagi bekerja. 
Dikarenakan si Rojo Langit akan tetap berada di Gada itu.
Setujukah engkau dengan pemikiranku? “

“ Benar!  Engkau cerdik.”

“ Nah, jika begitu, maka engkau dapat membantu ku! 
Berikan sarung tangan yang baik kepada suamimu, dan sarungkan pada tangannya dengan mesra.  Harapan kita, Gada Wesi Kuning tidak akan mau bekerja.
Bantu lah aku!  Damai itu lah cita-cita kita. “

“ Aku tidak yakin akan berhasil; Mungkin suami ku tidak mau memakai sarung tangan.”

Damar Wulan sedikit kecewa mendengar wahita berkomentar, tidak yakin berhasil.
Kemudian dia mencari keterangan lainnya.

“ Jadi bagaimana engkau dapat hidup bersama Raja, suami mu itu? “

“ Raja tidak pernah memegang Gada, bila berada di Istana. Jadi kami aman.  Dia adalah manusia normal, bila tidak mengenggam Gada Wesi Kiuning.

Walaupun kami istri Raja, tetapi kami tidak mencintai Raja.
Kami adalah prajurit wanita dari Kerajaan Majapahit; Yang mendapat tugas dari Ratu, untuk mendampingi Raja Menak Jinggo sebagai istri. 
Tugas ini bersifat rahasia, sangat rahasia!  Tetapi tidak untuk mu wahai Damar.”

Damar Wulan memandang Dewi Wahita dan Puyengan silih berganti, “ Jika begitu, kita adalah satu korps, didalam militer Majapahit. 
Bolehkan aku memeluk mu? “

Kedua Dewi menganggukan kepalanya, maka Damar Wulan memeluk keduanya bergantian, karena mereka bersuka cita.

“ Damar Wulan yang ganteng, aku merasa nyaman didalam pelukanmu.  Jika aku boleh memohon kepada mu, untuk aku mendapat kesempatan ,..... Untuk dapat memeluk mu kembali, kembali dan kembali lagi. 
Jadilah engkau pasangan hidup ku, maukah?
Aku sungguh mencintai mu! “

“ Dewi Wahita!  Bagaimana aku bisa mencintai mu?  Kita baru saja berkenalan dan bahkan kita sesungguhnya sedang berseteru; Engkau prajurit Blambangan sedangkan aku prajurit Majapahit.  Lebih dari itu, kalian adalah istri-istri dari Raja musuh kami.   

Bukankah jodoh itu memerlukan waktu untuk ber proses hingga matang.?”

“ Terserah kepada mu, apakah cinta mu memerlukan waktu atau tidak,aku menunggu mu, karena aku sungguh mencintai mu.”

Dewi Puyengan , “ Aku juga Damar Wulan, aku mencintai mu.”

Damar berkata, “ Aku mencintai kalian!  Aku akan datang, untuk mengawini kalian, membangun rumah tangga;   
Tetapi, setelah masalah Kerajaan Majapahit ini selesai! 
Itulah waktu yang ku maksudkan.

Jika rencanaku untuk menghadap Raja Menak Jinggo, merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya, maka marilah kita  pergi ke Istana Trowulan.  Kita harus melaporkan hasil kerja kita kepada Ratu Kencana Wungu.
Aku terpaksa akan membuat Ratu kecewa akan kegagalanku  menghadap Raja.”

Dewi Wahita memberikan alamat mereka tinggal di Singosari;  Mereka tidak mau datang ke Istana Trowulan, dikarenakan mereka masih terikat tugas, tugas yang sangat rahasia.


 Bab 6


Ratu Kencana Wungu gelisah.  Dia berjalan maju-mundur, tidak menentu, karena pikirannya kacau.
“ Kemana saja Damar Wulan?  Lama sekali dia tidak datang melapor!
Apakah dia berhasil mengadakan percakapan diplomatik mengenai perdamaian? Atau tidak berhasil?  Jadi perang adalah jalan diplomatik terakhir.? “

Akhirnya, Damar Wulan datang juga, Ratu Kencana Wungu gembira melihatnya, penuh harap.

Damar Wulan tampil dihadapannya.  Dia berdatang sembah, duduk bersila dan mengatupkan kedua tangannya, “ Yang Mulia Ratu.  Kami datang melaporkan akan tugas kami.”

“ Bagaimana?  Apa hasilnya ? “

“ Dengan rasa menyesal, aku tidak dapat menghadap Raja.  Karena tindakan menghadap Raja sangat berbahaya. Nyawa ku sebagai taruhan nya.”

“ Siapa yang bilang seperti itu? “

“ Hamba bertemu dengan prajurit wanita, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan; Yang menjadi istri-istri Raja Menak Jinggo.  Mereka memberi nasihat kepada hamba, akan situasi yang sangat berbahaya dan mengancam keselamatan hamba, bila hamba menghadap Raja. 
Dikarenakan Gada Wesi Kuning ada didekat Raja.  Bila terpegang oleh Raja, maka sifat Raja menjadi berubah, seperti sifat setan.  Dan langsung membunuh hamba, sebelum hamba sempat berbicara dengan dia.”

“ Aku mengenal Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, sebagai pejuang wanita Majapahit yang memang kukirim ke Blambangan.
Jadi.... bagaimana mengenai nasib ku selanjiutnya? “

“ Seharusnya Yang Mulia, sekarang ini sedang  berada di Pulau Madura; Tempat yang tenang dan jauh dari medan tempur.  Mengapa engkau belum juga berangkat? “

Ratu terdiam.  Dia menyadari bahwa dia mengabaikan nasihat Damar Wulan.

“ Damar Wulan!  Aku akan pergi mengungsi, apa bila bersama mu.”

“ Akan tetapi, tugas ku adalah menghadapi langsung Raja Menak Jinggo.  Sudah kusiapkan prajurit-prajurit Majapahit yang tangguh, guna mengawal Yang Mulia Ratu.”

Ratu semakin terdiam, kelihatannya dia ber putus asa; Juga merasa bersalah.

Damar Wulan berkata kembali, “ Kearifan seorang Ratu adalah diatas kearifan seorang penasehat politik seperti aku.  Maka aku dapat mengerti, akan nasihat ku kepada mu, yang sudah terabaikan.

Berbicara mengenai kearifan secara luas, maka kearifan siapakah yang paling tinggi?  DiDunia ini kearifan seorang Ratu adalah yang paling tinggi; Maka seorang Ratu harus lah bersifat Arif, Adil dan Bijaksana.

Akan tetapi diluar sana, ada kearifan tertinggi, yaitu kearifan Dewa.  Seluruh Alam Semesta ini harus taat kepada kearifan Dewa.
Jadi dengan demikian, maka kearifan mu untuk mengambil keputusan agar tetap tinggal di Istana Trowulan, mungkin bertentangan dengan kearifan Dewa? 
Apakah betul seperti itu?
Jawaban nya mungkin ya,  mungkin juga tidak.

Wahai Ratu!  Engkau sesungguhnya hanyalah anak wayang didalam sandiwara yang sedang engkau mainkan.   Peran mu didalam sandiwara ini,  adalah seorang Ratu, Ratu Majapahit.

Dewa Wisnu adalah sang Sutradara;  Aku memohon maaf kepadamu, ya Dewa Wisnu. Karena aku sedang membayangkan akan sikap mu sekarang ini; Sewaktu engkau menyaksikan sandiwara yang dimainkan. Tampak Ratu Majapahit sedang gelisah, takut menghadapi Raja Menak Jinggo yang menggenggam Gada Wesi Kuning.

Ku bertanya kepada mu wahai Dewa Wisnu, karena aku tau engkau yang menguasai waktu. Saat-saat Kemarin, sekarang dan besok, semua ada didalam genggaman mu.
Maka dari itu, Engkau sudah mengetahui, apakah Ratu Majapahit akan selamat? Atau tidak selamat.?

Maka Dewa Wisnu akan menjawab, “ Jika aku memberi tahukan nasib Ratu Majapahit itu kepada mu, maka engkau tidak akan suka melihat pertunjukan sandiwara ku yang lain, yang aku sutradarai. Dikarenakan engkau sudah tau akhir cerita nya.  Jadi sebaiknya aku merahasiakan akan kearifan ku kepada Ratu Majapahit.”

Damar melanjutkan, “ Aku hanya menduga akan kesukaan Dewa Wisnu, biasanya akhir cerita dari semua cerita Dia, adalah ‘happy ending’;
Demikian juga cerita akan dirimu, wahai Yang Mulia Ratu;  Harapan ku akan bahagia ( happy ending)  

Jadi percayakan lah nasib mu akan ke arifan Dewa Wisnu.  Ketahuilah bahwa kearifan  Dewa tidak bisa dilawan oleh siapapun diseluruh Alam Semesta ini;  Dia tetap diatas segalanya.
Rojo Langit dan Menak Jinggo hanyalah seperti debu, bagi Dewa Wisnu.

Ratu Kencana Wungu memandang tajam mata Damar Wulan.  Ratu nampak kecewa, kata-kata Damar menyimpang dari permasalahan gawat yang sedang dihadapi; Yang seharusnya ditangani secara urgent, serius dan juga segera.

“ Hai Damar, sebaiknya engkau mejadi Paderi atau  Pendeta Agama Hindu.!
Engkau tidak perlu bercerita panjang lebar, kepada ku!
Apa yang akan engkau lakukan sekarang?  Untuk menyelamatkan Kerajaan ini? “

“ Berilah aku waktu sedikit untuk aku rundingkan dengan Dewa Wisnu.”

“ Pergilah, tetapi jangan lama-lama.”

Damar Wulan pergi untuk ber doa dan memohon pertolongan Dewa Wisnu.

“ Wahai Dewa Wisnu!
Aku yang hina datang kembali kepada mu.
Apa yang akan kulakukan didalam tugas ku;  Tugas menyelamatkan Kerajaan Majapahit?
Katakan lah Wahai Dewa, karena kami hanya mempunyai waktu yang sedikit.
Musuh kami, Raja Menak Jinggo sudah dekat.
Dia membawa Gada Wesi Kuning yang kami takuti.”

Dewa Wisnu menjawab, “ Sudah ku masukan saran ku kedalam benak mu, bahwa engkau dapat memakai sarung tangan, sebagai pemisah antara Gada dan tangan si pemegang senjata itu.  Laksanakan lah!   Pakailah tenaga prajurit wanita mu itu.!

Akan tetapi, Jika tidak berhasil, maka aku memang harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah Kerajaan Majapahit ini!   Percayalah, aku akan membantu mu.”

“ Terimakasih wahai Dewa Wisnu.”

Damar Wulan memanggil Dewi Wahita dan Dewi Puyengan.  Damar juga menyiapkan sepasang sarung tangan yang sangat baik untuk dikirim kepada Raja Menak Jinggo.

Damar Wulan memberi komando kepada dua prajurit wanita nya, yang juga istri-istri Raja.

Dewi Wahita berkata, “ Kami tidak terlalu berharap, upaya ini dapat berhasil.  Semua tergantung pada suamiku;  Apakah dia mau memakai sarung tangan ini?, apa tidak? ”

Damar berkata, “ Semoga berhasil! Karena Dewa Wisnu selalu bersama mu, dan akan mengawalmu dari semua kesulitan-kesulitan.  Jangan lupa membaca mentera yang kuberikan.”

Kedua prajurit itu pergi menemui suaminya di dekat pintu gerbang Istana Trowulan.
Raja Menak Jinggo sedang menunggu balasan surat dari ‘kekasihnya’, Ratu Kencana Wungu.
Raja masih berharap, cinta nya akan dibalas, maka dia tidak bertepuk sebelah tangan. Kemudian, dia tidak akan jadi ber-perang.   Tetapi Raja juga mempunyai pilihan lain untuk bertindak, bila Ratu menolak lamaran nya.

Sekarang yang datang justru istri-istri nya yang cantik-cantik.  Aneh kelakuan Raja!  Sudah mempunyai dua wanita cantik, tapi masih menginginkan Ratu Kencana Wungu.

Raja berkata, “ Bukan kah sudah kukatakan, jangan mendekati medan tempur!  Akan tetapi engkau malah datang melawan maud. 
Apakah engkau sudah bertemu dengan kakek mu? “

Dewi Wahita menjawab, “ Aku sudah bertemu!
Kedatangan ku, untuk mengetahui keselamatan mu! Wahai kekasih ku!
Bagaimanakah situasi dan keselamatan mu?

Kami sangat mengkhawatir kan engkau, maka kami datang membawakan sepasang sarung tangan, agar tangan mu tidak terluka oleh pedang musuh.”

Raja melihat sarung tangan itu dan berkata, “ Taruhlah diiatas meja itu! “

“ Bolehkah aku memakaikan nya di tangan mu? “

“ Tidak perlu.”

“ Baik lah
Kami segera pergi! “

Dewi Wahita dan Dewi Puyengan segera pergi, meninggalkan medan tempur.  Mereka langsung menghadap Damar Wulan di Istana Trowulan.

Damar Wulan segera menyambutnya, “ Bagaimana khabar?  Apakah engkau berhasil memakaikan sarung tangan itu? “

“ Kami berdua sudah menghadap Raja, dan sudah kuberikan sarung tangan itu kepada nya.”

“ Apakah dia mau memakai nya? “

“ Dia tidak mau!  Jadi sarung tangan itu ditaruh diatas meja, sesuai permintaannya.”

“ Jadi, tugas mu sudah berhasil, tetapi hanya sebagian saja.
Apakah engkau lupa membaca mentera-mentera ku? “

“ Ya!  Aku lupa! “

“ Itulah sebab nya! 
Maka sebab itu, Dewa Wisnu tidak mendapat kesempatan untuk memberi kan bantuan pertolongan Nya  kepada mu, pada saat itu.”

“ Tetapi semuanya berjalan lancar;  Jadi aku yakin Dewa Wisnu telah membantu kami.”

Ratu Kencana Wungu mendengarkan pembicaraan mereka.  Dia bertambah khawatir akan keselamatannya.  Oleh sebab itu dia mendesak Damar Wulan untuk berbuat sesuatu yang nyata sangat membantu.  Melepaskan dirinya dari kemelut yang sangat kritis.  

“ Damar!  Bagaimana kah engkau ini?  Hanya dua orang prajurit wanita yang engkau kirim ke medan tempur?  Tentu saja mereka akan gagal! “

“ Aku mengirim mereka dengan satu tugas penting, yaitu menyarungkan tangan Raja dengan sarung tangan, agar Gada Wesi Kuning menjadi mandul, tidak akan mau bekerja.
Tetapi disayangkan,  Raja tidak mau.”

“ Itulah yang kukatakan, karena mereka hanya lah prajurit-prajurit wanita! “

“ Yang Mulia!  Mereka seharusnya dibantu oleh kekuatan yang Maha Dahsyat, yaitu Dewa Wisnu.  Tetapi mereka lupa membaca mentera-mentera.”

“ Sekarang aku minta, engkau sendiri yang pergi menghadap Raja Menak Jinggo.  Apapun usahamu, buat lah agar Raja itu bertekuk lutut dihadapan mu; Dan segera pulang ke Blambangan.  
Aku yakin engkau bisa, sesuai dengan mimpi ku.  Karena engkau bernama ‘Wulan’.”

Damar Wulan segera berdoa dan memohon petunjuk kepada Dewa Wisnu.

“ Wahai Dewa yang agung!  Tolonglah hamba mu ini!  Seolah-olah ini adalah akhir dari riwayat hidup ku, betulkah begitu adanya? “

“ Tidak Wulan!  Cerita akan dirimu, masih panjang dan menarik.
Aku akan selalu berada disamping mu. Enkau akan selalu diatas Raja Menak Jinggo, apalagi si Rojo Langit.”

“ Baiklah Dewa Wisnu; Terimakasih!
Aku beserta para pengawal ku segera berangkat ke medan tempur.”

Damar Wulan mempersiapkan segalanya.  Dia memerintahkan prajurit pemanah untuk siap diatas balkon Istana. Mengarahkan panah mereka ke kemah Raja Menak Jinggo.
“ Bila engkau melihat aku dalam bahaya, jangan ragu-ragu untuk melepaskan anak panah, secara serentak!   Panah lah si Menak Jinggo, hingga badannya dipenuhi oleh panah mu!

Damar Wulan dikawal oleh sepuluh prajurit Majapahit yang berani mati segera menuju medan tempur;  Damar membawa bendera putih, dengan maksud damai.  Memang tugas Damar adalah mengusahakan perdamaian melalui jalan diplomatis.

Pintu gerbang Istana Trowulan dibuka ,maka rombongan Damar Wulan berkuda menuju kemah Raja Menak Jinggo.

Damar Wulan melangkah menghampiri Raja.  Bendera putih nya dikibar-kibarkan agar Raja tau bahwa Damar datang dengan maksud damai.  Damar tidak memegang senjata sama sekali.  Senjatanya adalah Dewa Wisnu yang tidak terlihat.

Akan tetapi Raja mendekati meja disisi nya, yang mana ada Gada Wesi Kuning ditaruh disitu; Senjata yang ditakuti semua orang. 
Sementara itu, Raja tidak memakai sarung tangan pemberian istrinya.

Maka didalam situasi yang genting seperti ini, Damar Wulan mengangkat tanganya; Kode kepada para pemanah untuk bersiap-siap!    

Raja memegang Gada Wesi Kuning, dan kemudian di ayunkan kearah Damar.

Pada saat yang bersamaan, berpuluh-puluh anak panah beterbangan menuju Raja.  Tubuh Raja tertancap banyak anak panah.

Gada Wesi Kuning tidak menimbulkan suara halilintar, hanya deru angin.  Muka Raja tidak berubah menjadi raksasa.  Dan yang terpenting adalah Gada itu tidak menciderai Damar Wulan.  Sungguh, senjata itu menjadi lumpuh total, tidak lagi dapat digunakan.

Sungguh mengherankan!  Terlebih buat Menak Jinggo, bukan saja dia heran tetapi juga kecewa berat.

Segera Damar Wulan memberi isyarat kepada para prajurit kawal nya, untuk segera lari mengundurkan diri.

Pintu gerbang Istana dibuka, dan Damar Wulan beserta para pengawalnya dapat masuk kedalam Istana.  Kemudian Gerbang ditutup kembali.

“ Oh Dewa yang Agung!  Terimakasih atas bantuan mu!  Engkau telah membuat Gada Wesi Kuning tidak dapat bekerja; Seolah-olah Engkau telah mengunci mati Gada itu.”

Raja Menak Jinggo heran, mengapa Gada Wesi Kuning tidak mau bekerja?  Seharusnya anak panah ini tidak bisa menancap ditubuh nya, karena dia kebal; Kebal terhadap senjata tajam.
Dan yang mengherankan, dia sekarang  merarasa takut!  Takut akan kematiannya!  Seharusnya dia gagah perkasa, tidak takut mati dan kebal akan semua senjata.

Patih Blambangan melihat Raja junjungannya terkulai layu, menjadi marah.
Maka keluar perintah serang,
“ Serang!  Serang!  Serang!  Hancurkan Kerajaan ini!  Bunuh Ratu Kencana Wungu !”

Beribu-ribu prajurit kerbau mendekati tembok Istana Trowulan.  Tetapi tidak ada jalan masuk kedalam halaman Istana.  Pintu Gerbang Istana pun sudah ditutup rapat-rapat.

Beberapa prajurit Blambangan membawa tangga, disandarkan pada tembok untuk dapat memasuki Istana.  Maka terjadi pertempuran didalam Istana.
Damar Wulan memimpin pertempuran tersebut, dengan gagah berani.

Semakin banyak prajurit Blambangan yang berhasil masuk kedalam Istana melalui tangga, membuat pertempuran didalam Istana menjadi semakin seru.
Semua disaksikan oleh Ratu Kencana Wungu.  

Ratu kagum akan kebranian para prajuritnya, terutama komandan tempur nya, Damar Wulan.  Damar tidak takut mati;  Karena dia sudah mendengar Dewa berkata, bahwa cerita mengenai diri nya, masih panjang dan menarik. Damar percaya!

Semakin lama pertempuran, maka akan semakin banyak korban diantara para prajurit dari kedua belah pihak.   Maka dari itu, pertempuran harus segera dihentikan.  Demikian jalan pemikiran Damar Wulan.

Damar berpikir, “Raja Menak Jinggo sudah kalah!  Seharusnya dia membuat keputusan, untuk segera menghentikan pertempuran.”

Ada dimana Raja Menak Jinggo?
Dia bersandar pada tembok Istana dengan luka-luka pada tubuhnya yang meneteskan darah; Luka karena tertusuk banyak anak panah.

Damar Wulan melihat, Raja ada dibawah nya dalam keadaan menyedihkan.
Damar melihat kesempatan ini. Raja tidak lagi mempunyai gairah untuk ber perang;  Dia sekarang takut mati dan tidak lagi mempunyai kesaktian.

Sesungguhnya, setan Rajo Langit tidak lagi dapat merasuki tubuh nya, seperti biasanya; Sehingga dia tidak mempunyai semangat lagi.

Tiba-tiba diatas kepala Raja, ada orang berteriak, “ Hai Menak Jinggo!  Menyerah lah!  Tidak ada gunanya engkau memerangi Majapahit!  Ingatlah Majapahit adalah Kerajaan mu sendiri!  Hentikan serangan mu segera!  Dan pulanglah engkau ke tanah airmu, dengan damai! “  Demikian Damar Wulan menyarankan damai.

Beberapa staf militer Blambangan mendekati Raja dan kelihatan bercakap-cakap dengan Raja.  Luka karena panah ditubuh Raja, tidak lah dianggap ringan;  Karena terus mengeluarkan darah, yang membuat Raja menjadi lemah.

Akhirnya Raja mau menghentikan perang nya.  Dia mengeluarkan perintahnya untuk menarik mundur seluruh tentaranya.  Maka para prajurit kerbau mengundurkan diri dari Istana, turun memakai tangga nya.

Damar Wulan memberi komando untuk juga menghentikan perang;  Membiarkan musuh untuk pulang kembali ke Blambangan.

Para Prajurit Majapahit bergembira, karena merasa memenangkan pertempuran. Walaupun Raja Menak Jinggo tidak pernah menyatakan menyerah kalah.

“ Hidup Damar Wulan!  Hidup Damar Wulan!
Hidup Ratu Kencana!  Hidup Ratu Kencana! “

Yel-yel yang diteriakan para prajurit Majapahit.



Bab 7


Ratu Kencana Wungu senang dan puas dengan hasil kerja Angkatan Perang Majapahit.  Ratu juga puas dengan hasil kerja Damar Wulan.

Ratu mendekati Damar Wulan dan mengucapkan terimakasih, “ Hai Damar Wulan! Aku atas nama Kerajaan mengucapkan terimakasih atas perjuangan mu dan juga perundingan dipliomatik mu dengan Raja Menak Jinggo.   Dan kali ini, Raja Menak Jinggo mau mendengarkan suara mu, untuk dia mau menarik tentaranya..”

“ Wahai Ratu ku Yang Mulia, hendaknya engkau berterimakasih kepada Dewa Wisnu,  Karena kemenangan kita ini, berkat Dewa Wisnu.”

“ Dewa Wisnnu Yang Agung!  Terimakasih atas bantuan mu!
Tanpa bantuan mu, maka kita akan menjadi pecundang dan aku akan ditangkap oleh si Bambang Menak.

Hai Damar!, Akan tetapi, aku heran mengapa Menak Jinggo mau mendengarkan permintaanmu? Untuk dia mau menarik tentaranya? “

“ Sekali lagi kukatakan, itu semua berkat Dewa Wisnu, bukan karena aku.
Ketahuilah oleh mu, bahwa Alam Semesta ini harus patuh kepada kearifan Tuhan.
Maka sebab itu, Menak Jinggo juga harus mematuhi kehendak Dewa.
Dewa berkata kepada si Menak Jinggo; Agar dia harus menarik mundur seluruh tentaranya dan kembali ke Blambangan.”

“ Dari mana engkau tau bahwa Dewa Wisnu telah berkata seperti itu? “

“ Ketahuilah oleh mu Wahai Ratu Kencana, bahwa Dewa Wisnu bersemayam didalam tubuh ku;  Maka aku dapat bercakap-cakap, berdiskusi dan juga memohon kepada Nya, setiap saat.”

Ratu Kencana Wungu takjub akan kemampuan Damar Wulan.
Ratu berpikir didalam hati, “ Tuhan Maha Besar!  Dan dia sesungguhnya orang suci yang sangat dekat dengan Tuhan.  Jadi sepantasnya dia menjadi Raja Majapahit.  Aku yakin, seluruh rakyat ku, rakyat Majapahit akan setuju jika Damar Wulan sebagai Raja Majapahit.
Lebih dari itu, dia juga seorang pemuda ganteng;  Sesungguhnya aku jatuh cinta kepada nya.”


“ Wahai Damar, sebaiknya kita harus menyelesaikan pekerjaan kita yang masih tersisa.  Yaitu membunuh Raja Menak Jinggo di Istana nya.
Marilah kita serang Kerajaan Blambangan.
Aku takut, Raja itu akan datang kembali untuk mengganggu aku, pada suatu waktu.”

“ Tidak wahai Ratu!
Dia sudah menyerah kalah! “

“ Aku tidak mendengar dia kalah;  Dia hanya menarik diri untuk pulang ke Blambangan.”

“ Dewa Wisnu mengatakan nya, bahwa Menak Jinggo tidak akan lagi datang ke Istana Trowulan.  Dikarenakan dia sudah menyerah kalah.”

“ Jika engkau membawa-bawa nama Dewa Wisnu, maka aku akan membisu dan kita tidak perlu merundingkan strategi kita lagi!
Aku meminta kepadamu, agar tidak lagi membawa nama Dewa Wisnu.  Agar strategi perang ini dapat kita rundingkan.”

“ Jangan lah engkau marah, wahai Ratu ku!
Baiklah Yang Mulia, aku akan membatasi untuk menyebut Dewa Wisnu.!
Jadi apa tugas ku selanjutnya? “

“ Bunuh lah si Menak Jinggo untuk aku!
Agar aku dapat hidup dengan tenang.”

“ Akan tetapi, hal itu adalah perbuatan dosa.  Karena membunuh orang yang sudah menyerah kalah,adalah melanggar hukum Tuhan.”

“ Kembali lagi engkau membawa-bawa nama Tuhan!
Sebaiknya engkau menjadi seorang Pendeta Hindu, bukan pejabat Kerajaan Majapahit.
Siapa yang mengatakan bahwa Menak Jinggo sudah menyerah?

“ Mahon maaf wahai Yang Mulia Ratu, bahwa yang mengatakan itu adalah Dewa Wisnu.  Memang betul Menak Jinggo tidak pernah memberi pengumuman kepada halayak ramai, bahwa dia telah menyerah.
Tetapi Dewa Wisnu telah ,mengatakannya seperti itu!”

“ Dewa mungkin saja berkata tidak benar!  Aku yakin Menak Jinggo akan datang kembali.  Oleh sebab itu sudah menjadi tugas mu untuk menyingkirkan Menak Jinggo.
Jika aku berbuat dosa atas keputusan ku ini, maka tanyakan pada Dewa Wisnu, hukuman apa yang akan menimpaku? “

“ Tidak bisa ku jawab, Yang Mulia! 
Karena aku tidak mau lagi menyebut Dewa Wisnu dihadapan mu.

Akan tetapi, engkau sudah benar!  Karena seorang Ratu sudah seharusnya membuat keputusan.  Apakah itu akan membuat dosa atau tidak, bukan urusan seorang Ratu.”

 “ Sekali ku katakan, engkau sebaiknya menjadi seorang Pendeta Agama Hindu, bukan seorang anggota militer.  Jika engkau mau menyebarkan ajaran mu mengenai ke baikan, ke tulusan, sifat budi pekerti yang baik kepada masyarakat, maka aku akan senang sekali.  Tidak akan ada lagi tindak kekerasan, tindak korupsi, tindak pengchianatan dan juga tindak pemberontakan.   Hendaknya rakyat Majapahit adalah  rakyat yang sopan dan santun dan juga patuh kepada Raja atau Ratu nya.”

“ Jika aku harus menyebarkan ajaran agama seperti itu, maka bukan saja aku harus menjadi Pendeta, tetapi juga harus menjadi Raja, Raja Majapahit.”

“ Kenapa tidak?  Engkau memang patut menjadi Raja Majapahit! “

“ Tidak! Ampun Yang Mulia!  Aku hanya berseloroh!  Aku tidak mengatakan secara sungguh-sungguh; Aku hanya main-main!  Ampun Yang Mulia! “

“ Aku juga tidak main-main!  Aku berkata sungguh!  Aku tidak sedang berseloroh dengan mu, wahai Damar!
Ketahuilah oleh mu akan situasi genting Kerajaan Majapahit, sekarang ini!
Banyak sekali para Bangsawan atau yang pura-pura sebagai Bangsawan atau yang membeli gelar kebangsawanan nya;  Siap sedia untuk menjadi Raja Majapahit. Mereka mengambil jalan pintas dengan melancarkan pemberontakan. Maka Kerajaan akan runtuh, tercabik-cabik oleh ulah orang-orang seperti ini.”

“ Seperti yang dilakukan oleh Bambang Menak.”

“ Betul sekali, katamu!
Mereka mengira, menjadi Raja Majapahit akan hidup berbahagia, tujuh turunan.
Mereka mengira, semua urusan Negara dan Urusan rumah tangga Istana, sudah ada yang mengurus.  Dia hanya tinggal duduk di Singgasana, kemudian dia melihat dan merasakan semua berjalan lancar dan beres; Beres dengan sendirinya.

Dia hanya sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri. Utamanya urusan kawin, kawin dan kawin lagi; Sehingga istri dan gundik-gundik nya banyak sekali.”

“ Huuh aku merasa sedih sekali, memikirkan Kerajaan Majapahit.” Damar merasa sedih.

“ Tidak juga, Wahai Damar! 
Jika engkau yang menjadi Raja di Kerajaan Majapahit ini.
Aku yakin, rakyat ku akan tenang, sopan, santun dan juga patuh kepada Pemimpinnya.
Dikarenakan engkau mendapat nasehat dari Dewa Wisnu, langsung! ”

“ Tidak!  Aku tidak mau menjadi Raja! “

“ Aku memaksa mu! “

“ Atas dasar apa engkau memaksa aku, wahai Yang Mulia? “

“ Jadilah engkau pendampingku, karena aku mencintai mu, wahai Damar! “

“ Tidak, aku tidak mau!  Jika aku kawin dengan mu, maka aku otomatis akan menjadi Raja.”

“ Bukan alasan itu, tetapi aku memang mencintai mu.”

“ Maaf beribu maaf, Aku menolak cinta mu yang tulus;  Akan tetapi aku sudah mempunyai wanita yang akan menjadi pendampingku.”

Ratu Kencana Wungu terdiam.

Ratu bertanya, “ Berapa banyak wanita yang akan engkau kawini, wahai Damar? “

“ Ada tiga wanita yang aku janjikan untuk ku kawini.”

“ Maka aku adalah istri yang ke empat dari mu.”

Damar Wulan shock berat, dengan muka menjadi pucat.
Bagaimana jalan cerita nya ini?  Kelihatan menjadi ngawur? ( ngawur=kacau)
Sang Sutradara, Dewa Wisnu harus dipersalahkan dalam hal ini.

Akan tetapi, Hal ini sungguh merupakan kearifan Dewa Wisnu.! 
Bagaimana pun, kearifan Dewa tidak dapat ditentang oleh siapa pun.

Sesungguhnya, Damar Wulan dan Ratu Kencana Wungu hanyalah ‘anak wayang’ didalam ‘skenario sandiwara’ Tuhan, Dewa Wisnu.

Nyatanya, Dewa Wisnu pernah berkata kepada Damar Wulan, “ Hai Damar, cerita mengenai dirimu masih panjang dan menarik.”

Begitu juga kepada para pembaca yang budiman, engkau hanyalah ‘anak wayang’ yang sedang dimainkan oleh Dewa Wisnu.  Terimalah nasib mu, sesuai dengan kearifan Dewa.

Akhirnya Damar Wulan menyerah, “ Baik lah wahai Ratu ku; Aku akan menuruti permintaan mu dan patuh apa kata mu.
Aku mencintai mu.”

Sudah sepatutnya Damar Wulan mencintai, karena dia memang tertarik akan kecantikan Ratu Wungu.
 
Ratu tidak menanyakan, siapa calon istri-istri Damar Wulan, karena dia tau, bahwa hal itu tidak lah sopan, untuk ditanyakan.

Ratu Kencana Wungu melanjutkan kata-kata nya, “ Engkau boleh mengawini semua wanita yang akan menjadi istri-istri mu.  Aku tidak berkeberatan; Percayalah pada ku!
Aku sebagai Ratu Majapahit, dapat memerintahkan rakyat ku; Termasuk engkau hai Damar, untuk dapat kujadikan suamiku.  Engkau tidak bisa menolak! “

“ Jika ku boleh tau, sesungguhnya apa alasan-mu untuk memilih aku sebagai suami mu? “

“ Karena engkau laki-laki yang ganteng dan memang aku suka! Itu saja! “

“ Bukan kah engkau , menginginkan aku, agar  menjadi Raja Majapahit? “

“ Tidak Damar!  Bukan karena itu! 
Akan tetapi engkau memang tepat untuk menduduki jabatan yang penting itu; Penting untuk rakyat Majapahit.  Aku juga sebagai Ratu Majapahit, memerintah kan engkau untuk mau memikul jabatan Raja, demi kemakmuran Kerajaan.

Aku yakin engkau bisa!   Sesuai dengan mimpi dan petunjuk Dewa; Yaitu orang yang bernama ‘Wulan’ dan sedang bekerja sebagai kuli di rumah Patih Lohgender. “

Kedua orang yang jatuh cinta itu berpelukan mesra, menyatakan kepada Dunia bahwa mereka adalah sepasang kekasih.  Bukan itu saja, tetapi menyatakan kepada Dunia bahwa mereka adalah Ratu dan Raja Majapahit.



Bab 8


Raja Menak Jinggo masih dalam keadaan sakit, yang diakibatkan luka bekas anak panah. Tetapi darah tidak lagi menetes.
Dia merasa lemas, tidak bertenaga.  Dalam keadaan seperti itu, maka kedua wanita istrinya sangat diperlukan; Guna mengobati dan menghibur dirinya.

Raja tidak tau bahwa Dewi Wahita dan Dewi Puyengan sudah berchianat; Mereka membelot, membela Majapahit; Tidak lagi membela Blambangan.

Raja juga heran, “ Mengapa Gada Wesi Kuning tidak lagi mau bekerja?  Seharusnya aku kebal terhadap semua macam senjata.  Gada itu akan merubuhkan setiap musuh yang ada dihadapanku, siapa pun dia;  Tetapi, mengapa tidak bisa? “

Sesungguhnya, ada yang lebih sakti dari pada Gada Wesi Kuning dan Rojo Langit!  Yaitu Dewa Wisnu!
Dewa telah ‘mengunci mati’senjata andalan Raja, maka Gada Wesi Kuning menjadi mandul, tidak lagi mau bekerja. 
Sementara itu, Setan Rojo Langit lari, sewaktu berhadapan dengan Dewa Wisnu, bersama Damar Wulan.  Itu terjadi pada awal pertempuran dimuka pintu gerbang Istana Trowulan.

Oleh sebab itu lah, muka Raja tidak berubah menjadi muka raksasa; Tidak lagi terdengar bunyi halilintar dari Gada Wesi Kuning; Dan yang terpenting, Gada itu tidak bisa lagi membunuh musuh.

Hukum Tuhan berlaku, yaitu kearifan Tuhan harus di patuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Alam Semesta ini.

Dengan tertatih-tatih Raja keluar dari pintu Istana.  Dia menuju ke pokok beringin, tempat menyimpan Gada Wesi Kuning.  Kemudian dia membaca mentera untuk memanggil setan Rojo Langit.   Kemudian Raja berdialog dengan setan Rojo Langit.

“ Wahai Rojo Langit yang sakti dan perkasa.
Aku Raja Menak Jinggo ingin bertanya kepada mu.
Mengapa barang pinjaman dari mu tidak lagi berguna?
Mengapa engkau cabut hak ku untuk dapat menggunakannya?
Bukan kah kita masih bersekutu?
Bukan kah engkau sudah berjanji untuk membantu ku didalam pertempuran ini? “

Rojo Langit menjawab, “ Percayalah kepada ku, bahwa kita masih bersekutu.
Aku sudah mempersiapkan beribu-ribu pasukan ku yang siap dibelakang mu.
Bahkan aku sudah terjunkan sebagian pasukanku untuk menggangu para Pejabat-Kerajaan Majapahit;  Sehingga mereka menjadi orang yang tidak bermoral dan siap untuk memberontak.  Lihatlah!  Bagaimana kekacauan telah melanda didalam administrasi Negara Kerajaan Majapahit.  Dimana-mana terjadi tindak korupsi, penipuan, kekacauan pada keuangan Negara dan juga pengchianatan yang akan menuju pemberontakan.

Kita sama-sama menunggu akan kehancuran Kerajaan Majapahit.  Itulah tujuan kita!
Engkau tetap akan kubantu semaksimal mungkin!  Percayalah kepada ku! “

Raja Menak Jinggo tidak puas akan jawaban si Rojo Langit.
“ Dia tidak menerangkan, mengapa Gada Wesi Kuning menjadi mandul? Mengapa?
Aku tidak mempunyai tujuan untuk menghancurkan Kerajaan Majapahit!
Akan tetapi dia!  Jadi si Rojo Langit ingin meruntuhkan Kerajaan Majapahit;  Sedangkan  aku hanya ingin merebut Ratu Wungu, yang akan kujadikan istriku.  Lain tidak!”

Raja mengambil Gada Wesi Kuning dari tempat penyimpanan nya.  Raja menggemgam senjata itu dan diayunkan kekanan dan kekiri; Seolah-olah Raja ingin membunuh musuh-musuh nya yang berdiri di muka nya.

Muka Raja tidak berubah, tidak terdengar suara halilintar dan senjata itu terasa ringan saja.
Raja menjadi kecewa sekali.
Bahkan dirinya merasa takut, akan keselamatan dirinya.

“ Aku dapat menjadi Raja di tempat ini, hanya karena Gada Wesi Kuning.  Aku dapat ditakuti oleh semua orang di Majapahit dan di Blambangan, hanya karena Gada Wesi Kuning.
Dan aku ditakuti oleh Ratu Majapahit, karena Gada Wesi Kuning.

Kemudian Gada ini menjadi mandul;  Jadi, apa jadinya?
Kepada siapa lagi aku harus meminta pertolongan?
Rojo Langit?  Kelihatannya dia tidak lagi mau menolong aku seperti sebelumnya.

Aku harus berpura-pura sakti, walaupun tidak!
Agar semua orang masih takut kepada ku.
Aku akan genggam senjata mandul ini, hanya untuk menakut-nakuti.
Harapan ku, semua orang masih mau takut kepada ku.”


Raja kembali kedalam Istana dan merebahkan badannya di tempat tidurnya.
Tidak lama kemudian, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan datang dengan ceria,seolah-olah tidak ada sesuatu yang gawat.  Mereka memang harus bersikap seperti itu, agar Raja terhibur.  Dan yang penting, agar Raja tidak curiga bahwa mereka telah membelot, memihak musuh Raja.

Raja belum mau tidur; Tampak matanya terbuka, mengawasi kedua istri nya yang cantik.

“ Hai suamiku yang kusayangi!
Apa khabar? “

“ Aku letih setelah pertempuran; Aku juga perlu perawatan dari mu, wahai kekasihku! “

“ Baik lah!  Kami akan memasak masakan kesukaanmu.  Aku akan memasak baso daging dengan kaldu ayam dan juga emih.  Apakah engkau suka masakan itu? “

“ Aku suka sekali, terimakasih!
Terimakasih juga atas budi baik mu berdua.”

Dewi Wahita bertanya-tanya didalam hati, “ Mengapa suamiku sekarang menjadi lebih sopan daripada biasa nya?.  Aku merasa dia sekarang sedikit berubah; Utama nya kata terimakasih yang diucapkan dua kali.”

Raja sesungguhnya menderita ‘mental depressi’.  Dapat dimaklumi karena kekalahan di medan tempur; Dan terlebih, karena kehilangan kemampuannya atau kehilangan kesaktian nya.  Dia membutuhkan kawan yang akan mendukung nya.

Setelah memasak didapur Istana, kedua istri Raja siap menghidangkan masakannya diatas meja.  Maka makan siang Keluarga Kerajaan akan segera berlangsung.

“ Hai suamiku!  Makanan sudah siap!  Marilah kita bersantap! “

Keluarga Istana kelihatan lebih kompak daripada biasanya.
Sesungguhnya memang ada yang berbeda; Yaitu Raja tidak didalam pengaruh Setan Rojo Langit, seperti biasanya.  Dikarenakan setan Rojo Langit sudah lari atau bersembunyi karena takut.  Setan itu takut kepada Dewa Wisnu.

Walaupun Damar Wulan tidak berada di Istana Menak Jinggo, akan tetapi Dewa Wisnu hadir disitu.  Maka Rojo Langit lari terbirit-birit atau bersembunyi, karena takut pada Dewa. 
Akan tetapi Menak Jinggo tidak tau keadaan sesungguhnya yang terjadi pada Rojo Langit.
Oleh sebab itu lah, maka Raja Menak Jinggo yang asli, sedang  tampil dimuka istri-istrinya. 

Dia sesungguh nya mempunyai karakter dan budi pekerti yang baik.  Tetapi sayang selama ini ditutupi oleh Setan Rojo Langit.

Sesudah makan, Raja kembali beristirahat.  Dia dapat tidur nyenyak.


Dewi Wahita dan Dewi Puyengan bercakap-cakap diruang tamu.  Jarang-jarang mereka mendapat kesempatan untuk bercakap-cakap seperti sekarang ini.  Biasanya, Raja selalu mendengarkan percakapan mereka dan selalu ingin tau isi pembicaraan.

Kedua Dewi memang seringkali membicarakan akan hal nya politik; Utamanya perseteruan kedua Kerajaan, Blambangan dan Majapahit.

Dewi Wahita berkata, “ Kita telah lihat dijalan-jalan, semakin banyak pengemis yang mangkal di pinggir jalan atau persimpangan jalan.
Kita tidak bisa menyesalkan nasib mereka; Karena itu bukan salah mereka, tetapi Raja.
Raja telah melancarkan perang, yang membawa kemiskinan bagi rakyatnya.  Rakyat tidak tau-menahu tentang politik yang dijalankan oleh Raja; Baik itu Raja Menak Jinggo atau Raja Prabu Kebo Mancruet.   Rakyat hanya dapat berkomentar pendek, memang ‘zaman susah’.
Mereka maksudkan dengan zaman susah adalah, susah mencari rezeki; Jadi satu-satu nya jalan adalah menjadi pengemis.

Sudah menjadi hukum tidak tertulis, perang selalu membawa kemiskinan.

Dewi Puyengan memberi komentar, “ Begitu juga dengan masalah keuangan Istana; Istana Blambangan juga bangkrut.  Kita tidak bisa bermewah-mewahan seperti semula.

Jika begitu adanya, marilah kita jual benda-benda Istana ini; Kita akan mendapat uang dengan mudah.  Dan itu syah-syah saja, karena kita adalah istri Raja.”

“ Ide yang bagus Puyengan!
Marilah kita jual senjata Gada Wesi Kuning.  Wesi kuning itu dibuat dari emas murni, tentu harganya mahal sekali.  Harganya tidak terkait akan kesaktiannya, tetapi karena emas yang ada pada benda itu.”

“ Setelah kita curi, maka kita harus melarikan diri!   Tidak bisa kita duduk santai ditempat ini.  Karena perbuatan kita pasti akan ketahuan oleh Raja;  Sudah pasti Raja akan marah besar.
Jadi bagaimana menurut mu.”

“ Pencurian ini bukan saja bermotif ekonomi, tetapi juga politik!
Ingatlah kita adalah prajurit wanita Kerajaan Majapahit, dan tugas kita adalah melenyapkan senjata nya Raja.  Senjata itu adalah senjata andalan nya.”

“ Hai Wahita!  Jangan keras-keras kamu berbicara! “  Puyengan menunjuk kamar Raja.

“ Coba engkau lihat ke kamar nya Raja; Apakah dia sudah bangun? “

Puyengan mendatangi kamar Raja, membuka pintu kamar perlahan;  Tampak Raja masih tidur pulas.
Puyengan berbisik, “ Dia kelihatan masih tidur pulas.  Bahkan saat ini adalah sangat baik untuk kita ambil senjata itu, kemudian kita jual dan kita melarikan diri ke Majapahit.”

“ Siapa pembeli yang mau membayar cepat? “

“ Aku tau! Dia adalah Kebo Tanak,kakak tertua dari Prabu Kebo Mancruet, almarhum.  Aku tau dia adalah Pimpinan pemberontak yang bermarkas diluar kota.
Pasti nya, dia akan membutuhkan senjata Gada itu, untuk digunakan didalam perang pemberontakan.”

“ Kau benar Puyengan!  Saat ini lah kita akan melarikan diri!  Hayo! “


Kedua nya pergi ke halaman Istana dan menghampiri pokok beringin, tempat Raja biasa berdoa memuja setan.   Dengan mudah Gada Wesi Kuning diambil dan kemudian dibawa lari.  Mereka berkuda menuju Markas Besar pemberontak, tempat Kebo Tanak.

Sesampainya dimuka gedung markas besar pemberontak, keduanya mengetuk pintu.

“ Hai siapakah kalian? “  Tanya Kebo Tanak.  Dia menghunus keris nya, siap ditikamkan.

“ Simpan lah keris mu wahai Kebo Tanak!  Aku tau, engkau mengaggap kami adalah musuh, karena kami berdua adalah istri Raja!
Tetapi kami datang dengan maksud damai, bahkan akan membantu kalian; Percayalah! “

“ Begitukah?  Kalau begitu adanya, maka masuk lah!  Aku takut kalau ada mata-mata Raja  yang memperhatikan aktifitas kita.”

“ Nah, sekarang katakan apa maksud kedatangan kalian berdua.”

Dewi Wahita mengeluarkan barang dagangannya, dan berkata, “ Kami menjual benda ini!  Bayarlah, kemudian kami segera pergi secepat nya.”

“ Apa? Ini adalah benda keramat, milik Raja Menak Jinggo; Aku sangat mengenal benda jahanam yang telah digunakan membunuh adikku.”

“ Harganya tidak mahal, dibandingkan kegunaanya didalam pertempuran.  Kalian akan menggunakan nya didalam pemberontakan yang sebentar lagi akan kalian lancarkan.”

“ Berapa harganya? “

“ Seribu kepeng.”

“ Aku tidak mau menawar, akan kubayar tunai!  Tetap nanti, karena dimarkas kami ini, kami tidak menyimpan uang.”

Banyak anggota pemberontak berdatangan untuk melihat Gada Wesi Kuning yang  telah pernah membuat pasukan kerbau lari ketakutan;  Sewaktu Blambangan menyerbu Majapahit dibawah komando Prabu Kebo Mancruet.

Mereka berdecak kagum, tetapi tidak ada yang berani memegang;  Mungkin mereka pernah mendengar bahwa benda itu dibawah pengaruh roh jahat atau setan.

Tiba-tiba Gada itu bergerak dengan sendirinya.  Dewi Wahita sendiri bahkan ketakutan, apa lagi orang-orang yang ada disitu.  Mereka berhamburan, lari keluar rumah.  Beberapa orang berteriak, “ Setan!  Setan!  Setan! “

Dapat dimengerti, mereka mempunyai pengalaman mengerikan dengan Gada Wesi Kuning yang digunakan membunuh Raja nya.

Sekarang Gada itu dapat terangkat, seperti mau terbang, setinggi satu meter. Tetapi tidak lama, kemudian jatuh lagi diatas meja.

Kebo Tanak memerintahkankepada semua orang, untuk meninggalkan  ruangan itu.  Kemudian dia menutup dan mengunci pintu ruang.
“ Jangan ada yang berani masuk kedalam ruangan ini! “  Kata nya.

“ Wahai Dewi, ajarkan kami cara menggunakan Gada ini! “ Kebo Tanak memohon.

“ Maaf!  Kami tidak bisa, wahai Kebo Tanak! “ Kata Dewi Wahita.

“ Kalau Gada ini tidak bisa digunakan, maka percuma saja!  Kami tidak jadi membelinya.”

Salah seorang anggota pemberontak berkata kepada Dewi Wahita, “ Wahai Dewi, mintakanlah mentera-mentera dari suamimu, agar kami hafal kan dan kemudian bisa menggunakan Gada ini.”

“ Maaf!  Itupun aku tidak sanggup.”

“ Bukan kah Raja Menak Jinggo adalah suamimu?.”

“ Aku sudah bercerai, bahkan Gada itu ku curi dari tempat penyimpanannya.
Jika kalian tidak mau membeli, maka baik lah;  Tetapi aku meminta agar Gada itu tetap tersimpan di ruangan ini;  Aku menitipkan kepada mu.
Siapa tau, engkau bisa menggunakannya, dan bisa membunuh Raja Menak Jinggo.memakai Gada itu! “

Kebo Tanak heran dan tidak mengerti, “ Hai Dewi Wahita!  Engkau mau membela siapa? Apakah engkau mau membela kami?  Atau membela suamimu? “

“ Sudah kukatakan dari semula, bahwa kami akan membantu perjuangan kalian semua.”
Dewi Wahita dan Dewi Puyengan beranjak menuju kuda mereka, dan akan pergi.

“ Wahai Kebo Tanak!  Kami tidak mempunyai waktu untuk berlama-lama disini.  Selamat tinggal dan selamat berjuang! “

“ Wahai pejuang Blambangan,engkau sesungguhnya adalah pahlawan bagi kami; 
Selamat jalan! “

Dewi Wahita dan Dewi Puyengan melarikan kudanya ke tapal batas sebelah Barat Blambangan, guna melarikan diri.  Mereka merasa Raja Menak Jinggo seolah-olah sedang mengejar mereka dengan kemarahan, karena senjatanya sudah dicuri.

Sungguh benar dugaan mereka!  Setelah Raja bangun dari tidurnya, dia langsung pergi kehalaman Istana, guna mendapatkan Gada Wesi Kuningnya.  Raja mempunyai perasaan seakan-akan Gada itu telah menghilang.

Sewaktu dia mendatangi lubang di pokok pohon beringin, ternyata Gada itu sudah lenyap;  Telah hilang dicuri orang.  Raja shok berat, dan limbung.

Dia memohon kepada setan Rojo Langit, “ Wahai Rojo Langit yang perkasa, apakah engkau yang sudah mengambil senjata mu itu?  Jika ya seperti itu, aku merelakan nya.  Tetapi jika senjata itu dicuri orang, tolong kembalikan kepada ku!
Walaupun senjata itu sekarang mandul, tidak bisa digunakan, akan tetapi masih berguna untuk aku dapat menakut-nakuti musuh-musuh ku.”

Rojo Langit menjawab, “ Gada Wesi Kuning itu telah dicuri oleh isti-istri mu sendiri.  Aku akan kembalikan ke tangan mu.
Aku akan mengerahkan seluruh pasukan ku untuk turut berperang melawan musuh-musuh mu;  Percayalah kepada ku.  Kita akan tetap bersekutu hingga akhir zaman.  Dan perang ini pun akan terus berlanjut hingga akhir zaman.”

“ Apakah perang ini terus berlanjut?  Ketahuilah oleh mu, bahwa aku hanya bermaksud merebut Ratu Majapahit yang  akan kujadikan istri. 
Aku tidak mau berperang untuk meruntuhkan Kerajaan Majapahit.”

“ Bukan kah sudah menjadi perjanjian kita?  Marilah kita perkuat persekutuan kita untuk sama-sama meruntuhkan moral anak bangsa diseluruh Nusantara, hingga akhir zaman.
Mereka akan kujadikan budak yang tidak ber-moral dan tidak berbudi pekerti, seperti yang didengung-dengungkan oleh si Damar Wulan.  
Anak bangsa diseluruh Nusantara, akan senang melakukan kejahatan; Itulah tujuan kita.”

“ Tidak!  Tidak!  Bukan itu tujuan dari persekutuan kita! “

“ Engkau belum mau mengerti!  Baik lah!  Nanti, pada saat nya, engkau akan mau mengerti  dan akan berpihak kepada ku.

Bila saat nya tiba, engkau akan ku-suap dengan satu ikat uang kepeng yang jumlah nya ber milyar-milyar, maka pada saat itulah engkau akan mau berpihak kepada ku, dengan suka rela.  Jangan engkau menolak!  Engkau akan menyesal nanti!
Ingat lah itu!
Selamat berjuang demi aku, si Rojo Langit! “

Raja lemas terduduk dirumput, dibawah pohon beringin.
Sesungguhnya didalam Hati Nuraninya, dia mengutuk Rojo Langit yang telah membuat dirinya ber-peran sebagai tokoh masyarakat jelek, tidak memihak rakyat.
Tidak baik untuk kelak diceritakan kepada anak cucu nya.

Akan tetapi, suara Hati Nurani nya, hampir tidak terdengar;   Oleh karena kalah dengan hingar bingar suara bising dari Ego nya dan Harga dirinya yang lebih dominan.

Raja masuk kembali kedalam Istana nya.  Dia menyadari, bahwa sekarang dia sendiri saja, tanpa ditemani oleh istri-istrinya .  Karena dia tau, istrinya pasti takut dan sudah melarikan diri.  Dia bertekad akan mengejar istri-istrinya.

Raja berpikir, “ Hai istri ku, engkau tidak mengetahui bahwa Gada Wesi Kuning itu milik Rojo Langit, bukan milik ku.  Jadi nanti akan datang akibat dari perbuatan mu, yang mengerikan, yang akan  menimpa mu!  Aku sekarang merasa kasihan kepada mu.
Ingatlah!  Bukan aku yang akan menghukum mu, tetapi Rojo Langit.”


Tidak berapa lama kemudian datang seorang prajurit mata-mata melaporkan, “ Yang Mulia, kita diserang oleh kaum pemberontak dibawah pimpinan Kebo Tanak.”

“ Siapkan angkatan perang kita! “

“ Kita masih mempunyai waktu,untuk mempersiapkan nya.
Akan tetapi,banyak anggota tentara kerbau kita yang sudah desersi dan memihak kaum pemberontak.”

Raja berpikir didalam hati, “ Sekiranya Rojo Langit masih mau membantu ku....”

Tiba-tiba ada jawaban Rojo Langit didalam hati Raja, “ Sudah pasti aku akan membantu mu, wahai sahabat!   Aku akan terjunkan lebih dari lima belas ribu personil tentara jin;  Mereka akan terlihat nyata oleh musuh mu dan juga oleh mu.   Mereka berbaris teratur dibelakang mu.  Dan Gada Wesi Kuning mu, sudah kembali di pokok pohon beringin mu.  Ambil lah dan gunakan untuk memberi takut pada musuh-musuh mu.”   

“ Terimakasih wahai Rojo Langit! “

“ Ada tugas mu, untuk mengejar istri-istri mu yang berani kurang ajar kepada ku.  Mereka mau pergi ke Majapahit.  Sekarang mereka berada didekat perbatasan Negara, disebelah barat daya yang berhutan lebat.  Beri hukuman; Jika engkau tidak mampu, maka aku sendiri yang akan memberi hukuman! “


Bab 9


Ratu Kencana Wungu sekarang menjadi ceria;  Semua dirasakan lebih indah dari biasanya.  Terlebih-lebih pujaan hatinya sudah siap-sedia untuk mendampingi nya, si Damar Wulan.  Tidak henti-hentinya dia berterima kasih kepada Dewa Wisnu, “ Wahai Dewa Wisnu, terimakasih aku ucapkan kepada mu, yang mana engkau telah mengirim mahluk mu yang bernama Damar Wulan kepada ku.”

Akan tetapi tugas Negara belum lah selesai, Menak Jinggo harus lenyap, hukuman mati adalah pantas akan dijatuhkan kepada si bedebah itu.

Hai!  Mengapa Ratu membenci Menak Jinggo?  Tanpa dia, maka Majapahit akan jatuh ke tangan Prabu Kebo Mancruet dan dirinya sudah akan menjadi gundik nya.
Ingat lah wahai Ratu!  Bambang Menak masih syah untuk engkau sebut  pahlawan!

“ Ya sesungguhnya aku takut akan ‘harimau’ peliharaan ku.  Dia sekarang siap untuk menerkam diriku dan mencabik-cabik tubuh ku.  Walaupun dia pernah menjadi pahlawan ku, pahlawan Majapahit, tetapi sekarang menjadi permasalahan diriku; Dan bahkan permasalaha Kerajaan Majapahit.”

Ratu memanggil Damar Wulan untuk diberi tugas Negara selanjutnya.
Seperti biasa, Damar tetap menjalankan tata-krama Keraton;  Duduk bersila dengan tangan dikatupkan menyembah, dimuka Singgasana Ratu.
Walaupun dia sekarang mempunyai hubungan pribadi yang sungguh dekat, yaitu kekasih Ratu.  

Memang tidak bisa dibayangkan, bagaimana Damar yang rakyat jelata telah menjadi kekasih dari seorang Ratu.

“ Hamba menghadap Ratu Yang Mulia, siap menjalankan tugas selanjutnya! “

“ Pergilah engkau bersama Angkatan Perang Majapahit untuk menghukum Raja Menak Jinggo!  Hukuman mati adalah pantas untuk diri nya!  Bawa kepala nya dihadapan ku.”

“ Baik Yang Mulia! “

Damar Wulan berpkir dalam hati, “ Sudah kukatakan bahwa menghukum mati musuh yang sudah menyerah, adalah dosa.  Apa boleh buat, harus kulaksanakan! “

Damar Wulan mempersiapkan pasukan kavaleri berkuda untuk secepatnyta sampai di Kerajaan Blambangan.  Kemudian berperang melawan Raja Menak Jinggo.
Harapan nya dia dapat memenangkan pertempuran dan dapat menangkap hidup-hidup si Menak Jinggo.

Pasukan nya berjumlah kurang dari tiga ribu orang.
Damar memilih hutan lebat di perbatasan Negara, disebelah selatan, agar kedatangannya tidak diketahui oloeh Raja.  Sedapatnya hanya akan sedikit korban didalam pertempuran kali ini.

Sesampai nya di hutan lebat, terdengar suara wanita yang berteriak-teriak meminta pertolongan.  Pasukan berkuda berhenti dan mencari sumber suara.

Damar Wulan turun dari kudanya dan mencari sumber suara;  Dia diiringi lima pengawalnya.
Tampak tubuh seorang wanita yang tergolek ditepi sungai kecil, nampaknya dia mau minum, tetapi tubuhnya lemah.  Para prajurit Majapahit segera memberikan pertolongan kepada wanita malang tersebut.
Muka nya rusak karena banyak luka akibat pedang yang membuat luka di mukanya.

Damar bertanya, “ Wahai engkau yang malang!  Siapa yang mencilakai engkau? “

“ Suamiku! 
Wahai Damar Wulan. “

“ Hai, engkau sudah mengenal aku? “

“ Aku mengenal mu, bahkan aku adalah kekasihmu.  Aku Dewi Wahita.”

“ Dewi Wahita ....!
Oh nasib mu malang.
Jadi engkau di-aniaya oleh suami mu sendiri? “

“ Benar.   Suamiku ingin agar kecantikan ku lenyap, maka dia membuat luka di muka ku.  Agar aku menjadi wanita yang buruk rupa;  Tetapi dia tidak mau membunuh aku.
Damar!  Apakah engkau masih mencintai aku? “

“ Sudah tentu kekasihku.
Walaupun engkau telah dibuat menjadi buruk rupa, engkau tetap kekasih ku yang ku cintai.”

“ Oh...terimakasih Damar Wulan.
Terimakasih oh... Dewa yang Agung! “

“ Hai dimana si Puyengan? ‘

“ Tolonglah dia!
Dia dikejar-kejar oleh Menak Jinggo;  Jika tertangkap, sudah pasti akan sama nasib nya seperti aku ini.   Cepat cari dia dan beri pertolongan.”

Damar Wulan memberi komando, untuk mencari Raja Menak Jinggo dan Dewi Puyengan.
Terdengar siul dari atas pohon.Ternyata Dewi Puyengan yang memberi tahukan tempat dia bersembunyi; Yaitu di atas pohon, tertutup oleh daun-daun yang rimbun.
Puyengan berseru, “ Penjahat itu lari kearah sana “

“ Siapa ? “

“ Ya sudah pasti Raja Menak Jinggo.”

Semua orang mengejar kearah yang ditujuk Dewi Puyengan, tetapi Menak Jinggo tidak berhasil ditemukan.

“ Untung engkau tidak tertangkap Puyengan!  Jika tidak, pastilah muka mu menjadi buruk rupa. “  Komentar Damar Wulan.

Dewi Puyengan ber doa, “ Oh Dewa yang Agung, terimakasih ku ucapkan kepada mu.”

“ Ceritakan kepada ku, mengapa suami mu sangat marah kepada kalian berdua? “

“ Karena kami telah mencuri Gada Wesi Kuning.”

“ Untuk apa? “

“ Untuk dapat dijual, karena kami perlu uang. 
Kerajaan Blambangan bangkrut, termasuk juga keuangan Istana nya.
Jadi kami mulai menjual perabot Istana.  Hal ini dikarenakan peperangan yang menyita banyak uang Negara.
Pencurian Gada itu, selain maksud ekonomi, juga politik.  Kami ingin agar Raja tidak lagi bersenjata.  Senjata yang menakutkan.
Ingat lah, kami berdua adalah serdadu wanita Kerajaan Majapahit! “

“ Ya bagus sekali.  Kerajaan berterimakasih atas perjuangan kalian! “

Damar Wulan memberi komando,
“ Pasukan!  Jalan!   Kita akan menuju Istana Blambangan, untuk menangkap Raja Menak Jinggo.  Bersiaplah untuk suatu pertempuran,
Kita akan menang, karena Dewa Wisnu ada bersama kita! “

Ternyata Kebo Tanak beserta ribuan pasukannya juga ikut menyerbu Istana.  Maka dua pasukan bertemu.  Damar menahan diri untuk tidak terjadi bentrokan antar dua pasukan.
Mungkin sekali akan mudah terjadi bentrok, dikarenakan dua pasukan itu sudah dua kali bertemu didalam pertempuran.  Tentunya dendam lama, masih tersimpan di setiap prajurit.

Kebo Tanak tau diri, untuk menjauh dari pasukan Damar Wulan.
Tiba-tiba keluar dari dalam Istana, Raja Menak Jinggo yang menggenggam Gada Wesi Kuning.  Dia berjalan menyongsong musuh-musuh nya; Pasukan Majapahit dan Pasukan pemberontak.

Lebih mengherankan, Ikut keluar juga dari dalam gedung Istana, ribuan pasukan berseragam agak aneh.   Jumlah nya semakin bertambah-tambah, berbaris secara teratur di belakang Raja Menak Jinggo.   Banyak,...banyak,.... baaaanyak sekali, bagaikan semut yang keluar dari sarang nya.

Kebo Tanak memperhatikan Raja Menak Jinggo.  Raja menggenggam senjata nya,Gada Wesi Kuning.  Mengapa bisa?  Bukan kah Gada Wesi Kuning ada di ruang Markas Besar nya?  Ruangan itu dikunci dan tidak diperkenankan seseorang  memasuki nya.
Pasti ada pengchianat diantara anak buah nya yang membawa Gada itu dan diberikan kepada Raja,

“ Hai!  Siapa diantara kalian yang telah berchianat?  Dengan membawa Gada Wesi Kuning, dan dikembalikan kepada Raja?  Maju menghadap ku! “

Salah satu perwira militernya menjawab, “ Tidak ada pengchianat diantara kami!
Mungkin senjata itu bisa pindah dengan sendirinya, dan kembali kepada Raja Menak Jinggo, dengan sendiri nya.”

Seorang prajurit mata-mata melaporkan kepada Kebo Tanak, “ Tuan komandan, pasukan musuh itu aneh dan aku merasa mereka bukan manusia, tetapi setan atau jin.
Mereka tidak pernah bercakap-cakap, jadi tempat itu sunyi.
Aku melihat salah satu dari mereka menyembunyikan ekor nya; Yang kebetulan keluar diatas kepalanya.   Muka nya, muka raksasa, seperti muka Raja Menak Jinggo kalau dia memegang Gada nya.
Jadi dengan begitu,  kita akan berperang melawan jin atau setan.  Sanggupkah kita?

Kalau aku diizinkan wahai Komandan, aku undur diri!  Karena aku tidak bisa melawan jin atau setan seperti itu.”
 
Prajurit pemberontak yang  lain juga ingin undur diri;  Meraka benar-benar takut, bukan dibuat-buat.

Kebo Tanak memberi komando, “ Pasukan tetap ditempat!  Tidak ada yang mengundurkan diri.  Kalian harus bangga, jika mati sebagai pahlawan Blambangan! “

Sama hal nya di pasukan Majapahit.  Pasukan mata-mata nya melaporkan pasukan musuh yang aneh.
Damar Wulan dapat membaca situasi;  Pastilah itu pasukan jin dari Rojo Langit.
Jadi dengan demikian, Majapahit akan bertempur melawan setan sungguhan;  Setan yang dapat dilihat oleh mata manusia biasa.

Damar Wulan bercakap cakap dengan Dewa Wisnu, membicarakan strategi, didalam hati.

“ Wahai Dewa!  Sesungguhnya kita berhadapan dengan setan-setan, tentara nya Rojo Langit.   Baru sekali ini aku harus berperang melawan setan.
Aku tidak bisa dan belum pernah membunuh setan! Jadi, bagaimanakah cara nya tentara kita dapat membunuh setan?
Ya Dewa ajarkan lah aku untuk dapat membunuh setan itu! ”

“ Hai Damar!
Angkatlah tangan kanan mu, hadapkan telapak tangan mu itu, kearah musuh dan Raja Menak Jinggo.  Dan ucapkan, “ Aku ingin berdamai dengan mu;  Jika engkau mau berdamai ,maka menyingkr lah dari hadapan ku!  Jika engkau tidak mau berdamai, maka marilah kita berperang ! “

Damar Wulan bergerak menyongsong Raja Menak Jinggo; Langkahnya mantap dan penuh percaya diri.
Dalam jarak sepuluh meter, Damar berhenti dan mulai mengangkat tangan kanan nya, denga telapak tangannya menghadap Raja dan pasukannya, dia berkata,

“ Aku ingin berdamai! Aku ingin berdamai!  Aku ingin berdamai dengan mu!
Jika engkau mau berdamai, maka menyingkirlah engkau dari hadapanku!
Jika engkau tidak mau berdamai, maka marilah kita berperang! “

Raja Menak Jinggo berteriak, “ Aku menerima tawaran mu!  Aku ingin berdamai! “
Setelah dia berteriak, Raja ambruk (jatuh) ke tanah dan tidak bangun lagi.
Pasukan setan pergi secara berombongan;  Mereka terbang ke angkasa dan menghilang.

Namun, ada pasukan setan yang berjumlah lebih seratus setan, yang segera mati ditempat.  Mereka betul-betul mati seperti matinya manusia biasa.   Sungguh mengherankan, setan bisa mati seperti manusia. 
Tetapi mereka mati tanpa berteriak, seperti teriakan prajurit yang akan menemui ajal.

Tidak ada prajurit Majapahit yang bersorak atau bertepuk tangan;  Semua diam membisu, terpesona denga fenomena gaib yang sedang dipertunjukan oleh Tuhan.

Damar Wulan berdoa, “ Ya Dewa Wisnu, terimakasih atas pertolongan mu.  Engkau telah menyelesaikan pertempuran ini dengan cepat sekali.  Inilah pertempuran tercepat diseluruh Dunia.  Tidak ada korban diantara para prajurit kami.  Sekali lagi kuucapkan terimakasih.”

Demikian juga dengan Kebo Tanak;  Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Damar Wulan telah menyelesaikan pertempuran itu dengan cepat.  Bagaimana pasukan setan itu terbang dan menghilang.  Raja Menak Jinggo sudah mati atau pingsan, tanpa disentuh pedang.   Sungguh ajaib!

Kebo Tanak datang dengan penuh hormat kehadapan Damar Wulan dan berkata,
“ Wahai Komandan tempur Majapahit!  Aku mengucapkan terimakasih kepadamu yang telah menyelesaikan perang ini dengan mudah.”

“ Berterimakasih lah kepada Dewa Wisnu, penguasa Alam Semesta ini;  Dia yang telah menyelesaikan perang ini, bukan aku! “

Kebo Tanak heran.  Dia memandang Damar Wulan dari kepala hingga ke kaki nya,
“ Sesungguhnya aku tidak melihat Dewa Wisnu bersama mu.  Terangkan lah kepada ku, bagaimana caranya engkau dapat memenangkan perang ini? “

“ Perang ini adalah perang yang ‘Luar Biasa’;  Dimana manusia dihadapkan kepada Jin, untuk saling membunuh.  Aku mengaku tidak sanggup membunuh satu pun dari sebegitu banyak jin, yang berbaris teratur dibelakang Komandan nya, Raja Menak Jinggo.
Aku berterus terang, sungguh aku tidak sanggup.

Mengenai diri mu, apakah engkau mau melanjutkan pertempuran kita yang belum selesai?  Atau engkau ingin menyatakan menyerah kepada Majapahit dan kemudian berdamai?”

“ Aku tanpa sengaja, telah bertemu dengan mu Wahai Komandan Majapahit yang perkasa.
Kita tanpa sengaja, mempunyai tujuan yang sama, memerangi Raja Menak Jinggo.”

“ Jadi apa? “

“ Aku menyerah kepada mu dan mohon perdamaian kepada penguasa Kerajaan Majapahit.”

“ Jika begitu adanya, buatlah surat pernyataan menyerah kalah, kepada pimpinan kami, Ratu Kencana Wungu, Ratu Majapahit.  Jika engkau tidak mau, maka terpaksa kita harus melanjutkan perang antara Blambangan dan Majapahit.”

“ Akan kubuatkan segera; Kami menyerah kalah! “

“ Jangan engkau memanggil pasukan jin dari Rojo Langit untuk berperang melawan Majapahit!  Ingat lah itu!   Jika tidak, maka aku akan memanggil Dewa Wisnu, seperti yang baru saja kulakukan.  Ingat lah!   Dewa Wisnu adalah penguasa Alam Semesta ini.

Kebo Tanak kagum dan heran kepada Komandan tempur Kerajaan Majapahit yang ada dimuka nya.   Dia memandang Damar Wulan karena kekagumannya.

“ Wahai Komandan tempur Majapahit yang aku hormati, ajarkan lah aku, bagaimana caranya engkau memanggil Dewa Wisnu untuk kiranya dapat membantu aku didalam setiap pertempuran!”

“ Aku bisa membaca apa sesungguhnya keinginanmu;  Apa yang ada didalam benak mu, wahai Komandan pemberontak! “

“ Panggillah aku dengan nama Kebo Tanak.
Dan, ...Siapakah engkau?  Siapa nama mu wahai Komandan? ”

“ Nama ku Damar Wulan.”

“ Aku menyerah kalah dihadapan mu, karena aku percaya bahwa engkau bisa membaca apa yang ada di benakku.”
Bahkan aku malu! 
Sesungguhnya, aku akan gunakan apa yang akan engkau ajarkan, untuk merampas Tachta kerajaan-kerajaan kecil disekitar Blambangan.

Tidak!  Tidak!  Tidak jadi.
Aku ingin mempunyai kemampuan seperti mu, yaitu bercakap-cakap dengan Tuhan.
Ajarkan lah aku, wahai Damar Wulan! “

“ Aku bukan lah orang yang istimewa dimuka Tuhan, tetapi cukup beruntung.  Aku sama dengan mu dan juga sama dengan manusia yang ada dimuka bumi ini.

Akan tetapi mereka tidak menyadari, bahwa ditubuhnya telah lama bersemayam Tuhan.  Kebetulan aku menyadari Nya dan aku berhasil mendekati Nya dan pada akhirnya aku dapat bercakap-cakap dengan Nya. 
Wahai Dewa Wisnu, aku memohon ampun kepada Mu, yang mana aku telah menyombongkan diri dihadapan sahabatku, si Kebo Tanak.”

“ Engkau sedang tidak menyombongkan diri wahai Damar!  Tetapi engkau sedang mengungkapkan suatu rahasia dan bahkan itu adalah super rahasia, yaitu bagaimana caranya bercakap-cakap dengan Tuhan. 
Belum pernah aku menjumpai orang seperti mu, wahai Damar!
Lalu, ... Dibagian mana dari tubuh ku, tempat Tuhan bersemayam?”

“ Didalam hati mu! 
Ya betul, disitu! “ 
Damar menunjuk perut bagian kanan.

“ Mengapa dia diam saja,seharusnya dia menegur aku, seperti, ‘hai apa khabar?’ “

“ Engkau bagaikan debu, bahkan lebih kecil lagi dari debu; Oleh sebab itu, tidak lah pantas Tuhan menegur engkau lebih dulu.  Tetapi seharusnya engkau yang menegur  lebih dulu,
Tuhan justru menunggu mu; Ya, itulah Tuhan, dia sedang menunggu mu untuk kau tegur.

Setelah itu, engkau harus memohon ampun kepada Nya;   Karena selama ini engkau tidak pernah menghiraukan diri Nya.  Bagaimana suatu zat Yang Maha Menguasai Alam Semesta ini, dan berada sangat dekat dengan mu, engkau diamkan; Tidak engkau hiraukan. 
Suatu hal yang aneh bukan?
 
Hal yang aneh ini, disebabkan engkau hanya sibuk dengan kenikmatan Dunia.
Akui lah!  Betulkan seperti itu keadaan mu? Engkau terlalu sibuk dengan kenikmatan Dunia.“

“ Ya sungguh benar katamu. 
Bila kurenungkan sebentar; maka,  untuk apa aku harus menyerang Kerajaan Majapahit?
Maka dapat kujawab sendiri, ... untuk menikmati lebih jauh akan kenikmatan Dunia.”

Damar Wulan menambahkan, “ Lebih detail, ... untuk merebut Ratu Majapahit yang cantik, untuk dijadikan gundik.”

Merah muka Kebo Tanak, karena malu.  “ Jangan engkau teruskan Wahai Damar! Aku sungguh malu dihadapan mu !
Sesungguhnya aku tidak yakin dengan sifat ku yang jahat;  Betulkah Tuhan mau bersemayam didalam hati ku?  Kiranya Tuhan akan memilih tempat yang tepat untuk Dia bersemayam, yaitu orang suci seperti engkau;  Tetapi bukan seperti aku ini.“

“ Semua orang di Dunia ini, tidak perduli apakah dia jahat atau baik; Adalah tempat Tuhan bersemayam didalam hatinya.  Jika engkau mengaku sebagai orang  jahat, maka hati nurani mu diliputi debu yang sangat tebal, sehingga rumah Tuhan di hatimu, tidak nampak lagi. Sementara Tuhan yang bersemayam didalam hati mu, hanya diam menunggu;  Menunggu engkau untuk dapat menegur Nya dan memberi salam kepada Nya.  Jika engkau tidak mau menegur Nya, maka enkau tetap menjadi orang jahat dan semakin jahat, tidak akan mau mengingat Tuhan.
  
Jika engkau bertekad untuk dapat bercakap-cakap dengan Tuhan, maka engkau harus bekerja keras membersihkan debu dan lumut dihati mu.

Baiklah aku akan teruskan, mengungkapkan  rahasia ini kepadamu.
Dikarenakan Tuhan tidak dihiraukan oleh mu, maka rumah Tuhan di dalam hatimu itu tidak terlihat lagi.  Sudah tertutup debu dan lumut  Alamat dan nomer rumah Tuhan juga sudah tidak terlihat; Begitu juga pintu dan jendela rumah Nya telah hilang tertutup debu.
Kuberitahukan alamat rumah Tuhan, yaitu, Hati Nurani atau Kalbu.”

“ Aku ingin pergi kerumah Tuhan, wahai Damar!  Bagaimana caranya? “

“ Keinginan mu yang baru saja engkau ucapkan, adalah langkah pertama dari mu untuk menuju ke rumah Tuhan di Hati Nurani.  Engkau adalah satu diantara sejuta manusia yang berkehendak mulia, menemui Tuhan. Jarang ada manusia seperti mu! Yang mau melangkah kesana.
Kebanyakan dari manusia tidak mau; Bahkan tidak percaya kalau Tuhan itu ada.

Agar langkah mu tidak tersesat, maka engkau harus menetapkan arah tujuan mu.
Kemudian engkau harus turun dari otak benak mu kebawah, tepat nya ke Hati Nurani.”

“ Jadi posisi ku( keberadaan ku) didalam cerita mu itu adalah otak? “

“ Ya benar!  Disitulah nafsu syahwat dan kebanggan diri mu berada; Benar ada disitu; Dan akan tetap berada disitu; Tidak mau turun ke hati.  Terlebih-lebih bila engkau menemui kenikmatan Dunia yang aduhai besarnya.  Engkau berbangga diri, akan hasil yang telah dicapai oleh mu selama ini.  Mungkin engkau semakin jahat untuk gigih mempertahankan apa-apa yang sudah engkau capai.

Engkau disitu berperan sebagai Nafsu Syahwat, Kebanggan diri, Keserakahan, Nafsu membunuh dan mencelaka-kan lawan dan masih banyak sifat negatif yang belum ku ungkapkan.

Engkau akan tetap di otak, jika tidak ada kemauan untuk melangkah, seperti yang engkau baru saja ucapkan.”

“ Sesungguhnya engkau orang suci wahai Damar.
Apakah engkau seorang Pendeta? “

“ Aku Komandan tempur Kerajaan Majapahit yang ditugaskan untuk menaklukan Kerajaan Blambangan.  Kebetulan aku mendapat tugas dari Yang Mulia Ratu Majapahit.

Sesungguhnya aku adalah anak wayang yang memegang peran sebagai Panglima Perang di Kerajaan Majapahit, didalam ‘sandiwara Tonil’.   Sang sutradara, adalah Dewa Wisnu.
Peranku sebelum menjadi Panglima, adalah kuli pekerja kasar yang mengurus kuda, tahi kuda dan kandang nya;  Aneh bukan?

Tentu nya engkau bertanya kepada ku, bagaimana langkah selanjutnya, agar aku keluar dari otak ku dan turun ke Hati Nurani.  Kemudian, aku dapat bertemu Tuhan?

Setelah engkau menyadari akan sifat negatif mu, maka engkau harus meminta ampun akan langkah mu yang salah.  Bertobat lah akan semua dosa-dosa mu yang pernah engkau perbuat.  Jadilah orang yang  rendah hati, mau menolong teman dan lawan.

Sungguh panjang dan sulit perjalanan mu, untuk dapat turun dari otak ke hati nurani, walaupun kelihatannya jalan itu pendek, tetapi  perlu waktu bertahun-tahun.

Pada akhirnya engkau sampai dimuka rumah Tuhan.  Engkau masih harus bekerja lebih giat, untuk membersihkan rumah Tuhan dari debu dan lumut.  Agar pintu dan jedela rumah itu dapat terlihat.  Sesungguhnya debu dan lumut yang menempel di dinding rumah Tuhan itu adalah perlambang dosa;  Dosa-dosa yang pernah engkau buat selama ini.

Setelah rumah itu terlihat jelas sebagai rumah, maka diharapkan akan membawa perubahan pada  sifat mu;  Dari semula bersifat jahat menjadi bersifat baik.
 Yang mana engkau akan menjadi orang yang suci, berbudi pekerti luhur.

Tahap selanjutnya adalah mengetuk pintu, agar yang empunya Rumah, Tuhan, dapat keluar dari dalam rumahnya, dan berkenan untuk menemui mu.
Tentulah,  harapan kita Dia berkenan.

Jika engkau dipersilahkan oleh yang empunya rumah, untuk masuk kedalam rumah Nya, maka engkau akan menjumpai Nirwana; Nirwana yang terpampang di depan muka mu.
Kemudian engkau dapat bercakap-cakap dengan Tuhan.”

“ Wahai Damar!  Aku mengerti!  Ini lah benar super rahasia yang baru kali ini ada yang menerangkan nya kepada ku.   Jika saja engkau seorang Pendeta Hindu, maka aku akan berguru kepada mu, walaupun aku sudah tua seperti ini.”


“ Mari kita lihat!  Bagaimana keadaan musuh kita, Raja Menak Jinggo!  Apa dia sudah sadar?”

“ Hampir kita lupa ada Raja Menak Jinggo .”

Terlihat Raja Menak Jinggo terduduk di rumput; Nampaknya dia kepayahan, karena Setan Rojo Langit telah meninggalkan raga nya.   Tidak ada lagi Gada Wesi Kuning; Lenyap dibawa oleh Rojo Langit.

Beberapa perwira militer Majapahit mendatangi dan mengikat tangannya;  Mereka berkata, “ Hai Raja Blambangan!  Engkau adalah tawanan perang kami!  Engkau akan dbawa ke Majapahit dan dihadapkan pada Ratu Kencana Wungu.”

“ Ampun!  Jangan lah yang itu engkau lakukan;  Hukumlah aku dengan hukuman yang lain saja;  Karena aku malu berhadapan dengan Ratu mu! “

Tiba-tiba seorang wanita buruk rupa berteriak, “ Hukuman mati, dipancung!  Itu lah hukuman yang paling tepat bagi nya! “
Dia adalah Dewi Wahita.

Raja Menak Jinggo memandang Dewi dengan rasa heran, “ Wahai istriku!  Yang membuat luka dimukamu itu adalah Setan Rojo Langit, bukan aku!  Sungguh bukan aku!  Bahkan aku mencintai mu.”


“ Engkau dan Rojo Langit adalah sekutu!  Apa-apa yang diperbuat oleh mu, itu sama dengan yang diperbuat oleh Rojo Langit; Dan sebaliknya.”

“ Akan tetapi engkau yang telah membuat urusan dengan Rojo Langit; Karena Engkau telah mencuri barang kepunyaannya, Gada Wesi Kuning.
Sedangkan aku, aku tidak mempunyai urusan dengan mu! “

“ Engkau telah meminjamkan Raga wadak mu kepada Jin itu.”

Damar Wulan menengahi, “ Sudah!  Sudah cukup!  Nanti di Majapahit ada pengadilan yang adil untuk si Menak Jinggo!  Dan Rojo Langit.”

Dewi Wahita heran dan bertanya, “ Rojo Langit itu setan!  Bagaimana caranya dia dapat diadili?  Ada-ada saja engkau Damar! “

“ Aku mempunyai kawan Jaksa  hebat di Dunia;  Dia lah Dewa Wisnu.  Dia akan mengadili si setan Rojo Langit dan seluruh pasukannya!             
Bukankah kita sama-sama sudah melihat, ada seratus lebih serdadunya yang sudah  mati, dihukum oleh Dewa Wisnu?  Setan yang mati itu, adalah setan yang bersemangat untuk berperang; Mereka tidak mau berdamai sesuai dengan seruan ku.

Memang benar, sekarang ini, si Rojo Langit beserta tentara nya sudah melarikan diri.
Aku mendengar ancaman si Rojo Langit, bahwa dia beserta tentaranya akan membuat kekacauan di Kerajaan Majapahit, hingga Kerajaan ini akan runtuh.

Dewa Wisnu tidak akan tinggal diam, Dia pasti akan bertindak terhadap penjahat.”
Kita percaya kan keadilan kepada Dewa. 

Akan tetapi. waspadalah akan bisikan setan, tentara Rojo Langit.  Aku mendengar mereka berencana akan membuat kita menjadi rakyat Majapahit yang tidak bermoral penuh dosa;  Kita akan dibuat oleh mereka, menjadi rakyat yang senang dan mudah berbuat dosa.  Senang mengutil uang rakyat dan uang Negara dengan cara korupsi.  Lihatlah nanti, dimana-mana selalu ada kasus korupsi dan suap 
Itu lah hasil kerja pasukan si Rojo Langit.

Jadi, kita akan berperang melawan setan, mulai sekarang hingga akhir zaman.
Tidak menggunakan pedang atau keris, tetapi mempertahankan Budi Pekerti dan Kharakter kita yang baik;  Pertahankan budi baik kita, agar tidak akan digoyahkan oleh setan, tentara Rojo Langit! ”


Tentara Majapahit dan tentara Blambangan saling hormat dan saling berjabat tangan, tanpa disuruh.  Bahkan ada diantaranya yang masih mengenal lawan nya dulu, sewaktu mereka saling bunuh;   Sewaktu Blambangan menyerang Majapahit.   Mereka kemudian berpelukan, dan meneteskan air mata. 

Mereka berpikir didalam hatinya masing-masing, “ Mengapa aku harus membunuh orang yang sama sekali tidak kukenal, seperti dia ini?  Untuk apa? Untuk kepentingan siapa?  Benarkah untuk kepentingan Negara? 
Ku kira yang telah kita kerjakan, hanya lah untuk kepentingan pribadi Raja;  Yang akan mengawini Ratu Majapahit secara paksa!”
  

Damar Wulan memberi komando, “ Pasukan!  Masuk kembali dalam barisan mu!  Tugas kita sudah selesai!   Marilah kita pulang!  Dan melaporkan kemenangan kita kepada Ratu! “

Tidak ada yel-yel kemenangan seperti biasanya, tetapi mereka melantunkan doa kepada Dewa didalam bahasa Sansekerta.  Isi arti doa itu adalah ungkapan rasa terimakasih kepada Dewa Wisnu, dan mohon perlindungan terhadap setan.
Setan yang dimaksud kan, sudah tentu setan yang nyata ada dihadapan mereka, tentara Rojo Langit.

Sungguh, sukar untuk dapat di terima oleh akal sehat, bagaimana manusia berperang langsung dengan pasukan jin atau setan; Manusia dengan pasukannya berhadapan dengan ribuan jin dalam bentuk tentara, tentaranya Rojo Langit;  Yang nyata dapat dilihat oleh mata kepala, bahkan setan itu dapat mati seperti manusia.

Pasukan Damar Wulan berjalan kaki, sementara Damar Wulan naik kuda bersama tentara kavaleri berkuda.   Tidak ada tugas yang lain, selain pulang dengan kemenangan dan kebanggan.


Situasi Kota Singosari ramai;  Jalan menuju Istana Trowulan sudah dipadati oleh rakyat yang akan menyambut pasukan Majapahit, dibawah komando Damar Wulan.
Semua orang membicarakan Damar Wulan yang berperang melawan setan.  Ceritanya tidak dikurangi, tetapi ditambah-tambah; Membuat nama Damar Wulan melambung.

Damar berkuda, diikuti oleh Dewi Wahita dan Dewi Puyengan sebagai ajudannya.  Dan kemudian ratusan tentara kavaleri berkuda.  Diikuti lagi oleh ribuan pasukan berjalan kaki.
Tidak ada korban yang mati didalam pertempuran.
Korban satu-satunya adalah Dewi Wahita yang muka nya dirusak oleh Raja Menak Jinggo.
Sekarang pasukan memasuki Kota Singosari; Genderang dibunyikan, agar pasukan kelihatan lebih gagah. 

Sungguh Damar Wulan adalah komandan tempur yang ganteng, mempersona para wanita.  Itulah sebab nya, jalan dipenuhi oleh para gadis yang berdandan mempercantik diri, agar Damar Wulan mau melihat penampilannya.

Tiba-tiba, seorang gadis ayu, tampil dan langsung menghadang kuda sang komandan;  Maka sang komandan menghentikan kudanya; Juga diikuti seluruh pasukan.

Sungguh mengherankan!  Damar Wulan turun dari kudanya, menghampiri gadis ayu itu dan kemudian memeluknya penuh kasih sayang.  Membuat para wanita dipinggir jalan menjadi cemburu.

“ Aku sudah diberi tahu bahwa engkau akan datang menjemput ku; maka aku segera datang, tanpa ragu-ragu.  Engkau semakin cantik! “

“ Siapakah yang telah memberi tahu mu? “

“ Dewa.”

“ Damar!  Sungguh aku merindukan mu!  Aku mengharap demikian juga dengan mu.”

Dewi Wahita berteriak, “ Hai siapakah engkau? “

Gadis ayu itu menjawab,” Aku adalah kekasih Damar Wulan!  Nama ku Anjasmara.
Dan, siapakah engkau wahai serdadu wanita Majapahit? “

“ Nama ku Dewi Wahita!  Aku juga kekasih Damar Wulan.”

Serdadu berkuda dibelakang Wahita juga berseru, “ Namaku Dewi Puyengan! Aku juga kekasih Damar Wulan.”

Anjasmara melihat dua wanita yang telah memperkenalkan diri; Dia menjadi heran.  Dia berpikr, “ Alangkah gayanya kekasih ku!  Sekarang, ada banyak wanita yang meminta, untuk aku mau membagi cinta;  Bagaiman aku dapat membagi kasih kepada mereka? “

Anjasmara menghadapkan mukanya kepada Damar Wulan, “ Benarkah? Apakah mereka semua kekasihmu?  Didalam melaksanakan dinas militermu, sesungguhnya engkau tidak boleh bercinta, wahai Damar! Mungkin engkau telah melanggar disiplin militer.

“ Sungguh benar wahai Anjasmara.”

“ Jadi berapa jumlah wanita yang akan engkau kawini, wahai Damar? “

“ Tiga orang wanita.”

Anjasmara masih belum puas dengan jawaban Damar,
“ Apakah jumlah itu sudah cukup?
Ingat lah!  Aku, Anjasmara, adalah istri mu yang pertama! “

Dewi Wahita tidak mau tertinggal, “ Aku, Dewi Wahita adalah istri ke dua! 
Hai Damar!  Bukankah engkau masih mencintai aku?  Walau Aku menjadi wanita jelek!“

“ Aku masih mencintai mu, wahai Dewi Wahita.! “

Dewi Puyengan berkata, “ Aku, Dewi Puyengan adalah istri ke tiga.! “

Damar Wulan menambahkan dengan kalem, “ Mohon maaf, aku lupa dengan istriku yang ke-empat. Nama nya.....”  Damar terdiam.

Anjasmara mendesak, “ Katakan!  Siapa kah dia? “

“ Nama nya ... Kencana Wungu.”

Ketiga wanita calon istri Damar terdiam, “ Bukankah itu nama seorang Ratu, Ratu Majapahit.”

Anjasmara marah, “ Damar!  Jangan lah engkau berlaku sombong!  Bukan kah itu Ratu, Yang Mulia Ratu Kencana Wungu?   Hormatilah dia!  Dia adalah junjungan kita! “

“ Benar ada nya, dia adalah Ratu Kencana Wungu.”

Dewi Wahita berkata, “ Jangan main-main dengan Ratu!  Hukuman mati akan menimpa mu, bila engkau bersenda gurau dengan membawa-bawa nama Ratu Majapahit! “

Damar berkata, “ Percayalah kepada ku, aku akan mengawini kalian berempat, setelah tugas ku ini selesai.”

Anjasmara berkata, “ Bertiga!  Bukan berempat! “

Damar menerangkan, “ Jika engkau tidak percaya, nanti kita akan buktikan sesampainya kita di Istana Trowulan; Apakah benar Ratu Kencana Wungu itu kekasih ku? Atau bukan? “

Ketiga wanita itu berteriak secara serentak, “ HUUH Macam mana kau? Sombong kali kau! “

“ Hai Anjasmara!  Mana berani aku sombong kepada mu? Ingat lah, aku hanya lah pekerja di kandang kuda milik ayah mu;  Aku hanya lah seorang kuli kasar yang mengurus tahi kuda dan makanan kuda, dirumah mu! “

“ Engkau benar Damar! “

Dewi Wahita berkata, “ Baiklah!  Aku sedikit percaya kepadamu Damar, sekarang terangkan bagaimana caranya engkau memikat Ratu, hingga dia jatuh cinta kepada mu? “

“ Itu adalah rahasia pribadi, nanti Ratu akan marah kepada mu Wahita; Dan hukuman mati akan menimpa mu, bila beliau mendengar cerita tentang diri Ratu  dari mu! “

“ Sudah!  Sudah selesai soal cinta ini;  Mari kita jalan menuju Istana! “  Dewi Wahita memotong semua pembicaraan.


Bab 10


Ratu Kencana Wungu menantikan Angkatan Perang nya, yang dikhabarkan telah membawa kemenangan secara gaib.  Dia hanya mendengar khabar dari para prajurit mata-mata nya. Jadi Ratu tidak puas;  Dia ingin mendengar langsung dari sumber berita yang pertama, yaitu dari Damar Wulan.

Ratu sebenarnya tidak puas dengan berita yang disampaikan oleh Damar; Biasanya berita itu terlalu formil; Tidak ada bumbu–bumbu nya, sehingga berita dari Damar biasanya tidak lah menarik.

Tidak lama kemudian Damar Wulan disertai ke tiga calon istri nya datang menghadap Ratu.

Damar duduk bersila dengan tangan dikatupkan, dimuka Singgasana;  Begitu juga dengan ketiga calon istri-istri nya.

“ Wahai Yang Mulia Ratu Kencana Wungu, hamba datang bersama staff militer kami yang juga calon-calon istri hamba.  Maksud kedatangan kami adalah melaporkan kemenangan kami, kemenangan tentara Majapahit terhada lawan kita, tentara Kerajaan Blambangan.”

“ Bukankah engkau melawan tentara setan?   Begitu yang kudengar berita tentang mu.”

“ Benar Yang Mulia!

Ratu menjaga perasaan wanita yang ikut mendampingi Damar; Oleh sebab itu, Ratu menegur Dewi Wahita dan Dewi Puyengan yang beliau sudah mengenal mereka.

“ Dan engkau! Wahai tentara wanita Majapahit, apa khabar mu? “

“ Kami baik-baik saja Yang Mulia.  Aku dan kawan ku ini merasa tersanjung, karena diperkenan kan berbicara langsung dengan Ratu Majapahit yang terkenal.
Akan tetapi kami membawa berita-berita dari medan tempur yang tidak masuk diakal; Kami takut Yang Mulia tidak mau percaya kepada kami.   Oleh sebab itu, kami menyerahkan berita pertempuran itu, kepada Komandan kami, Damar Wulan.
Silahkan Damar, engkau teruskan berita mu.”
Damar Wulan meneruskan laporannya, “Jadi di medan tempur itu, ada tiga kelompok pasukan; Pasukan Majapahit, Pasukan Pemberontak Blambangan dan terakhir Pasukan Raja Menak Jinggo; Yang ternyata adalah pasukan jin Rojo Langit; Yang nyata dapat dilihat.

Kami bisa berdamai dengan pasukan pemberotak Blambangan, tetapi tetap bermusuhan dengan tentara jin atau setan tersebut.  Sementara komandan musuh, Raja Menak Jinggo memegang senjata andalan-nya, Gada Wesi Kuning.  Jumlah tentara nya sangat banyak.

Sejujurnya hamba menyatakan bahwa hamba tidak sanggup membunuh se-sosok jin. 
Jadi, yang memenangkan pertempuran itu adalah Dewa Wisnu, bukan aku.  Hanya Dewa Wisnu yang dapat membunuh jin atau setan.

Hamba hanya mengangkat tangan kanan hamba dan berseru, “ Hai berdamailah!  Bila engkau tidak mau berdamai, marilah kita berperang.”

Seketika itu juga, Raja Menak Jinggo berseru, ‘Aku menerima tawaran damai darimu, aku sekarang pergi!
Raja Menak Jinggo jatuh terkulai layu dan kemudian pingsan. 
Dikarenakan Rojo Langit  pergi meninggalkan raga wadak nya Raja, seketika itu juga.
Kemudian disusul oleh seluruh setan yang ada distu;  Mereka terbang ke langit dan menghilang.  Kecuali setan yang tidak mau menyerah, tapi ingin bertempur.

Mereka yang tidak mau menyerah ada seratus setan;  Yang  seketika itu juga mati, sama seperti manusia yang mati. 
Mereka adalah prajurit Rojo Langit yang bertekad perang, tidak mau damai.

Demikian laporan hamba, Yang Mulia Ratu! “

Ratu berkomentar, “ Sungguh suatu pertempuran yang ganjil;  Bagaimana manusia dihadapkan kepada setan untuk berperang.  Yang lebih aneh lagi adalah, setan itu terlihat oleh mu dan oleh seluruh prajurit Majapahit mu.
Seperti apa prajurit setan itu, wahai Damar? “

“ Muka mereka seperti raksasa yang sering diceritakan didalam dongeng anak-anak.  Mereka mempunyai ekor yang panjang.  Mereka berusaha menyembunyikan ekornya, dibalik baju seragam mereka; Tapi tampak juga oleh kita.  Mereka diam membisu tidak mau bercakap-cakap, atau memang tidak bisa bercakap-cakap.
Dan mereka dapat juga mati, sama seperti manusia, tetapi tidak menjerit;  Jeritan kematian seperti para prajurit kita yang menghadapi maud.”

“ Jadi apa kesudahan nya?  Apa yang mereka inginkan, sebelum mereka meninggalkan engkau, wahai Damar? “

“ Yang Mulia, harus kukatakan bahwa perang ini adalah perang yang tercepat di Dunia ini.  Sesudah Rojo Langit berteriak (memakai suara Raja Menak Jinggo)  Setan itu beserta seluruh prajuritnya pergi menghilang begitu saja. 

Apakah mereka menyatakan kalah, damai, atau perang; Sehingga perang ini masih harus dilanjut kan? Kita tidak tau.
Itulah yang menjadi masalah buat kita.”

Ratu berkata, “ Marilah kita misalkan, bahwa mereka masih mau berperang dengan kita; Setan yang mau berperang melawan manusia.   Jadi apa yang akan mereka lakukan? Apa mereka akan membawa tentara setan nya, menuju hadapan Gerbang Istana Trowulan dan mengancam-ancam aku? ”

Damar Wulan terdiam.

Kembali Ratu berkata, “ Coba kau tanyakan akan hal ini kepada Dewa Wisnu.”

Damar menganggukan kepalanya, kemudian terdiam dengan memejamkan matanya.
Pada akhirnya Damar Wulan menyampaikan pesan-pesan Dewa Wisnu kepada Ratu dan juga kepada seluruh manusia di muka bumi ini.

“ Wahai Ratu Yang Mulia, Dewa Wisnu mengatakan bahwa perang ini masih dilanjutkan; Itu lah tekad dari Rojo Langit dan di benarkan oleh seluruh prajuritnya.  Bahkan Rojo Langit berseru untuk melaksanakan perang yang tak berkesudahan, hingga akhir zaman.

Dewa Wisnu memberikan informasi rahasia dari musuh, Rojo Langit, bahwa strategi perang yang akan dilancarkan oleh Rojo Langit adalah membuat seluruh rakyat Majapahit menjadi rakyat yang tidak ber moral; Rakyat yang  jahat dan tidak lagi patuh kepada Raja dan hukum yang berlaku.   Hingga pada akhirnya Kerajaan Majapahit akan runtuh.”

“ Bagaimana cara nya Rojo Langit membuat rakyat ku menjadi tidak ber moral? “

“ Setan akan memasuki benak seseorang, dan kemudian membisikan suatu janji dan rayuan yang menyenangkan untuk melakukan perbuatan curang dan keji. 
Orang itu setuju dan sudah pasti dia akan menjadi orang jahat.”

“ Apakah Rojo Langit juga akan membuat aku, Ratu Majapahit menjadi Ratu yang tidak bermoral dan jahat? “

“ Dengan penuh permohonan maaf dari ku, maka aku terpaksa mengatakan, ya benar!
Engkau akan menjadi Ratu yang jahat dan bengis kepada rakyat mu sendiri.  Dikarenakan setan akan mendatangi mu, akan masuk kedalam otak mu, kemudian akan membisikan kepadamu untuk engkau berbuat jahat dan keji.”

“ Tidak mungkin!
Aku tidak akan seperti itu, wahai Damar! “
Suara Ratu melengking keras.

“ Harapan ku, memang hendak nya itu tidak mungkin terjadi!

Akan tetapi, jika suatu hari, ada orang yang datang kehadapan mu dengan membawa uang kepeng yang jumlah nya ber milyar-milyar, kemudian diserahkan kepadamu.
Apakah engkau akan menolak? Atau engkau akan menerima? “

“ Aku tau itu adalah uang suap; Yang memang sudah terjadi diantara para Pejabat Kerajaan Majapahit, hingga saat ini.”

“ Jika engkau terima, maka engkau harus mengusir rakyat mu.   Karena tanah tempat tinggal mereka akan dipakai oleh si pemberi uang, dengan memakai izin dari mu.  Izin itu terpaksa diberikan oleh mu, karena engkau sudah dibayar.”

“ Oh begitu ya!
Jadi aku akan mengusir rakyat ku sendiri dengan cemeti dan kesadisan; Aku harus bersifat bengis kepada mereka!”

“ Benar Ratu ku! “

“ Aku menjadi orang jahat, walau sesungguhnya aku seorang Ratu?  Bagaimana mungkin?

Oh Dewa!  Engkau salah didalam mengatur Dunia ini. 
Aku menyalahkan engkau wahai Dewa! 
Dunia akan menjadi kacau! “

“ Tenang lah wahai Ratu ku Yang Mulia!”

“ Ada yang salah didalam instruksi Dewa Wisnu kepada mu!
Damar!  Dengarkan aku!
Seharusnya instruksi Dewa Wisnu kepada mu berbunyi seperti ini, “ Angkatlah tangan mu, hadapkan telapak tangan mu ke arah musuh, kemudian katakan, Matilah engkau setan-setan beserta Raja mu, Rojo Langit.”
Nah !  Kemudian engkau lihat, beribu-ribu setan mati bergelimpangan, termasuk Rojo Langit sendiri;  Semua nya mati, tidak ada yang  tersisa.

Jadi, tidak ada pertempuran abadi antara manusia melawan setan.  Semua sudah diselesaikan, pada waktu itu. 

Dan nama mu, Damar Wulan, Komandan Angkatan Perang Majapahit, diberitakan telah berhasil menumpas mati si Rojo Langit beserta seluruh parajurit setan nya.”

Damar Wulan termenung; Apa yang ada didalam pikirannya?  Apakah dia sedang berunding dengan Dewa Wisnu, mendiskusikan pemikiran Ratu Majapahit?

Pada akhirnya Damar Wulan berkata, “ Kearifan Dewa Wisnu ada diatas segala kearifan umat nya, termasuk kearifan mu itu, yang baru saja engkau katakan.

Aku tau, engkau akan berkata, akan tetapi kearifan ku lebih baik dari pada kearifan Dewa! Jadi sudah seharusnya kebijakan ku yang harus dipakai.  Bila setan-setan itu mati, maka Dunia akan menjadi damai;  Tidak ada lagi tindak kekerasan, tindak peperangan dan tindakan yang  tidak menyenangkan.  Semua orang bersikap santun, sopan dan penuh pengertian untuk tidak mencelakakan orang lain.

Begitu bukan? “

“ Benar Damar!  Itulah yang kumaksud! “

“ Bila setan-setan itu dibiarkan hidup, apa jadinya?
Seperti yang kubicarakan, perang dengan setan menjadi perang abadi, hingga akhir zaman.
Perang itu menjadi seru, dahsyat, menakutkan dan menyedihkan.  Semua sifat-sifat jahat bertempur melawan sifat-sifat baik; Yang ada pada diri manusia.

Manusia menjadi sibuk untuk membuat undang-undang agar para kriminal dapat ditangkap dan dimasukan kedalam penjara, dengan memakai undang-undang itu.
Untuk itu perlu seorang Pemimpin, Raja atau Ratu seperti engkau wahai Yang Mulia;  Agar undang-undang itu dipatuhi oleh seluruh rakyat.
Hal ini lah yang dikehendaki oleh Dewa Wisnu!
Aneh bukan?

Jika setan-setan itu mati beserta Raja nya, si Rojo Langit, maka semua akan menjadi damai.  Maka, tidak diperlukan lagi seorang Raja yang akan mengatur;  Tidak perlu dibuat undang-undang, karena semua orang sudah menjadi baik, sopan, santun dan penuh pengertian.

Dewa Wisnu pada akhirnya ikut memberi komentar akan pilihan bila setan-setan itu mati,

“Aku, sebagai Sutra-Dara tidak bisa lagi membuat sandiwara tonil;  Dan engkau semua wahai umat manusia, tidak perlu lagi menjadi anak wayang.   Semua akan bersifat hambar, seperti masakan tanpa garam dan lombok.

Sandiwara yang ku rancang akan menjadi sandiwara yang tidak menarik sama sekali.
Coba engkau renungkan!  Tidak ada tipu menipu antar umat ku.  Tidak ada lagi bunuh membunuh antar para serdadu, atau antar polisi dan penjahat atau antar penjahat dengan penjahat yang lain.

Jadi apa lagi yang harus ku ceritakan didalam sandiwara ku itu?  Ceritaku  menjadi tidak menarik!  Tidak menarik! Tidak menarik!

Jadi dengan terpaksa, maka kearifan ku, kebijakan ku, ku angkat ke permukaan, untuk dipatuhi oleh seluruh Alam Semesta ini; 

Jadilah si Rojo Langit beserta seradadu nya boleh tetap hidup, hingga akhir zaman.
Kepada setan-setan itu, kuberi kesempatan untuk mengadakan kekacauan;   Sehingga manusia menjadi kacau, kalang kabut.
Dan yang seperti itu akan menarik untuk diceritakan didalam sandiwara tonil ku.

Untuk mengimbangi, maka kuberi kesempatam kepada para Agama wan, Paderi, Pendeta dan lain-lain nya untuk memberi penyuluhan akan kebaikan, ke tulusan, kesopanan dan berbuat baik sesuai budi pekerti yang luhur.
Maka jadilah sandiwara ku akan menjadi lebih menarik.
Dan engkau semua mendapat peran dan lakon didalam sandiwara ku, hingga akhir hayat mu”

Ratu memberi komentar, “ Termasuk engkau wahai Damar Wulan, yang telah berperan sebagai Agama wan.”

“ Tidak Yang Mulia!  Aku tetap sebagai komandan tempur Angkatan Perang Majapahit.
Aku bukan Pendeta! ”

“ Sudah selesai!  Pertemuan ini hanya sampai disini, kalian semua dapat meninggalkan tempat! “ 
Ratu Kencana Wungu mengakhiri pertemuannya.

Damar Wulan beserta para prajurit wanita nya akan beranjak pergi.

Ratu Kencana Wungu menghampiri Damar, kemudian bersabda, “ Engkau tetap disini, masih ada yang harus kita bicarakan.”

Ketiga calon istri Damar terkejut;  Mereka saling pandang, bertanya-tanya didalan hati mereka masing-masing, ” Ada apa? Mengapa hanya mereka saja, berdua? “
Ketiganya diliputi awan kecemburuan.

Dewi Wahita berkata, “ Apakah aku boleh mendengarkan pembicaraan kalian berdua?  Mungkin ada sesuatu yang penting, yang akan menjadi tugas hamba! “

“ Tidak!
Kalian bertiga tunggu ditempat ini.
Damar Wulan akan kembali kepada mu! “

Kemudian Ratu menggandeng tangan Damar, dan dibawa ke suatu kamar.  Kamar ditutup.

Maka ketiga wanita itu semakin curiga dengan Damar Wulan.  Api cemburu semakin membara.  Akan tetapi, lawan mereka terlalu tangguh untuk dilawan, seorang Ratu.

Anjasmara membuka pembicaraan, “ Jangan lah diambil pusing!  Mereka sedang merundingkan akan hukuman bagi Menak Jinggo;  Hukuman apa sepatut nya akan diberikan kepada Raja itu.”

“ Kalau itu yang dibicarakan, mereka tidak perlu berunding berdua saja;  Karena kita juga bisa memberi masukan, terutama Dewi Wahita, yang sudah dirusak muka nya.” 
Dewi Puyengan memberi komentar.

Dewi Wahita berkata, “ Apakah engkau tidak ingat akan kata-kata Damar!  Nanti akan kubuktikan bahwa Ratu Kencana Wungu adalah benar kekasih ku, sewaktu kita menghadap beliau di Istana nya.”

Anjasmara membenarkan, “ Ya aku sekarang mulai percaya.  Mengapa mereka masuk kedalam kamar.kemudian pintu kamar ditutup.! “

Ketiga wanita itu semakin resah, bagaimana cinta Damar Wulan menjadi rebutan diantara banyak wanita?  Dan sekarang, jika benar, mengapa Ratu ikut-ikutan memperebutkan nya.
Apa sih istimewanya si Damar?
Dia dulu hanyalah seorang kuli serabutan, yang mendapat kerja sebagai tukang kuda.  Masih untung, Anjasmara mau memberi tempat kamar tidur, jika tidak dia tidur bersama kuda.

Tidak lama kemudian, kedua orang yang ditunggu itu keluar dari kamar, dengan wajah yang berseri-seri.  Ratu masih tetap memegang tangan Damar Wulan dengan mesra.

Ratu bersabda,
“ Nah! Aku sudah kembalikan si Damar kepada mu;  Aku tidak berbohong kepada mu, bukan?
Karena aku menyadari betapa penting diri Damar Wulan dibutuhkan oleh kalian bertiga; 
Dia akan menjadi suami kalian.  Berbahagia lah kalian!
Betulkan apa yang sudah kukatakan? ‘

“ Benar Yang Mulia! “

  Demikian juga dengan aku; Aku ingin berbahagia bersama Damar Wulan.
Maka kita berdua sudah sepakat, untuk menyatakan bahwa Damar Wulan menjadi pilihan ku, untuk kita dapat hidup bersama;
Dia sebagai suami ku.”

Ketiga wanita itu shock terkejut, benar sudah apa yang dikatakan Damar.
Ketiganya tertunduk sedih;  Apakah ini adalah hari perpisahan dengan Damar Wulan?

Ratu melanjutkan, “ Aku juga ikut berbahagi dan tidak berkeberatan akan kalian ikut bersama kami, sebagai istri-istri Damar Wulan.
Maka aku nyatakan bahwa diri ku adalah istri ke-empat Damar Wulan.”

Sekarang ketiga wanita itu menjadi dua kali lipat shock terkejut.

Dewi Wahita memberikan reaksi sedih, “ Wahai Yang Mulia, kami tidak bisa dan tidak boleh mengalahkan engkau sebagai Ratu Majapahit yang kami hormati.
Oleh sebab itu, kami bertiga mengundurkan diri sebagai calon istri Damar!
Setujukah engkau, wahai kawan-kawan ku? “

“ Ya kami setuju, memang sudah seharusnya setuju! “

“ Tidak!
Aku tidak setuju dengan kalian!
Aku minta engkau semua, menjadi Keluarga Istana di Kerajaan Majapahit.
Bukan aku minta, tetapi aku perintahkan kepada kalian.”

Hening!  Hening! Semua tidak bersuara di Balairung itu.

Beberapa saat kemudian Ratu bersabda, “ Wahai Damar Wulan, berilah komentar dan pandangan mu mengenai dirimu yang akan menjadi istri-istri kita, berempat.”

Damar Wulan berkata, “ Wahai Dewa Wisnu!  Ini lah akhir cerita dari sandiwara Dunia, akan diri ku.  Yang mana engkau pernah mengatakan kepada ku, Cerita mengenai diri mu masih panjang dan menarik.
Apakah aku berbahagia dengan akhir cerita diriku?  Yang engkau katakan ‘menarik’.  Harapan ku begitu adanya; Demikan juga dengan ke empat calon istriku.  Semua akan berbahagia, didalam peran lakon diri masing-masing.

Jadi Yang Mulia Ratu dan juga semua calon istriku, semua ini dapat terjadi karena kita adalah anak wayang yang sedang dimainkan oleh Dewa Wisnu.  Masing-masing mempunyai lakon cerita nya.   Semua lakon yang dimainkan dapat dianalisa kembali; Sehingga pada akhirnya kita dapat dikumpulkan oleh Dewa Wisnu, didalam suatu keluarga berbahagia. 

Kita dapat menganalisa dari diri kita masing-masing.
Semisal, aku menjawab pertanyaan, mengapa aku bisa bertemu dengan Anjasmara? Di kandang kuda?  Mengapa nama ku kemudian diganti oleh nya menjadi ‘Wulan’ ?

Memngapa Ratu mencari seseorang yang bernama ‘Wulan’ di rumah Patih Lohgender?  Yang sedang bekerja sebagai kuli serabutan, mengurus kuda.?

Mengapa Ratu begitu percaya kepada ku?  Dia menjawab karena engkau bernama ‘Wulan’ sesuai dengan mimpi nya, yang  dia percaya sebagai petunjuk Dewa untuk dia dapat keluar dari kemelut politik Kerajaan Blambangan dan Majapahit.

Mengapa secara tiba-tiba keluar tokoh yang bernama ‘Bambang Menak’?  Yang sebenarnya adalah pahlawan, yang berhasil menyelamatkan Majapahit dari keterpurukan?

Sayang!  Sang pahlawan menjadi lawan Ratu;  Karena dia ingin mempersunting Ratu!

Dan sebagai nya.”

Ratu memberi komentar, “ Apakah cerita Dewa Wisnu ini masih berlanjut? “

“ Sudah tentu Yang Mulia; Akan tetapi kita tidak bisa menceritakan akhir cerita; Karena Itu adalah rahasia dari Dewa.

Itulah sebab nya Dewa Wisnu tidak mau melenyapkan wayang nya yang bernama Rojo Langit beserta seluruh prajuritnya.  Jika Dia mau, mudah saja;  Ambil wayang Rojo Langit dan dimasukan kedalam kotak wayang, maka selesai sudah lakon Rojo Langit.
Mengapa begitu?
Agar sandiwara Dunia tetap berlanjut.

Dewa Wisnu ingin membuat sandiwara Dunia ini menjadi lebih seru, seram dan gregetan.
Jadi marilah kita bersiap-siap mejadi wayang didalam peran masing-masing.

Tetapi ingatlah!  Kita harus berprinsip, marilah kita berperan bersih.  Pijakan kaki kita ada dipihak yang benar, bukan dipihak yang salah.

Itu hanya lah nasehat ku.  
Akan tetapi, mungkin kalian akan kalah dengan janji dan rayuan setan, anak buah Rojo Langit.  Harapan ku, anda tidak akan kalah!




Penutup


Sesuai dengan janji nya, Damar Wulan mengawini keempat istrinya.
Pesta pernikahan Istana sangat meriah.
Rakyat Majapahit berpesta, riang gembira.

Perkawinan seperti ini pernah terjadi, di Kerajaan Singosari akhir.
Dulu,  Raja Raden Wijaya pernah menikah dengan empat wanita sekali gus.
Akan tetapi keempat istrinya adalah kakak beradik dari satu keluarga, yaitu Keluarga Istana Singosari, Raja Kertanegara.

Damar Wulan dikukuh kan sebagai Raja Majapahit, mendampingi Ratu Kencana Wungu.

Gelar yang dipakai adalah Raja Mertawijaya.